Minggu, 20 September 2015

Dasar-DasarDoktrin Kekristenan



Dasar-DasarDoktrinKekristenan
1.      Hanyaadasatu Allah - Yesaya 43:10; 44:6,8; Yohanes 17:3; 1 Korintus 8:5-6; Galatia 4:8-9
2.      Allah ituTrinitas - 2 Korintus 13:14; 1 Petrus 1:2
3.      Tidakada Allah lain sebelumdansesudah Allah - Yesaya 43:10
4.      Allah tahusegalasesuatu - 1 Yohanes 3:20
5.      Allah MahaKuasa - Mazmur 115:3
6.      Allah ada di mana-mana - Yeremia 23:23,24
7.      Allah adalahPenguasa - Zakharia 9:14; 1 Timotius 6:15-16
8.      Allah ituroh - Yohanes 4:24
9.      Allah menciptakansemua yang ada - Kejadian 1:1; Yesaya 44:24
10.  Rohtidakmemilikitubuh yang terdiridaridarahdandaging - Lukas 24:39
11.  Allah selama-lamanyaadalah Allah - Mazmur 90:2
12.  Yesusadalah Allah - Yohanes 1:1,14;10:30-33; 20:28; Kolose 2:9; Filipi 2:5-8; Ibrani 1:8
13.  Yesusmenjadimanusia - Filipi 2:5-8
14.  Yesusmemiliki 2 natur: Allah danmanusia - Kolose 2:99; 1 Timotius 2:5
15.  Yesustidakberdosa - 1 Petrus 2:22
16.  Yesusadalahsatu-satunyajalanmenuju Allah Bapa - Yohanes 14:6; Matius 11:27; Lukas 10:22
17.  Roh Kudus adalah Allah - Kisah Para Rasul 5:3-4
18.  Roh Kudus bukanlahsemacamkekuatan. Iahidup - Kisah Para Rasul 13:2
19.  Alkitabdiinspirasikanoleh Allah - 2 Timotius 3:16
20.  Semuamanusiatelahberdosa - Roma 3:23; 5:12
21.  Manusiatidakberevolusi, manusiadiciptakan - Kejadian 1:26
22.  Adam danHawaadalahmanusia yang benar-benarada - Kejadian 3:20;5:1; 1 Timotius 2:13
23.  Kematianmasukkedalamduniakarenadosa Adam - Roma 5:12-15
24.  Dosamemisahkankitadari Allah - Yesaya 59:2
25.  Yesustelahmatiuntukdosadosakita - 1 Yohanes 2:2; 2 Korintus 5:14; 1 Petrus 2:24
26.  PengorbananKristusadalahpenggantibagikita - 1 Petrus 2:24
27.  Yesusbangkitdarikematiandalamtubuhfisik-Nya - Yohanes 2:19-21
28.  Mereka yang menolakYesusakanmasukneraka - Wahyu 20:11-15
29.  Nerakaadalahtempatpenghukuman yang berapi-api - Matius 25:41;Wahyu 19:20
30.  Nerakaituabadi - Matius 25:46
31.  Mereka yang tidakdiselamatkanakanpergikenerakauntukselamanya - Wahyu 21:8
32.  Keselamatanadalahanugrahcuma-cumadari Allah - Roma 4:5; 6:23; Efesus 2:8-9
33.  AlkitabadalahFirman Allah - 2 Timotius 3:16
34.  Yesusakankembalilagidandapatdilihatolehdunia - Kisah Para Rasul 1:11
35.  Orang-orang Kristen akandibangkitkanketikaYesusdatangkembali yang keduakalinya - 1 Tesalonika 4:14-17
36.  Akan ada rapture (diangkatkeawanbertemudenganKristus) - 1 Tesalonika 4:14-17
37.  Akan adapenghakiman yang terakhir - 2 Petrus 3:7
38.  Mereka yang berdosaakandibuangkedalamlautanapi - Wahyu 20:15
39.  Setanakandibuangkedalamlautanapi - Wahyu 20:10
40.  Akan adalangitbarudanbumibaru - 2 Petrus 3:13; Wahyu 21:1

Selasa, 14 Juli 2015

PERNIKAHAN KRISTEN


PENGERTIAN PERNIKAHAN
Pernikahan adalah hubungan yang paling bermamfaat dan paling sulit. pernikhan itu dimulai ketika Tuhan mengatakan. "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia. (Kej. 2:18). jika ditanyakan bagi muda-mudi dan pasangan yang mau menikah, kenapa harus menikah? banyak jawapan yang muncul untuk menjawabnya. namun jarang memberikan jawapan yang menjadi landasan kuat dalam menjalani pernikahan. banyak orang yang mau menikah tanpa menyadari konsekuensi bagi kehidupan mereka yang akan datang. akibatnya banyak pasangan yang terkejut dan kecewa setelah menikah. pada saat ini kita akan membahas apa itu pernikahan.
