Unsur-unsur Identitas
Diri Remaja Kristen
Seorang dikatakan remaja Kristen yang sudah percaya kepada Kristus
akan terlihat dari pemahaman diri sendiri, penerimaan dirinya sendiri, menilai diri berdasarkan penilaian Tuhan dan
cita-cita diri.
Pemahaman Remaja tentang Diri Sendiri
Pemahaman diri sendiri lebih penting dari pada berusaha untuk
memahami orang lain. Kebutuhan akan memahami diri sendiri bagi remaja sangat
erat hubungannya dengan kemantapan rasa harga diri. Mengerti diri sendiri
merupakan suatu keadaan, dimana seseorang mengatahui sikap-sikapnya,
sifat-sifat, Kemampuan dan sebagainya. Menurut Samuel Smiles memahami diri
sendiri merupakan salah satu cara untuk menjadi diri sendiri yang seutuhnya.[1]
John W. Santrock, dalam buku Adolescence (Perkambangan Remaja) menuliskan
Pemahaman diri sendiri artinya gambaran kognitif remaja mengenai dirinya, dasar dan isi
dari konsep diri remaja. Pemahaman diri seorang remaja anak remaja didasari
oleh berbagai kategori peran dan keanggotaan yang menjelaskan siapakah diri
remaja tersebut. Walupun tidak membentuk identitas pribadi seutuhnya, pemahaman
diri dasar identitas diri yang rasional.[2]
Pengenalan
diri bagi remaja Kristen Alkitabiah dan psikologi humanis sama-sama setuju
dalam satu hal, yaitu bahwa manusia
harus mengenal dirinya sendiri, tapi untuk suatu alasan yang berbeda. Psikologi
humanis mengajarkan bahwa mengenal
diri sendiri supaya merasa senang
dengan diri kita sendiri. Kekristenan Alkitabiah mengajarkan mengenal diri sendiri supaya tidak lagi melihat pada diri sendiri tapi
menemukan hidupnya dan identitas dalam Yesus Kristus.[3]
Pemahaman diri membuat anak remaja bersikap realistis dalam melihat masa depan, dan
dalam mengungkapkan diri secara benar dan dalam menghadapi tantangan hidup
secara seimbang. Remaja yang dewasa ditandai
oleh perkembangan pengertiannya bahwa perkembangan pribadi (meliputi segi
jasmani, intelektual, emosional, sosial dan spiritual) merupakan proses
sepanjang hidup yang menuntut kejujuran dan kerendahan hati, bimbingan dan
nasihat dari orang lain.[4]
Seorang remaja mendapatkan pemahaman tentang dirinya jika
remaja tersebut berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan pemeriksaan diri yang
seungguh-sungguh teliti. Remaja
tersebut akan menganggap
sukses dalam dirinya sebagai
orang yang pantas mendapat perhatian yang serius dan perhatian yang simpatik.[5]
Pengenalan diri sangat erat kaitannya dengan
kemantapan rasa harga diri. Mengerti diri sendiri merupakan suatu keadaan
dimana seseorang mengetahui
sikap-sikapnya, sifat-sifatnya, kemampuan-kemampuan dan sebagainya. Orang yang
memahami diri sendiri adalah orang yang menguasai kelebihan dan kelemahannya,
dapat menampatkan diri dengan banar dan tepat, tidak ragu dengan perbuatanya.[6]
Pengenalan diri sendiri merupakan sebuah langkah
awal yang baik untuk mengenal dunia luar. Remaja sering mengenal dunia luar tanpa mengenal dirinya
sendiri. Remaja sering menemui orang lain dan menganggap
orang lain hebat, sehingga
sesuatu yang igin di kerjakan oleh remaja membuat kurang percaya diri, karena
takut segala sesuatu yang dilakukan salah dan tidak mendatangkan keberhasilan
bagi diri sendiri maupun untuk orang lain.[7]
Bagi remaja Kristen pengenalan diri tidaklah
hanya berdasarkan pandangan diri sendiri namun berdasarkan pandangan Tuhan.
