KONSELING REMAJA
PENGARUH PEER GROUP TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI
REMAJA
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tolak ukur
suatu bangsa dapat terlihat dari para remajanya, para generasi muda .Begitu
juga kehancuran maupun kesuksesan suatu bangsa dapat kita lihat dari generasi
mudanya.
Sepanjang
masa kehidupan manusia , yaitu sejak masa kanak-kanak hingga masa dewasa
seseorang selalu punya harapan atau cita-cita. Salah satu faktor yang berperan
dalam mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi atau motivasi berprestasi
Masalahnya,
apakah remaja kita sekarang cukup punya motivasi untuk dapat mengukir prestasi,
bukan mengukir prestise yang biasa kita lihat di kafe-kafe, mall-mall .
Motivasi dalam diri remaja sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan dan
keluarga.Beban pelajaran yang begitu berat, gaya hidup dan kemudahan kemudahan
yang mereka dapatkan, orang tua yang kurang memberikan perhatian dan dorongan
terhadap prestasi remaja, kurang menghargai prestasi yang diraih oleh remaja
sehinga mereka merasa prestasi yang diraihnya hanyalah sia-sia.
Di sisi lain
tanpa disadari , orang tua terlalu memanjakan remaja dengan uang sehingga
mereka berpikir tidak perlu berusaha keras untuk mencapai prstasi untuk
menghasilkan uang nantinya, karena mereka bisa mengandalkan pada orang tua,
yang akhirnya menyebabkan motivasi berprestasi mereka rendah.
Masa muda
adalah masa emas, segala hal dapat mereka lakukan. Malah sering diartikan
masanya kebebasan kesenangan demi kesenangan yang sudah, mereka dapatkan dan
nikmati akan hilang begitu saja jika kita tidak dapat mempersiapkan diri mereka
untuk masa yang akan datang.
Ketika
seseorang remaja penuh akan motivasi, serta mempunyai berjuta inspirasi dan
segudang kreasi, dan kemudian akan menggapai prestasi. Sesungguhnya tidak ada
orang yang bodoh, yang ada hanya orang malas. Tapi, sesungguhnya tidak ada
orang yang malas di dunia ini, namun yang ada hanyalah orang yang tidak
termotivasi.
- B.
Rumusan masalah
- Mengetahui motivasi pada
remaja ?
- Pengaruh reputasi dan prestasi
pada remaja ?
- Bagaimana membangun motivasi
remaja ?
- Pengaruh teman sebaya terhadap
motivasi ?
- C.
Tujuan Penelitian
- Memahami
tugas-tugas perkembangan pada tahap usia remaja.
- Memahami
kebutuhan-kebutuhan remaja, terutama dalam hal hidup dalam kelompok
teman sebaya peer group.
- Mampu
memberikan pengarahan dan pengawasan bagi remaja untuk penyesuian diri
dalam kelompok teman sebaya.
- D.
Manfaat Penelitian
- Sebagai
penambah reperensi Psikologi Perkembangan
- Sebagai
khasanah keilmuan
- Sebagai
pengalaman dan penambah wawasan keilmuan bagi penulis
- E.
Langkah-langkah Penelitian
- Metode
Penelitian, penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi.
- Menentukan
sumber dan jenis data
- Tekhnik
mengumpulkan data
Observasi, observasi dilakukan dengan mendatangi tempat tongkrongan Setia Putra
Futsal Club di Sukaregang dan mengikuti kegiatan yang dilakukan.
- Wawancara, Wawancara dilakukan
terhadap para anggota club remaja dan pelatih SPFC
- Study pustaka, dicari literatur
yang berkaitan dengan perkembangan motivasi dan reputasi remaja dan
tentang anggota SPFC itu sendiri.
- Analisis dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang sempurna bagaimana korelasi antara perkembangan
motivasi dan reputasi remaja pada anggota SPFC remaja.
BAB II
- A.
LANDASAN TEORI
PENGARUH
MOTIVASI DAN REPUTASI REMAJA PADA PEER GROUP
- 1.
PENGERTIAN MOTIVASI DAN REPUTASI
Perkataan
motivasi adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris “MOTIVATION”.