1. pernikahan adalah sebuah hadiah artinya anda atau pasangan anda dapat menjadi hadiah paling berharga yang pernah diterima. andalah yang menjadi hadiah istimewa bagi pasangan anda. sebuah hadiah biasanya dipilih sangat hati-hati dan penuh pertimbangan. hadiah itu diharapkan dapat membahagiakan dan memuaskan sipenerima, serta mengungkapkan perasaan terdalam dari sipemberi. jika pasangan anda adalah hadiah istimewa, bagi anda bagaimana anda memperlakukannya? jaga, cintai, hargai, dan rawatlah.
2. pernikahan adalah panggilan untuk saling melayani. pangilan untuk saling melayani dalam pernikahan bukanlah sesuatu yang dilakukan dengan terpaksa, melainkan merupakan tindakan nyata yang lahir dari kerelaan. setiap orang Kristen dipanggil untuk melanyani sebagai ungkapan hidup baru didalam Kristus dan ciri orang kristen sejati. pola salaing melayani akan membuat kebutuhan masing-masing terpenuhi. dalam pernikahan melanyani adalah tindakan kasih, suatu hadiah yang dapat membuat pasang hidup puas.
3. pernikahan menjakup keintiman (peresekutuan hidup dan cinta). pernikahan merupakan suatu persekutuan hidup yang menyatukan seorang wanita dan pria dalam kesatuan lahir dan batin yang mencakup seluruh kehidupanhubungan suami istri yang sehat adalah hubungan dua individu yang memiliki kepribadian tersendiri, yang berlainan tetapi ada kesatuan.. memang pernikahan adalah gaya hidup, yakni hidup yang penuh sukacita. pesta pernikahan boleh selesai namun pernikahan terus berlanjut sampai maut memisahkan keduanya. pernikahan adalah tanda mulainya hubungan yang intim. intim berarti saling berbagi, "saya" menjadi "kita". keintiman dalam pernikahan menjakup tiga hal yaitu keintiman emosional, keintiman estetika (pengalaman dalam berbagai keindahan), keintiman spiritual (kerohanian).
4. pernikahan adalah proses pemurnian. setiap hari tersedia banyak kesempatan untuk bertumbuh jika diizinkan. kita sering menghadapi krisis, baik yang berat maupun yang sepele. krisis dan ujian sesungguhnya dapat menjadi sarana pertumbuhan yang menyenangkan.
TUJUAN PERNIKAHAN
Anda yang akan menikah akan memasuki salah satu babak paling penting dalam kehidupan anda. maupun yang sudah menikah anda sudah memasuki satu babak paling penting dalam kehidupan ini. mengingat banyaknya pasangan muda-mudi yang menikah hanya alasan cinta dan tidak memikirkan tujuan pernikahan, hal ini tentunya mengakibatkan permasalahan yang baru. pernikahan dapat dilaksanakan dengan tujuan yang berbeda-beda. namun tujuan yang perlu diketahui dan dikejar suami-istri adalah
1. Pengembangan dan pemurnian cinta kasih suami-istri
Kasih yang telah bersemi antara pria dan wanita masih harus terus dikembangkan dan dimurnikan, sehingga sungguh saling membahagiakan. Cinta bukan semata-mata dorongan nafsu, rasa tertarik, rasa simpati atau asmara, melainkan suatu keputusan pribadi untuk bersatu dan rela meyerahkan diri demi kebahagiaan pasangannya. dimana pasangan suami istri akan memperoleh banyak pelajaran tentang cinta, perjalanan hidup., dll.