Pengenalan diri berdasarkan Firman Allah memperkuat ketabahan manusia terhadap
setiap kepahitan hidup, karena penghargaan sebagai makluk yang dikasihi dan
dikhususkan oleh Allah tidaklah tergantung kepada situasi dan kondisi
lingkungan.[8]
Pemahaman terhadap diri sendiri bertujuan untuk menentukan diri sendiri agar tidak
salah dalam menilai diri sendiri. Menilai diri sendiri merupakan pembenahan
diri. Remaja dapat menilai sifat yang buruk dan yang baik. Penilaian terhadap
diri sendiri suatu langkah untuk mempersiapkan langkah lebih baik, dan menuju
yang lebih baik.[9]
Penilain diri sendiri bagi remaja sangatlah
penting karena sebuah modal terbesar bagi kemajuan dirinya. Seorang remaja Kristen seharusnya mampu menilai dirinya
berharga dan mulia dihadapan Tuhan dan manusia
(Yes.43:4). Remaja Kristen dikatakan berharga kerana kerena remaja Kristen
diciptakan segambar dan serupa dengan Allah dan diberi mandat langsung dari
Allah untuk alam semesta (Kej. 1:26)
Sebagai
orang Kristen tidak perlu terus menerus membandingkan dirinya dengan orang
lain, karena hal itu dapat membuat semakin jauh ( merasa kurang mampu) atau
menghasilkan kesombongan pribadi (merasa diri lebih baik). Sebaiknya sebagai
remaja yang sudah percaya Kristus memberikan penilaian terhadap dirinya dengan
hari-hari sebelumnya, kemudian mengerjakan
yang terbaik dengan pertolongan Tuhan agar lebih terampil dan lebih efektif. Namun
remaja Kristen membutuhkan orang lain untuk menilai dirinya sehingga dapat
memberikan penilaian yang realistis.[10]
Sewaktu remaja mempunyai penilaian terhadap
diri sendiri dengan baik maka remaja dapat mengatasi berbagai ketegangan dan
tantangan dan tetab mempunyai pendangan positif. Tetapi sebaliknya, bila
pandangan terhadap diri sendiri menjadi begitu rendah, segala sesuatu bahkan
yang positif akan tampak suram.[11]
Contoh, dalam Perjanjian Lama mempunyai penilaian yang rendah terhadap diri
sendiri adalah Saul ketika diuarapi menjadi
raja Israel merasa minder dan merasa tidak memenuhi syarat. (1 Sam. 9:21)
Pandangan terhadap diri sendiri tidak hanya
mempengaruhi kesahatan batin dan kemampuan mencapai keberhasilan, juga mepengaruhi kemamupuan untuk berhubungan
dengan dunia luar. Penilaian terhadap diri sendiri akan mempengaruhi pada
kemampuan untuk menggapi perintah Tuhan untuk mengasihi. Bila remaja tidak
menyukai diri sendiri, kemungkinan besar remaja tersebut akan sibuk memikirkan
dirinya sendiri. Bila mengasihi diri sendiri dengan batas yang wajar, menjadi
sumber didalam diri sendiri menyalurkan kasih terhadap orang lain. Kalau
pandangan terhadap diri sendiri positif dan sehat, akan memudahkan remaja keluar dari dunianya
sendiri. Dengan demikian maka remaja tersebut akan dapat mengasihi orang lain
dengan benar.[12]
Remaja yang memiliki panilaian negatif sering
bersikap pesimis, tidak memiliki
keyakinan, memiliki kepekaan yang berlebih-lebihan terhadap pendapat orang
lain, selalu memeriksa diri disetiap penampilannya atau apapun yang dilakukan,
selalu bertanya terhadap orang lain yang di pikirkan tentang dirinya, mudah tersinggung, tidak dapat menerima kasih, selalu mencari harta kekayaaan agar merasa
bahagia, berbicara negatif tantang dirinya sendiri atau orang lain.[13]
Remaja yang memiliki penilaian positif,
menjadikan pikiran yang tinggi tentang diri sendiri sebagaimana Allah melihat
diri. Jika sesoarang memberikan penilaian yang positif terhadap dirinya maka
ramaja tersebut akan mengahargai diri sendiri dan memandang dirinya sangat
berharga.[14] Seorang Kristen
yang matang rohani tidak hanya mencari kebanggaan diri sendiri atau berkeiginan
untuk menipulasi kehidupannya. Kematangan Rohani membutuhkan kerendahan hati
dan kesadaran bahwa kehidupan orang Kristen terletak pada Tuhan Yesus.