Perkataan asalnya ialah “MOTIVE” yang juga telah dipinjam olehBahasa Melayu /
Bahasa Malaysia kepada motif, yakni bermaksud tujuan. Di dalamsurat khabar,
kerap pemberita menulis ayat “motif pembunuhan”. Perkataan motif disini boleh
kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatupembunuhan itu
dilakukan.
Oleh kerana
perkataan motivasi adalah bermaksud sebab, tujuan atau pendorong, maka tujuan
seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerakutama baginya berusaha keras
mencapai atau mendapat apa juga yangdiinginkannya sama ada secara negatif atau
positif.
Tujuan atau
motif adalah sama fungsinya dengan, wawasan, aspirasi, hasrat atau cita-cita.
Jadi, wawasan, cita-cita, impian, keinginan atau keperluan seseorang itu malah
bagi sesebuah negara merupakan pendorong utama yang menggerakkan usaha bersungguh-sungguh
untuk mencapai apa yang dihajatkan.
Definisi
reputasi menurut Gaotsi dan Wilson (2001), “evaluasi semua stakeholder tehadap
organisasi sepanjang waktuyang didasarkan atas pengalaman stakeholder tersebut
dengan organisasi.” Ada 5 faktor yang mempengaruhi organisasi, yaitu
kebeeradaan (being), tindakan (doing), berkomunikasi (communicating),
mendengarkan (listening) dan melihat (seeing). Organisasi perlu melakukan
tindakan yang terencana dengan baik untuk membangun kesan di mata stakeholder-nya,
maka kepercayaan terhadap organisasi bisa terjaga.
- 2.
PENGERTIAN REMAJA
Remaja
berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja
sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Masa
peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami
masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada
diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Seperti yang
dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh
status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini &
Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa
dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa
dewasa.
- 3.
HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW : MANUSIA MEMPUNYAI KEBUTUHAN.
Banyak teori
yang bisa digunakan untuk menjelaskan tingkah laku manusia. Salah satu
diantaranya yang paling populer ialah TEORI HIRARKI KEBUTUHAN yang dikembangkan
Maslow.
Para pakar
agaknya sepakat bahwa Teori Kebutuhan Maslow dalam kenyataan paling sering
digunakan bila berbicara tentang kebutuhan, perilaku, dan motivasi manusia.
Menurut Maslow, manusia mempunyai banyak kebutuhan menurut tingkatan-tingkatan,
dan mereka senantiasa berusaha untuk memenuhi kenbutuhan tersebut.
Penggolongan
sekaligus urutan hirarki kebutuhan menurut Maslow tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kebutuhan Fisiologis. Termasuk di dalamnya segala kebutuhan yang sangat
diperlukan untuk dapat bertahan hidup seperti makan, minum, tidur, dsb.
Kebutuhan fisiologis ini tidak bisa diabaikan untuk jangka waktu lama, jadi
harus segera dipenuhi.
2. Kebutuhan akan Rasa Aman. Yaitu kebutuhan akan perlindungan terhadap bahaya,
ancaman, dan penderitaan. Baik keamanan dalam arti fisik maupun keamanan mental
(seperti jaminan hari tua).
3. Kebutuhan Sosial. Yaitu kebutuhan untuk bersosialisasi atau berafiliasi
dengan orang lain. Misalnya kebutuhan untuk diterima dalam sebuah lingkungan,
kebutuhan rasa cinta, persahabatan, kontak sosial, dll.
4. Kebutuhan akan Rasa Keakuan. (Penghargaan atas Kemampuan Diri). Kebutuhan
ini bisa berkaitan dengan rasa percaya diri, kompetensi, kemampuan pengetahuan,
bisa pula berupa reputasi (status, prestige, dikenal orang, penghargaan atau
rasa hormat dari orang lain).
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri. Yaitu untuk merealisir potensi diri dan untuk
mengembangkan diri secara berkelanjutan, serta untuk menjadi dirinya sendiri.
Sehubungan
dengan bentuk hirarki Maslow ini, biasanya perilaku seseorang pada suatu waktu
ditentukan oleh kebutuhan yang paling kuat saat itu (dominan)
Manusia
adalah mahluk sosial. Sudah dengan sendirinya akan mempunyai kebutuhan sosial.
Yang dimaksud dengan kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan
orang lain atau ditimbulkan oleh orang lain/hal-hal di luar dirinya.