2. Kelahiran dan pendidikan anak
perkawinan adalah satu-satunya lembaga yang sah untuk kepenuhan keiginan mempunyai anak. sebagaimana mana mandat yang diberikan Tuhan kepada manusia pertama yaitu beranak cuculah dan bertambah banyak (kej. 1:28a). suami istri yang normal mempunyai kerinduan akan keturunan. namun perlu diigat bahwa anak itu anugrah Tuhan, yang tidak boleh dimutlakkan. maka bila Tuhan tidak memberikan anak, perkawinan tidak kehilangan arti.
3. Pemenuhan kebutuhan seksual
pria dan wanita yang dewasa dan normal merasakan kebutuhan seks. kebutuhan ini hanya layak dan boleh dipenuhi antara suami istri.bukan pacar atau selingkuhan maupun simpanan. itu menandakan bahwa persetubuhan diadakan bukan hanya sekedar menuruti hawa nafsu, melainkan dengan kesadaran dan tanggung jawab penuh, sehingga kebutuhan itu terpenuhi dalam suasana cinta kasih, dan disertai kerelaan.
4. untuk saling melengkapi.
pernikahan bukanlah hanya sekedar untuk meneruskan keturunan. Adam dan hawa dipersatuakan untuk saling menemani dan berhubungan. hubungan itu merupakan hubungan timbal balik, yang paling cocok untuk diri kita. dalam hubungan itu kebutuhan dalam diri untuk saling mengasihi dan dikasihi, memperhatikan dan diperhatikan, memberi dan diberi dapat terpenuhi. dalam hubungan pernikahan, laki-laki dan perempuan dapat saling mamberi dirinya baik jasmani maupun rohani.
Hakekat Perkawinan Kristiani: Kesatuan dan Kesetiaan
Perkawinan merupakan kesepakatan antara seorang pria dan wanita untuk membentuk kebersamaan seluruh hidup. Kesepakatan ini bersifat tetap dan berlaku untuk setiap bentuk perkawinan, khususnya perkawinan kristiani. Sifat hakiki perkawinan kristiani adalah monogam (satu) dan indissolubilitas (tak terceraikan).
Perkawinan selalu bersifat monogami.
Artinya, perkawinan merupakan kesepakatan dan ikatan perjanjian antara seorang pria dan seorang wanita. Dasar kesatuan perkawinan adalah pencipataan Allah sendiri. Dalam kisah penciptaan digambarkan bahwa Allah menciptakan seorang pria dan seorang wanita menurut gambar-Nya (Kej 1:26-30). Mereka akan bersatu menjadi satu daging (Kej 2:24). Satu daging dipahami sebagai kebersatuan yang total dan integral, menyeluruh menyangkut kehidupan seutuhnya. Dengan demikian, sifat monogam itu mendapat pendasaran yang amat kokoh pada kehendak Allah sendiri. Allah menghendaki perkawinan satu dengan satu, dan sifat monogami itu berlaku untuk setiap bentuk perkawinan. Demikian juga dalam Perjanjian Baru, kesatuan suami-istri tetap mendapatkan perhatian lebih. Dasar dan sumber kesatuan itu adalah kesatuan Kristus dengan Gereja-Nya yang tak pernah tergoyahkan (Ef 5:22-33). Suami-istri kristiani yang mengimani Yesus Kristus berpola dan bersumber pada kebersatuan antara Yesus dengan Gereja-Nya.
Tak terceraikan
Allah mengingikan suatu pernikahan bersifat langgeng. Yesus tidak pernah mengijikan, apalagi menganjurkan perceraiaan dalam keadaan apapun. Dengan tegas Yesus mengatakan, “ oleh karena itu, apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia” (Mrk. 10:9) dengan demikian hubungan suami-istri yang dipersatukan dalam ikatan perkawinan berlaku untuk seumur hidup. Sifat ini menunjuk pada ketakterceraikannya perkawinan. Sifat tak terceraikan didasar-kan pada ajaran Yesus sendiri yang mengacu kepada Kej 1:27 dan Kej 2:24, “Allah menciptakan pria dan wanita...dan menghendaki hubungan mereka menjadi lembaga suci yang utuh dan tak terceraikan” (bdk. Mat 19:6; Mrk 1:2-12).