Penerimaan terhadap Diri Sendiri
Salah satu wujud identitas diri sesorang adalah kesanggupan
individu dalam menerima dirinya sendiri. Penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri,
dapat menerima keadaan dirinya secara
tenang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bebas dari rasa bersalah, rasa malu, dan rendah
diri karena keterbatasan diri serta kebebasan dari kecemasan akan adanya penilaian dari orang lain
terhadap keadaan dirinya.[15]
Bagi remaja Kristen penerimaan diri sendiri berarti yakin bahwa
apa yang dianugrahkan Tuhan kepada dirinya sendiri adalah baik. Menerima keberadaan diri sendiri bagi remaja,
perempuan atau laki-laki penting bagi terwujudnya perilaku yang baik, sehat dan
dewasa.[16]
Pada masa remaja mengalami berbagai macam
perubahan. Perbedaan antara harapan remaja maupun harapan lingkungan dengan
keadaan fisik remaja, menimbulkan masalah bagi remaja, sehingga sulit baginya
untuk menerima keadaan fisiknya. Di samping
kesulitan menerima keadan fisiknya sehubungan dengan pertambahnya tinggi badan,
penampilan juga menjadi sumber kesulitan.[17]
Bagi seorang remaja Kristen harus bisa menerima kondisi fisik dan menggunakan
Tubuh secara efektif, artinya seorang remaja bisa menerima diri sendiri, bentuk
tubuh, bentuk wajah, dan lain-lain, juga bisa merawat tubuhnya dan menjaganya.
Seorang anak remaja Kristen penting mengetahui
apa yang Tuhan katakan mengenai dirinya. Sementara remaja membaca Alkitab,
remaja mampu melihat apa yang Tuhan kehendaki dari remaja Kristen. Pikiran Allah tentang diri remaja
itulah yang benar bukan pendapat orang lain mengenai dirinya. Remaja Kristen penting mengetahui bahwa Tuhan tidak
pernah melakukan kesalahan terhadap diri sendiri. Entah diri sendiri merasa
terlalu jangkung, terlalu pendek, terlalu besar, terlalu kurus, atau wajah diri
sendiri kurang tampan atau jelita. Allah membuat diri remaja (diri sendiri)
sebagaimana keadaan diri sendiri karena bagi Tuhan itulah yang sempurna.[18]
Penerimaan diri remaja yang berkembang
dalam penerimaan diri akan mengetahui
kemampuan-kemampuan dan keterbatasan-keterbatasan dirinya. Memang setiap
manusia mempunyai sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh orang lain, akan tetapi
setiap pribadi mempunyai ciri-ciri khas yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Jadi penerimaan diri remaja Kristen merupakan sikap positif
terhadap dirinya sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara tenang dengan
segala kelebihan dan kekurangannya, memiliki
kesadaran dan penerimaan penuh terhadap siapa dan apa dirinya, dapat menghargai
diri sendiri dan menghargai orang lain, serta menerima keadaan emosionalanya
(depresi, marah, takut, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain.
Menilai Diri Berdasarkan Penilaian
Tuhan
Ketika seorang remaja percaya Yesus Kristus maka remaja tersebut harus mampu
melihat penilaian Tuhan terhadap dirinya
karena Tuhanlah yang menciptakan manusia, menempatkan manusia dibumi,
dan mengetahui lebih banyak tentang manusia dibanding dengan siapapun. Sehingga
remaja tersebut tidaklah
hanya memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri berdasarkan pandangan
dunia. Seorang remaja yang
melihat dirinya berdasarkan
penilaian Tuhan akan menyadari bahwa dirinya sebagai pribadi ciptaan baru, pribadi yang berharga, pribadi yang
mulia, dan pribadi yang dikuduskan.
Pribadi Ciptaan Baru
Remaja Kristen
yang percaya Yesus Kristus yang terpenting
dan terutama adalah Kristus, bila sudah menyerahkan diri dan kehidupan
kepada Kristus, Tuhan akan mengampuni dari segala dosa-dosa maka akan menjadi ciptaan baru. Ketika seseorang
menjadi Kristen, ia adalah ciptaan baru (2 Kor. 5:17), tetapi masih jauh dari
kesempurnaan tanpa dosa, pengudusan progresif merupakan proses untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus selangkah demi selangkah.
Alkitab
memberikan penjelasan siapa manusia setelah menerima Kristus sebagai
Juruselamat. Sebagai ciptaan
baru maka remaja tersebut memiliki
identitas yang baru di dalam Kristus. Remaja tersebut menjadi anak Allah (Yoh.