Kebutuhan
untuk hidup berkelompok dalam peer group membuat remaja harus bisa menyesuaikan
diri sehingga memungkinkan remaja dapat bergaul dengan teman sebayanya.
Dalam
hubungan ini, remaja sering dihadapkan pada persoalan penerimaan atau penolakan
teman sebaya terhadap kehadirannya dalam pergaulan. Bagi pihak remaja, hal
penolakan ”peer” merupakan hal yang sangat mengecewakannya. Untuk menghindari
kekecewaan-kekecewaan itu remaja perlu memiliki sikap, perasaan,
keterampilan-keterampilan perilaku yang dapat menunjang penerimaan kelompok
teman sebayanya.
Kebutuhan
remaja secara umum sama saja dengan kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh
kelompok orang dalam masa/tahap manapun dia berada. Remaja juga memiliki
kebutuhan primer. Yang fisiologis, misalnya : kebutuhan untuk beraktifitas,
kebutuhan untuk mengetahui sesuatu. Remaja juga memiliki kebutuhan sekunder
yaitu kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan akan pujian, kebutuhan akan
kedudukan, kebutuhan untuk menghasilkan sesuatu, dll.
Disamping
itu, perlu pula mengenal kebutuhan-kebutuhan khas remaja. Para ahli sepakat
tentang adanya kebutuhan yang khas bagi remaja. Kebutuhan itu terkait dengan
aspek psikologis-sosiologis yang mendorong remaja untuk bertingkah laku yang
juga khas.
Apabila
dikaitkan lagi dengan kebutuhan pribadi, Garrison pernah mencatat 7 (tujuh)
kebutuhan khas remaja sebagai berikut :
1. kebutuhan akan kasih sayang.
2. kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok, merupakan hal yang
sangat penting; ”melepaskan diri” dari keterikatan keluarga dan berusaha
memantapkan hubungan dengan lawan jenis.
3. kebutuhan untuk berdiri sendiri yang dimulai sejak usia lebih muda (remaja
awal), menjadi sangat penting selama masa remaja. Remaja dituntut untuk membuat
berbagai pilihan dan mengambil keputusan.
4. kebutuhan untuk berprestasi, menjadi sangat penting dan mengarah pada
kematangan.
5. kebutuhan akan pengakuan dari orang lain, bergantung hubungan dan penerimaan
teman sebaya.
6. kebutuhan untuk dihargai.
7. kebutuhan memperoleh falsafah hidup. Misalnya untuk mendapatkan suatu
ketetapan dan kepastian, remaja memerlukan beberapa petunjuk yang akan menjadi
dasar dan ukuran dalam membuat keputusan-keputusan. Falsafah hiduplah yang
berperan untuk itu.
Kebutuhan-kebutuhan
tersebut masih tergantung pada berbagai tingkat intensitas berbagai faktor
antara lain : faktor individual, sosial, kulutral, dan relijius.
Bagi remaja
Indonesia, cenderung dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok kebutuhan yaitu:
1. kebutuhan yang menuntut pemenuhannya dari kelompok teman sebaya atau peer
group .
2. kebutuhan yang menuntut pemenuhan dari orang tua remaja itu sendiri.
Kelompok
kebutuhan yang menuntut pemenuhan dari peer group dapat dibedakan atas 2 (dua),
sesuai konsep Palmer yang diadaptasikan sebagai berikut :
1. kebutuhan untuk diterima oleh peer group.
2. kebutuhan menghindari penolakan peer group.
Dalam prosesnya,
kedua kebutuhan itu simultan sehingga terdapat/bekerja pula adanya kebutuhan
kasih sayang, keikutsertaan untuk berdiri sendiri, untuk berprestasi, kebutuhan
pengakuan dan untuk dihargai.
Kelompok
kebutuhan yang menuntut pemenuhannya dari orang tua remaja Indonesia lebih
menonjol kebutuhan-kebutuhan :
1. pengakuan sebagai orang yang mampu untuk menjadi dewasa.
2. perhatian, dan
3. kasih sayang.