Ciri-Ciri Pernikahan Sehat
Pernikahan yang sehat itu adalah pernikahan yang tidak sempurna. dapat di kelompokkan dalam 7 kategori yaitu:
1. Pernikahan yang sehat bukan berarti tidak pernah bertengkar, namun bisa menyelesaikan pertengkaran sehingga tidak berlarut-larut. Nah salah satu keterampilan yang mesti dimiliki oleh setiap pasangan adalah keterampilan menyelesaikan pertengkaran. Pernikahan yang terus-menerus diganggu oleh pertengkaran akan menjadi pernikahan yang sakit, yang tidak sehat, ibarat pertengkaran itu seperti virus yang akan meracuni dan membuat daya tahan tubuh pernikahan kita itu lemah.
2. Pernikahan yang sehat bukan berarti tidak pernah kecewa, tidak pernah marah, tidak pernah sedih, atau tidak pernah menyesal. Setiap orang yang menikah saya kira akan mengalami kekecewaan, rasa marah dsb namun yang penting adalah setelah merasakan semua itu kita masih bisa menerimanya kembali.
3. Pernikahan yang sehat bukannya selalu mesra, penuh kasih. Setelah menikah beberapa waktu, kemesraan dan penyataan kasih sayang tidak lagi sesemarak pada masa berpacaran. Tapi meskipun perasaan-perasaan mesra itu tidak lagi bermunculan dengan semarak tapi lebih sering ada perasaan sayang. Jadi perasaan itu harus ada, pernikahan yang sehat ditandai oleh adanya perasaan sayang bahwa pasangan kita adalah seseorang yang berharga dalam hidup kita.
4. Pernikahan yang sehat bukan berarti selalu seia sekata, namun meskipun tidak selalu seia sekata, kita masih menghormati pandangan pasangan kita dan lebih banyak keberhasilan menemukan titik temu. Jadi meskipun kita berbeda pandang jangan sampai menghina dia. Mengakui memang berbeda tapi nggak harus disertai dengan caci maki terhadap perbedaan tersebut.
5. Pernikahan yang sehat juga tidak selalu anak-anaknya tidak bertengkar, kadang-kadang bertengkar tetapi yang penting adalah kita dapat mendamaikan pertengkaran mereka sebagai orangtua dan mereka pun anak-anak itu relatif bisa dengan cepat mendamaikan pertengkaran mereka.
6. Pernikahan yang sehat ditandai oleh hormat anak terhadap orangtua. Artinya orangtua itu memang dianggap sebagai figur yang konsisten, figur yang mereka bisa hormati. Mereka kadang-kadang marah dan kadang-kadang meletup emosinya terhadap kita, tapi tidak kurang ajar karena masih menghormati kita. Pernikahan yang tidak sehat biasanya kehilangan hormat anak-anak, tidak lagi menggubris orangtua, meskipun takut dalam hati tapi tidak lagi menghormati mereka.
7. Keluarga yang sehat juga ditandai dengan kerukunan antara anak-anak.
Kalau ciri-ciri di atas tidak terpenuhi dalam suatu pernikahan yang sehat yang muncul adalah perasaan kecewa, marah, perasaan bahwa kita ini seolah-olah berseberangan dengan pasangan kita. Kita tidak lagi bersatu dengan dia terpecahlah kita, nah dalam keadaan seperti ini kita perlu berdamai, berekonsilisasi.
Matius 18:21-22, "Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya : "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." Pernikahan harus dilandasi atas hukum rekonsiliasi ini, jika ada pihak yang meminta ampun atau bertobat dan ada yang memberi ampun alias ada yang berbelaskasihan.

Komitmen dalam pernikahan kristiani.
Elizabeth Achtemeier menyatakan pernikahan kristiani seharusnya mempunyai komitmen dalam enam hal yaitu:
1. komitmen secara total
pasangan itu menyerahkan diri secara menyeluruh dalam hubungan pernikahan. pasangan sudah berjanji untuk terikat dalam suatu hubungan pernikahan seumur hidupnya. dalam komitmen ini mencakup seluruh aspek kehidupan. dedikasi secara total berarti saya tetab bersamamu apapun yang terjadi,akan tetab mempertahankan pernikahan.
2. komitmen untuk menerima.
suami isteri mau menerima pasangannya secara utuh, apa adanya termasuk semua kebaikan dan keburukannya. pasangan jangan menuntut pasangannya untuk persis seperti dia atau yang dia mau. pasangan sebaiknya berusaha mempelajari dan menikmati keunikan pasangannya.