1:12), saksi pribadi untuk Kristus dan diutus untuk menceritakan tentang Dia
(Kis. 1:8), bebas dari segala penghukuman (Rom. 8:1), ahli waris bersama dengan
Kristus yang mewarisi kemuliaan-Nya (Rom. 8:17), tidak dapat dipisahkan dari
kasih Allah (Rom. 8:35), bait Allah (1 Kor. 3:16), telah disalibkan bersama
dengan Kristus maka Kristus hidup di dalam hidupnya (Gal. 2:20), menjadi orang
kudus (Ef. 1:1), warga kerajaan surga dan memiliki tempat di surga (Ef. 2:6), buatan
Allah (Ef. 2:10), memperoleh jalan masuk kepada Tuhan melalui Roh Kudus-Nya
(Ef. 2:18), benar dan kudus (Ef. 4:24), dapat mengerjakan segala sesuatu di
dalam Kristus yang memberi kekuatan kepadanya (Fil. 4:13), sempurna di dalam
Kristus (Kol. 2:10), dipilih, dikuduskan dan dikasihi oleh Allah (Kol. 3:12), memiliki
roh kekuatan, kasih dan penguasaan diri (2 Tim. 1:7), anggota dari bangsa yang
terpilih, imamat rajani dan umat kepunyaan Allah (1 Pet. 2:9,10), dilahirkan
kembali dalam Kristus dan si jahat tidak akan dapat menjamah lagi (1 Yoh. 5:18).
Pribadi yang Berharga
Seluruh
Alkitab secara konsisten mengatakan bahwa manusia berharga. Karena manusia
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26-27) dan Allah memelihara dan mengasihi
umat-Nya sebagai "biji mata" Nya (Ul. 32:10). Walaupun manusia jatuh
dalam dosa namun Tuhan tetab menghargainya. Alkitab berkata bahwa karena
ketidaktaatan, manusia jatuh dalam dosa dan harus dihukum oleh Allah. Allah
membenci dosa yang dilakukan manusia, tetapi Allah tidak membenci manusia. Ia
tetap menunjukkan kasih-Nya, bahkan ketika manusia masih berdosa (Rom.5:8).
Allah mengasihinya sehingga Ia mau mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk menebus
manusia agar manusia beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16).
Orang
Kristen dapat memiliki harga diri yang positif bukan karena apa yang telah ia
perbuat dan bukan karena keberadaannya sebagai manusia, namun semata-mata
Karena anugerah Allah dan karunia keselamatan yang diberikan-Nya (Gal. 6:14;
Rom. 15:17).
Pribadi yang Mulia
Manusia
merupakan salah satu dari ciptaan
Allah di dunia, namun manusia merupakan ciptaan yang paling mulia dibandingkan
dengan ciptaan yang lain.
Manusia merupakan ciptaan yang paling mulia dibandingkan dengan ciptan yang
lain, karena Manusia diciptakan sagambar dan serupa dengan Allah, manusia diberikan mandat langsung dari Allah
untuk berkuasa atas alam semesta (Kej. 1:26) dan ada beberapa hal yang tidak dimiliki ciptaan yang lain yaitu
ingatan (Kej 41:9; 1 Kor 15:2), kehendak (1 Kor 9:17; 2 Pet 1:21), nyawa atau
jiwa (Luk 12:20; Kis 14:22; 1 Pet 4:19), pengertian (Ef 1:18; 4:18), suara hati
atau hati nurani (Rom 2:15; 1 Tim 4:2), pikiran. (1 Taw 29:3; Kol 3:2), dan
hati (roh) (Ams 18:14; 1 Kor 2:11).
Pribadi yang Istimewa
Manusia
dikatakan istimewa karena manusia adalah individu yang unik.[19]
Setiap orang memiliki keunikan masing-masing yang tidak dimiliki oleh orang lain. Tidak akan ada
seorangpun yang sama persis seperti pribadi yang dimiliki saat ini sampai kapanpun. Keunikan mencakup ciri-ciri jasmani, watak pribadi, bakat-bakat serta keadaan
tertentu yang dalam kehidupannya.[20]
Allah
mengasihi manusia kerana
manusia istimewa. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Kasih Allah kepada
manusia tidak akan berhenti
sampai kapanpun “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu
Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu” (Yer.31:3).