Pemenuhan
kebutuhan pribadi, psikologis-sosiologis, dan kebutuhan biologis adalah sama
pentingnya. Hal ini bila diakui asumsi bahwa manusia merupakan kesatuan fisik
–psikis yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut
dapat dipenuhi secara memadai, maka akan mendatangkan keseimbangan dan keutuhan
integrasi pribadi. Individu akan merasa gembira, harmonis, dan menjadi
produktif. Sebaliknya bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka tidak ada
kepuasan dalam hidup seseorang sehingga akan frustasi serta terhalang dan
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan sikap positif terhadap lingkungan
masyarakat dan dirinya yang selanjutnya akan merasa tidak berarti dalam
hidupnya.
- 4.
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA.
Tugas-tugas
perkembangan, menurut R.J. Havighurst, diartikan sebagai suatu tugas yang
timbul pada suatu tahap atau masa tertentu dalam kehidupan seseorang. Dari segi
individu, yang diharapkan dimilikinya terkait dengan perkembangan pikir, sikap,
dan perasaan, kemauan, dan perlakuan nyata. Dari segi lingkungan, ada semacam
”tuntutan” dari faktor sosial, relijius, nilai, dan norma hidup di dalamnya.
Tuntutan itu dikenakan bagi individu sebagai bagian dari lingkungan itu juga.
Arti
tugas-tugas perkembangan konkritnya sebagai berikut :
1. petunjuk-petunjuk yang memungkingkan seseorang mengerti dan memahami apa
yang diharapkan atau dituntut oleh masyarakat dan lingkungan terhadap seseorang
dalam usia-usia tertentu.
2. petunjuk bagi seseorang tentang apa dan bagaimana yang diharapkan
daripadanya pada masa yang akan datang jika dia kelak tidak mencapainya
(tahap-tahap tertentu).
Tugas-tugas
perkembangan pada masa remaja :
1. menerima keadaan fisiknya dan menerima perannya sebagai pria dan wanita;
2. menjalin hubungan baru dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lain
jenis kelamin.
3. memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orang-orang
dewasa lain.
4. memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomi;
5. memilih dan mempersiapkan diri kearah suatu pekerjaan atau jabatan;
6. mengembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep intelektual yang
diperlukan .
7. menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat.
8. mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
5. MEMBANGUN
MOTIVASI PADA REMAJA
Banyak
psikolog dunia tentang remaja nyaris semuanya sama. Remaja merupakan masa
transisi yang rentan terhadap banyak pengaruh negative dan positive. Menurut
mereka hal ini disebabkan oleh psikologis remaja yang masih labil.
Kondisi
psikologis labil tak sekedar memberi dampak yang sepele. Akibat kondisi remaja
yang belum stabil, banyak remaja terjerat dalam kubangan masalah yang
sesungguhnya bersumber dari dirinya sendiri. Misalnya krisis motivasi. Banyak
remaja bermasalah dengan motivasi. Semangatnya untuk meraih segala cita-citanya
cenderung padam dan lebih suka terlena dengan suasana.
Krisis
motivasi yang berkepanjangan sangat mengganggu masa depan. Masa remaja dimana
seorang anak mengalami masa transisi yang rentan, namun juga merupakan masa
gemilang penentu masadepan. Sangat disayangkan bila seorang remaja mengalami
krisis motivasi. Ada banyak penyebab remaja mengalami ini diantaranya, 1.
Seorang remaja merasa kurang perhatian dari orangtua mereka, sehingga sang anak
beranggapan tak ada yang peduli dan berakibat pada menurunnya motivasi. 2.
Seorang remaja terlalu asyik mencoba hal-hal baru bersama temannya, sayangnya
belum tentu hal baru itu berdampak baik, justru banyak yang menyebabkan remaja
justru lupa diri dan tak termotivasi. 3. Masa remaja sering pula disebut masa
puber, dimana remaja merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya, banyak
diantara mereka yang justru terperosok dalam fase ini. Jatuh cinta yang
berlebihan seringkali membuat motivasi seorang remaja menurun. Beberapa sebab
di atas hanya contoh kecil dari penyebab krisis motivasi pada remaja. Akan
tetapi dapat digaris bawahi bahwa penyebab dari krisis motivasi itu berasal
dari individu remaja.