3. komitmen secara Ekslusif
memberikan dirinya untuk pasangannya saja, tidak ada pihak yang ketiga yang terlibat dalam hubungan pasangan. kehadiran anak juga tidak boleh memisahkan kesatuan pasangan.
4. komitmen yang terus menerus
manusia selalu berkembang. hidup dalam pernikahan juga berubah-ubah situasinya. komitmen pasangan harus terus menerus dan semakin kuat.
5. komitmen yang bertumbuh
pasangan harus terus bertumbuh semakin lama, makin dalam dan dewasa, setelah melewati liku-liku perjalanan hidup barsama-sama. semakin lama menikah seharusnya hubungan bersama semakin dekat dan manis. untuk menghindari kejenuhan, pasangan perlu secra teratur menyediakan waktu khusus untuk memperbaharui kasih.
6. komitmen yang berpengharapan
walaupun pasangan tidak tahu apa yang terjadi pada masa depan, mereka tetap bersandar kepada kebaikan Tuhan Yesus yang merencanakan masa depan. dalam pernikahan kristiani, seyogianya tidak pernah ada putus harapan.
HUBUNGAN DENGAN KELUARGA ASAL ( ORANG TUA DAN MERTUA)
1. Meninggalkan keluarga dan bersatu dengan pasangan.
Hubungan lama anda dengan orang tua dan hubungan baru anda dengan mertua pasti berdampak pada pernikahan. Sehinga setelah menikah seharusnya meninggalkan keluarga asal dan bersatu dengan pasangan anda. Sebagaiman firman Tuhan: Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu dagin. (Kej. 2:24). Prinsip ini diulang dalam Efesus 5:31, pola yang diberikan Tuhan bagi pernikahn termasuk meninggalkan orang tua dan melekat erat dengan pasangannya. Pernikahan membuat perubahn kesetiaan. Sebelum menikah, kesetiaan seseorang adalah kepad orang tuanya namun setelah menikah kesetaiaan beralih kepad pasangannya. Banyak orang yang sudah menikah meninggalkan rumah secar fisik, tetapi tetab dirumah atau bergantung kepada orang tua secara psikologis. Kedekatan pada orang tua seharusnya diganti dengan kedekatan pada pasangan. Hal ini bukan berarti mengabaikan atau tidak menghormati orang tua tetapi lebih memutuskan ikatan ketergantungan dengan orang tua dan menerima tanggung jawab atas pasanganya. Orang yang sudah mneikah perlu mandiri, bertanggung jawap terhadap keluarga barunya, dan tidak membebani keluarganya.
2. Menghormati orang tua dan mertua.
Ada pasangan yang setelah menikah secara sadar atau tidak sadar hanya dekat dengan salah satu pihak orang tua saja, yaitu pihak istri ataupun suami. Seharusnya baik orang tua anda maupun mertua patut mendapatkan perhatian yang sama dari anda berdua. Suami istri harus menerima keluarga pasanganya sebagaimana keluarga sendiri.
Walaupun pasangan masing-masing harus meninggalkan orang tua dan bersatu dengan teman hidupnya ketika menikah, masih perlu mengormati orang tua dan mertua masing-masing. Tuhan mengajarkan setiap anak harus menghaormati orang tua. Di sepuluh perintah Tuhan, hal ini merupakan perintah pertama berdasarkan hubungan antar sesama manusia disertai dengan janji. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu (Keluaran 20:12). Perintah Tuhan ini tidak hanya berlaku bagi anak-anak yang masih kecil, tetapi berlaku juga pada anak yang sudah dewasa dan menikah. Firman Tuhan tidak pernah mengatakan anak yang sudah menikah tidak menghormati orang tua dan melupakan mereka.
3. Kehadiran atau keterlibatan orang tua (mertua) dalam pernikahan.
Banyak orang beranggapan bahwa kehadiran orang tua dan mertua sangat dibutuhkan dan berperan penting dalam mendewasakan relasi antara suami-istri saat mengarungi bahtera rumah tangga. Kadang pengaruh mereka sangat dominan dalam aktifitas maupun dalam perencanaan jangka panjang dalam kehidupan rumah tangga. Ada beberapa penyebab orang tua ataupun mertua mempengaruhi kehidupan rumah tangga yaitu Anggapan bahwa orang tua masih berhak mengurus anaknya, Anggapan bahwa orang tua telah berjasa mendewasakan anaknya, Anggapan bahwa orang tua lebih berpengalaman dalam mengatur dan mengurus rumah tangga dan Takut kehilangan peranan sebagai orang tua.