Pribadi yang Dikuduskan
Salah
satu sifat Allah yang ada di dalam manusia
adalah kekudusan-Nya. Kekudusan Allah dapat dimiliki oleh manusia yaitu dengan
percaya kepada Kristus sebagai Juru
selamat secara pribadi, maka posisi manusia dikuduskan di hadapan Tuhan. Salah satu ciptaan Allah
yang memiliki kekuduasan adalah manusia yang diciptakan gambar dan serupa
dengan Allah. Setiap orang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru selamat
Pribadi maka posisinya di hadapan
Tuhan telah dibenarkan di hadapan
Tuhan, sehingga identitas yang baru dalam Kristus maka Allah ingin agar manusia terus menjaga kekudusan
dan selalu membagun hubungan persekutuan dengan Allah.[21]
Allah
menilai manusia sebagai orang-orang kudus karena kematian Yesus Kristus dikayu
salib, sehingga setiap orang percaya yang datang kepada Kristus dijadikan
sebagi orang Kudus.[22]
Tuhan telah menguduskan orang
percaya maka Tuhan mengiginkannya hidup kudus “tetapi hendaklah
kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang
telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1
Pet. 1:15-16)”.
Cita-cita Diri
Remaja
mempunyai idealisme atau cita-cita yang sangat kuat. Meskipun cita-cita itu
sering tidak realistik, tetapi merupakan
potensi yang luar biasa dan
modal untuk bisa menjadi orang yang kreatif. Jika dibina dalam pendidikan yang
matang, bisa menjadi orang yang yang inovatif dan kreatif.
Dengan pemahaman diri yang benar maka remaja
dapat menyusun rencana-rencana masa depannya yang berupa sebuah cita-cita.
Remaja tersebut akan dapat mengarahkan dirinya, merealisasikan
dirinya, dan menyatakan diri atau mengaktualisasikan diri.[23]
Identitas diri remaja Kristen terwujud
pada cita-citanya dan peluang
untuk berprestasi. Sebagian besar dari apa yang diiginkan atau tidak diiginkan
tergantung pada penilaian terhadap diri sendiri. Orang yang menilai dirinya
cukup berbakat, tidak akan membuat target yang tinggi dan tidak akan kecewa bila gagal mencapai hasil
yang baik. Orang yang menilai diri sendiri secara sehat,
sering meperlihatkan hasrat kuat untuk bekerja keras dan menganggap dirinya memalukan bila tidak berusaha dengan
sebaik-baiknya.[24]
Ada hubungan yang erat antara penilaian diri sendiri dengan banyaknya
tenaga yang digunakan untuk melakukan
pekarjaan. Dalam menentukan cita-cita remaja yang mempunyai identitas
diri yang sehat pasti akan
menyadari kemampuan dan kelemahan
dirinya, sehingga tidak cepat menyarah.
Dengan
memiliki identitas diri dalan
Kristus maka ramaja tersebut akan menyadari cita-citanya bersama Kristus. Kesadaran tersebut akan mambantu remaja untuk memiliki cita-cita ke depan sesuai dengan apa yang kesuksesan
yang dimiliki. Remaja Kristen perlu mempunyai cita-cita yang
realistis agar memiliki rasa kepercayan serta kebanggaan terhadap dirinya
sendiri. Setiap anak mempunyai cita-cita yang dapat menolongnya menonjol secara
positip. Cita-cita yang dimiliki mempunyai
peranan yang amat penting dalam kehidupan kerena merupakan langkah awal dari pengakuan terhadap diri sendiri
secara positif.
Ditulis oleh Supriadi Siburian,
S.Th
[5]Carl Gustav Jung, Diri
yang Belum Ditemukan, Pen., Agus Cremers dan Martin Warus (Maumera:
Ledalero, 2003), 121.
[11]M. Blaine Smith, Anda
Unik Dimata Tuhan: Pandangan
Alkitab tentang Menerima Diri Sendiri), pen., Ny. Yunny Tandei (Bandung:
Lembaga Literatur Baptis, 2006), 2.
[16]Daniel E. Fountain, “Manusia Seutuhnya” dalam Kesehatan Alkitab dan Gereja, Pend., Doreen Widjana (Bandung: Lembaga Literrature
Baptis, 2003), 185.
[22]Ibid.,
113.