Ada banyak
cara untuk menanggulangi atau mencegah terjadinya krisis motivasi. Cara
tersebut tidaklah rumit, namun tidak juga mudah. Evaluasi diri dirasa menjadi
salah satu jalan ampuh membangun motivasi. Bagi remaja hendaknya melihat apa
saja yang telah ia lakukan untuk mewujudkan cita-citanya. Dengan demikian
remaja akan ingat dan kembali terpacu untuk meraih harapannya. Disamping evaluasi,
pikiran positif dari diri remaja itu sangat berpengaruh terhadap motivasi
dirinya. Pikiran positif membuat remaja lebih arif dalam menyikapi banyak
persoalan dalam hidupnya. Seperti yang telah disinggung dalam paragraf
sebelumnya, remaja seringkali merasa kurang perhatian. Hal itu dapat
ditanggulangi dengan pikiran positif. Hendaknya remaja merasa dia bisa mandiri,
apalagi remaja sering merasa dirinya sudah dewasa. Bila mereka memang merasa
demikian harusnya mereka bisa hidup tanpa bergantung pada orang lain.
Jika
motivasi diri dalam remaja sudah terbangun, maka kedepannya peluang remaja itu
berhasil akan lebih besar. Karena diri yang senantiasa selalu semangat dapat
membuat usahanya dalam meraih cita-cita semakin kuat. Dan seperti inilah remaja
yang tidak merugi. Remaja yang dapat memotivasi diri demi masadepannya, meski
apapun yang terjadi padanya.
Motivasi
memang aspek yang begitu penting. Jangan diabaikan, sebab dibalik keberhasilan
itu tentu ada motivasi yang kuat. Motivasi dari diri sendiri adalah motivasi
terbaik. Maka para remaja jangan pernah ada alasan untuk tidak memotivasi diri,
karena dengan motivasi cita-citamu akan lebih dekat dengan genggamanmu.
1. kenali
& benahi diri (self management)
2. citra
diri & kecenderungan dalam komunikasi dg teman, ortu, guru, etc
3.
achievement motivational session
4. cermati
kendala-2 mental block & tips praktis untuk berubah
4. refleksi
Berani
berprestasi
1.
inventarisasi, kenali inti masalah, evaluasi proporsional
2. kenali
sources prestasi (pengalaman dari sendiri, teman, idola, orang tua)
3. focusing
tematis & step-by-step meraih prestasi
konteks
tematis: peer group, superior body, etc
pemilahan
masalah
4.
experiential learning: “mengalami” berprestasi (outdoor activity)
5. refleksi
& pembangunan niat
6. PENGARUH
TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI DIRI REMAJA
Di antara
para remaja, terdapat jalinan ikatan perasaan yang sangat kuat. Pada peer group
itu untuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip–prinsip hidup bersama dan
bekerja sama. Akan terbentuk norma, nilai-nilai, dan simbol-simbol tersendiri
yang lain dibandingkan yang ada di rumah mereka masing-masing, dan berbeda pula
dengan kelompok lain. Mereka memiliki kewajiban-kewajiban terhadap kelompok,
memiliki kode-kode tingkah laku yang ditetapkan sendiri, dihargai, dan
dipatuhi. Maka hal yang ada kaitan dengan tingkah laku, minat, sikap, dan
pikiran remaja banyak dipengaruhi teman-teman peer group, disamping ada
pengaruh kuat dari orang tua. Bila pola nilai dan norma kelompok dimana remaja
bergaul adalah hal positif, akan memberikan hal yang positif bagi remaja
sehingga orang tua tidak akan direpotkan.
–
pertentangan nilai dan norma kelompok dengan nilai dan norma keluarga (orang
tua), timbul penyesuaian diri pada remaja. Remaja berusaha tidak melanggar ’peraturan
keluarga’ sementara juga takut dikucilkan oleh peer group. Sering terjadi untuk
keluar dari konflik adalah mengorbankan kepatuhan pada orang tua.
–
pertentangan antara seorang remaja dengan teman peer group, umumnya tidak
terlalu kuat.
Perubahan
tingkah laku, merupakan satu di antara aspek penting dalam penyesuaian diri
dalam peer group, misalnya :
–
Tingkah laku tidak suka ribut, jadi lebih tenang;
–
Aktifitas beragam, jadi terfokus;
–
Kelompok besar, jadi kelompok kecil-kecil;
–
Pemilihan teman bergaul;
–
Pergaulan akrab;
–
Kencan.