Untuk menghindari atau mengurangi pengaruh orang tua maupun mertua dalam pernikahan, salah satu jalan terbaik yang ditempuh adalah memisahkan diri dan tidak tinggal serumah dengan orang tua maupun dengan mertua. Hal ini bertujuan untuk menghindari benturan dalam pernikahan, terutama menciptakan kemandirian, keyamanan, serta keharmonisan suami istri dan kebahagiaan keluarga. Anda yang sudah berani memutuskan untuk menikah dan membentuk keluarga sendiri harus pula berani hidup mandiri lepas dari penagruh dan ketergantungan kepada orang tua anda.
Bagi anda yang memilih untuk tetab tingal dengan orang tua karena tidak memungkinkan untuk hidup terpisah dari orang tua atau mertua anda harus dapat menaklukkan hati mertua atau orang tua anda. Anda harus mampu menarik hati dan perhatian mereka untuk selalu mendukung pernikahan anda. Tingal bersama keluarga besar memang banyak kemudahan, tetapi bila tidak dipersiapkan sebaik mungkin dapat memicu konflik.

  Disiapkan oleh Supriadi Siburian, S.Th

KONSELING REMAJA

KONSELING REMAJA
PENGARUH PEER GROUP TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI REMAJA
BAB I PENDAHULUAN
  1. A.           Latar Belakang

Tolak ukur suatu bangsa dapat terlihat dari para remajanya, para generasi muda .Begitu juga kehancuran maupun kesuksesan suatu bangsa dapat kita lihat dari generasi mudanya.
Sepanjang masa kehidupan manusia , yaitu sejak masa kanak-kanak hingga masa dewasa seseorang selalu punya harapan atau cita-cita. Salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi atau motivasi berprestasi
Masalahnya, apakah remaja kita sekarang cukup punya motivasi untuk dapat mengukir prestasi, bukan mengukir prestise yang biasa kita lihat di kafe-kafe, mall-mall . Motivasi dalam diri remaja sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan dan keluarga.Beban pelajaran yang begitu berat, gaya hidup dan kemudahan kemudahan yang mereka dapatkan, orang tua yang kurang memberikan perhatian dan dorongan terhadap prestasi remaja, kurang menghargai prestasi yang diraih oleh remaja sehinga mereka merasa prestasi yang diraihnya hanyalah sia-sia.
Di sisi lain tanpa disadari , orang tua terlalu memanjakan remaja dengan uang sehingga mereka berpikir tidak perlu berusaha keras untuk mencapai prstasi untuk menghasilkan uang nantinya, karena mereka bisa mengandalkan pada orang tua, yang akhirnya menyebabkan motivasi berprestasi mereka rendah.
Masa muda adalah masa emas, segala hal dapat mereka lakukan. Malah sering diartikan masanya kebebasan kesenangan demi kesenangan yang sudah, mereka dapatkan dan nikmati akan hilang begitu saja jika kita tidak dapat mempersiapkan diri mereka untuk masa yang akan datang.
Ketika seseorang remaja penuh akan motivasi, serta mempunyai berjuta inspirasi dan segudang kreasi, dan kemudian akan menggapai prestasi. Sesungguhnya tidak ada orang yang bodoh, yang ada hanya orang malas. Tapi, sesungguhnya tidak ada orang yang malas di dunia ini, namun yang ada hanyalah orang yang tidak termotivasi.