Penerimaan
peer group remaja merupakan salah satu kelompok kebutuhan remaja disamping
kelompok yang berhubungan dengan orang tua mereka. Beberapa aspek pada individu
remaja dapat menimbulkan penerimaan atau penolakan peer group.
Faktor-faktor
yang menyebabkan seorang remaja diterima :
1. penampilan dan perbuatan (rapi, aktif);
2. kemampuan pikir (inisiatif, memikirkan kelompok);
3. sikap, sifat, perasaan (sopan, bisa menahan marah);
4. pribadi (jujur, dapat dipercaya);
5. tidak pelit, suka bekerjasama
Faktor-faktor
yang menyebabkan seorang remaja ditolak :
1. penampilan dan perbuatan (sering menentang, malu, menyendiri);
2. kemampuan pikir (bodoh sekali);
3. sikap, sifat (melanggar norma dan nilai kelompok, menguasai anak lain, suka
curiga, maunya sendiri);
4. rumah terlalu jauh dari teman-teman lain.
Salah satu
faktor yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi atau
motivasi berprestasi
Masalahnya,
apakah remaja kita sekarang cukup punya motivasi untuk dapat mengukir prestasi,
bukan mengukir prestise yang biasa kita lihat di kafe-kafe, mall-mall
Motivasi
dalam diri remaja sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan dan keluarga.Beban
pelajaran yang begitu berat, gaya hidup dan kemudahan kemudahan yang mereka
dapatkan,
Orang tua
yang kurang memberikan perhatian dan dorongan terhadap prestasi remaja, kurang
menghargai prestasi yang diraih oleh remaja sehinga mereka merasa prestasi yang
diraihnya hanyalah sia-sia.
Di sisi lain
tanpa disadari , orang tua terlalu memanjakan remaja dengan uang sehingga
mereka berpikir tidak perlu berusaha keras untuk mencapai prstasi untuk
menghasilkan uang nantinya, karena mereka bisa mengandalkan pada orang tua,
yang akhirnya menyebabkan motivasi berprestasi mereka rendah.
BAB III
Hasil
Penelitian
- A. Deskripsi
objek
Wilayah sukaregang tempat penghasil kerajinan kulit di Garut yang dijadikan
sebagai para wisatawan asing ataupun dalam negri untuk mencari kerajinan kulit
yang berkualitas tinggi yang mempunai harga yang murah. Terlepas dari itu semua
rata-rata pegawai pabrik pengrajin kulit mentah yang ada di sukaregang
kebanyakan adalah remaja yang sedang mengalami masa perkembangan yang meningkat.
Banyak juga yang baru keluar sekolah tetapi tidak melanjutkan ke jejnjang yang
lebih tinggi hanya sebagian saja yang mempunyai motivasi yang
melanjutkansekolah ke jenjang yang lebih tinggi meskipun diantara mereka mampu
dan cukup unutuk mempunyai biayanya.
Bagaimana pengaruh motivasi terhadap prestasi di kalangan klompok teman sebaya
atau peer group. Dalam penelitian yang dilakukan melaui wawancara dengan
pendiri SPFC , pelatih, dan anggota club SPFC , maksud dan tujuan untuk
mendirikan kelompok futsal ini adalah untuk mendorong remaja dalam kegiatan
olahraga yang dapat meningkatakan prestasi yang diantaranya adalah :
- a.
MENINGKATKAN
KEKUATAN FISIK
Remaja mengalami perkembangan fisik yang luar biasa. Perkembangan kerangka tubuh
mencapai puncak ketika manusia berumur sekitar 18 tahun. Masa remaja juga
merupakan masa pertumuhan fisik yang pesat, misalnya perkembangan kapasitas
paru-paru yang menuju puncaknya. Jantung juga tumbuh sangat pesat pada masa
remaja itu.
Karena itu, remaja mempunyai kekuatan fisik yang berlimpah-limpah. Hal ini
merupakan potensi yang luar biasa. Dengan potensi itu, ditambah
pelatihan-pelatihan psiko-motorik yang bagus, remaja dimungkinkan mencapai
prestasi-prestasi dalam bidang-bidang kegiatan yang menuntut aktifitas
psikomotorik seperti olahraga.
- b.
KEMAJUAN INTELEKTUALITAS
Remaja sudah
mempunyai kemampuan berpikir abstrak dan komprehensif. Remaja bisa melakukan
analisa mendalam sehingga ketika meghadapi masalah atau kasus mereka bisa
mencari alasan-alasan, sebab-sebab, arti-arti, makna-makna, tujuan-tujuan,
fungsi-fungsi, dan menarik kesimpulan-kesimpulan logis. Hal itu menunjukkan
potensi besar remaja dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
- c.
SEMANGAT DAN GAIRAH
Remaja
mempunyai semangat dan kegairahan yang luar biasa. Ini merupakan potensi yang
sangat besar sebab menjadi daya dorong bagi mereka untuk bekerja keras dan
berjuang untuk meraih prestasi-prestasi.
- d.
CITA-CITA KUAT, MESKI UTOPIS
Remaja
mempunyai idealisme atau cita-cita yang sangat kuat. Meskipun cita-cita itu
sering tidak realistik (Hurlock, 1997), tetaplah merupakan potensi yang luar
biasa. Hal itu merupakan modal untuk bisa menjadi orang yang kreatif. Jika
dibina dalam pendidikan yang matang, bisa menjadi orang yang yang inovatif dan
kreatif.
- e.
PERGAULAN YANG LUAS
Pergaulan
social remaja yang semakin luas juga merupakan sebuah potensi. Jika
kelompok-kelompok remaja yang begitu bersemangat dan kreatif dibina dan
didampingi serta diarahkan secara baik, akan menjadi kelompok-kelompok kerja
yang kuat. Mereka bisa menjadi tim-tim yang solid dan berenergi.
- f.
MINAT-MINAT POSITIF
Remaja
adalah masa di mana seseorang mempunyai minat-minat kreatif yang bisa tergolong
positif maupun negatif (Hurlock, 1997). Sebagian dari minat-minat itu bisa
menjadi sebuah potensi atau kekuatan yang bila diarahkan akan membawa remaja
meraihkeberhasilan-keberhasilan. Beberapa minat positif itu adalah sebagai
berikut
- Minat pada permainan bisa
menjadi positif jika diarahkan menjadi sebuah proses belajar dan proses
pengembangan pergaulan yang baik. Sebagai contoh adalah proses belajar
melalui kegiatan out bond yang berbasis permainan. Atau
pengembangan prestasi olahraga melalui permainan yang menuntut ketrampilan
psikomotorik.
- Minat pada olahraga. Hal itu
jelas positif yang jika diarahkan bukan hanya membantu perkembangan fisik
remaja namun membawa remaha meraih prestasi-prestasi profesional.
- Minat pada kegiatan bepergian (traveling).
Bisa menjadi kegiatan positif bilamana dikaitkan dengan kegiatan belajar.
Misalnya bepergian untuk kepentingan karya wisata, studi tour, penelitian
lapangan, dsb.
- Minat pada kegiatan hobi
populer. Bisa positif jika diarahkan kepada hobi-bobi yang positif,
misalnya hobi koleksi perangko, hobi olahraga, dsb.
- Minat pada musik. Bisa positif
bila diarahkan pada musik dan seni bersifat positif dan membangun
kebudayaan.
- Minat pada kegiatan membaca.
Bisa sangat positif jika dikaitkan dengan proses belajar dan memperkaya
diri dengan banyak ilmu dan informasi.
- Minat pada kegiatan menonton
film. Bisa positif jika dikaitkan dengan proses belajar sebab melalui
pengamatan proses belajar dapat terjadi secara lebih intensif daripada
hanya sekedar mendengar ceramah guru.
- Minat pada kegiatan percakapan.
Bisa positif jika dikaitkan dengan proses belajar. Misalnya kegiatan
diskusi ilmiah.
- Minat pada kegiatan menolong
orang lain (kegiatan sosial). Akan menjadi maksimal jika dibina dan
diorganisir, misalnya kegiatan palang merah remaja.
- Minat pada peristiwa-peristiwa
dunia. Bisa sangat positif jika dikaitkan dan diarahkan pada kegiatan
belajar.
- Minat pada kritik dan pembaruan
(perubahan, inovasi, kreativitas). Bisa sangat positif bila dibina dan
diarahkan untuk proses-proses yang bersifat konstruktif.
- Minat-minat pribadi pada prestasi.
Ini merupakan modal dasar bagi kesuksesan (achievement oriented).
- Minat pribadi pada kemandirian.
Ini merupakan modal dasar kesuksesan.
- Minat pendidikan. Ini merupakan
modal dasar maksimalisasi pengembangan SDM.
- Minat pekerjaan. Akan positif
jika diarahkan dalam kaitannya dengan pengembangan SDM dan perencanaan
visi hidup masa depan.
- Minat agama. Sangat positif dan
menjadi peluang bagi pembinaan kerohanian sejak dini.
Remaja
mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus diembannya. Sementara pada usia transisi
ini, sangat tidak mudah bagi remaja untuk menempatkan posisi dirinya yang suatu
saat masih cenderung kekanak-kanakan, dan pada kesempatan lain ingin diterima
sebagai orang dewasa.
Dengan tidak
disadari remaja sebetulnya sangat membutuhkan bantuan, dorongan, dan dukunga,
sehingga sangatlah berharga bilamana orang tua/keluarga, guru/sekolah,
masyarakat/lingkungan mempersiapkan dan memfasilitasi remaja agar bisa diterima
dan sukses dalam peer group-nya, serta berhasil dalam mengukir prestasi pada
tahap usia remaja.
BAB VI
PENUTUP
- A.
Kesimpulan
Motivasi,
Reputasi dan Prestasi
Motivasi
adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris “MOTIVATION”. Perkataan
asalnya ialah “MOTIVE” yang juga telah dipinjam olehBahasa Melayu / Bahasa
Malaysia kepada motif, yakni bermaksud tujuan. Di dalamsurat khabar, kerap
pemberita menulis ayat “motif pembunuhan”. Perkataan motif disini boleh kita
fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatupembunuhan itu
dilakukan. bahwa motivasi adalah merupakan sejumlah proses- proses
psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya
persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan
tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu,
yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi.
Reputasi
evaluasi semua stakeholder tehadap organisasi sepanjang waktuyang didasarkan
atas pengalaman stakeholder tersebut dengan organisasi
Mengembangkan
motivasi dengan cara :
1. kenali
& benahi diri (self management)
2. citra
diri & kecenderungan dalam komunikasi dg teman, ortu, guru, etc
3.
achievement motivational session
4. cermati
kendala-2 mental block & tips praktis untuk berubah
5. refleksi
Berani berprestasi
1.
inventarisasi, kenali inti masalah, evaluasi proporsional
2. kenali
sources prestasi (pengalaman dari sendiri, teman, idola, orang tua)
3. focusing
tematis & step-by-step meraih prestasi
4.
experiential learning: “mengalami” berprestasi (outdoor activity)
5. refleksi
& pembangunan niat
Remaja
mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus diembannya. Sementara pada usia
transisi ini, sangat tidak mudah bagi remaja untuk menempatkan posisi dirinya
yang suatu saat masih cenderung kekanak-kanakan, dan pada kesempatan lain ingin
diterima sebagai orang dewasa.
Dengan tidak
disadari remaja sebetulnya sangat membutuhkan bantuan, dorongan, dan dukunga,
sehingga sangatlah berharga bilamana orang tua/keluarga, guru/sekolah,
masyarakat/lingkungan mempersiapkan dan memfasilitasi remaja agar bisa diterima
dan sukses dalam peer group-nya, serta berhasil dalam mengukir prestasi pada
tahap usia remaja.
DAFTAR
PUSTAKA
- Sofyan S.Wilis, “ Problema
Remaja dan Pemecahannya”, Angkasa, Bandung, 1991
- Fahmi, Musthofa . Penyesuaian
Diri. Jakarta: Bulan Bintang. 1982
- Kartono, Kartini. Kamus
Psikologi. Bandung: PT.Eresco.1982
- Watak, dan
Kepribadian Anda, terjemahan M.
Hashem. Jakarta: Lentera.2002
- Asrori. M, Ali. M, Psikologi
Remaja. Jakarta: Bumi Aksara, 2004
- Azwar, Saifuddin. Metode
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Relajar. 2001
diambil dari: https://cucuwahyuniuin.wordpress.com/konseling-remaja/