  1. B.            Rumusan masalah
    1. Mengetahui motivasi pada remaja ?
    2. Pengaruh reputasi dan prestasi pada remaja ?
    3. Bagaimana membangun motivasi remaja ?
    4. Pengaruh teman sebaya terhadap motivasi ?
    5. C.           Tujuan Penelitian
      1. Memahami tugas-tugas perkembangan pada tahap usia remaja.
      2. Memahami kebutuhan-kebutuhan remaja, terutama dalam hal hidup dalam kelompok teman sebaya peer group.
      3. Mampu memberikan pengarahan dan pengawasan bagi remaja untuk penyesuian diri dalam kelompok teman sebaya.
      4. D.           Manfaat Penelitian
        1. Sebagai penambah reperensi Psikologi Perkembangan
        2. Sebagai khasanah keilmuan
        3. Sebagai pengalaman dan penambah wawasan keilmuan bagi penulis
        4. E.            Langkah-langkah Penelitian
          1. Metode Penelitian, penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi.
          2. Menentukan sumber dan jenis data
          3. Tekhnik mengumpulkan data
       Observasi, observasi dilakukan dengan mendatangi tempat tongkrongan Setia Putra Futsal Club di Sukaregang dan mengikuti kegiatan yang dilakukan.
  1. Wawancara, Wawancara dilakukan terhadap para anggota club remaja dan pelatih SPFC
  2. Study pustaka, dicari literatur yang berkaitan dengan perkembangan motivasi dan reputasi remaja dan tentang anggota SPFC itu sendiri.
  3. Analisis dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sempurna bagaimana korelasi antara perkembangan motivasi dan reputasi  remaja pada anggota SPFC remaja.

BAB II
  1. A.           LANDASAN TEORI
PENGARUH MOTIVASI DAN REPUTASI REMAJA PADA PEER GROUP
  1. 1.             PENGERTIAN MOTIVASI DAN REPUTASI
Perkataan motivasi  adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris “MOTIVATION”. Perkataan asalnya ialah “MOTIVE” yang juga telah dipinjam olehBahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada motif, yakni bermaksud tujuan. Di dalamsurat khabar, kerap pemberita menulis ayat “motif pembunuhan”. Perkataan motif disini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatupembunuhan itu dilakukan.
Oleh kerana perkataan motivasi adalah bermaksud sebab, tujuan atau pendorong, maka tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerakutama baginya berusaha keras mencapai atau mendapat apa juga yangdiinginkannya sama ada secara negatif atau positif.
Tujuan atau motif adalah sama fungsinya dengan, wawasan, aspirasi, hasrat atau cita-cita. Jadi, wawasan, cita-cita, impian, keinginan atau keperluan seseorang itu malah bagi sesebuah negara merupakan pendorong utama yang menggerakkan usaha bersungguh-sungguh untuk mencapai apa yang dihajatkan.
Definisi reputasi menurut Gaotsi dan Wilson (2001), “evaluasi semua stakeholder tehadap organisasi sepanjang waktuyang didasarkan atas pengalaman stakeholder tersebut dengan organisasi.” Ada 5 faktor yang mempengaruhi organisasi, yaitu kebeeradaan (being), tindakan (doing), berkomunikasi (communicating), mendengarkan (listening) dan melihat (seeing). Organisasi perlu melakukan tindakan yang terencana dengan baik untuk membangun kesan di mata stakeholder-nya, maka kepercayaan terhadap organisasi bisa terjaga.
  1. 2.             PENGERTIAN REMAJA
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
  1. 3.             HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW : MANUSIA MEMPUNYAI KEBUTUHAN.
Banyak teori yang bisa digunakan untuk menjelaskan tingkah laku manusia. Salah satu diantaranya yang paling populer ialah TEORI HIRARKI KEBUTUHAN yang dikembangkan Maslow.
Para pakar agaknya sepakat bahwa Teori Kebutuhan Maslow dalam kenyataan paling sering digunakan bila berbicara tentang kebutuhan, perilaku, dan motivasi manusia. Menurut Maslow, manusia mempunyai banyak kebutuhan menurut tingkatan-tingkatan, dan mereka senantiasa berusaha untuk memenuhi kenbutuhan tersebut.
Penggolongan sekaligus urutan hirarki kebutuhan menurut Maslow tersebut adalah sebagai berikut :
   1. Kebutuhan Fisiologis. Termasuk di dalamnya segala kebutuhan yang sangat diperlukan untuk dapat bertahan hidup seperti makan, minum, tidur, dsb. Kebutuhan fisiologis ini tidak bisa diabaikan untuk jangka waktu lama, jadi harus segera dipenuhi.
   2. Kebutuhan akan Rasa Aman. Yaitu kebutuhan akan perlindungan terhadap bahaya, ancaman, dan penderitaan. Baik keamanan dalam arti fisik maupun keamanan mental (seperti jaminan hari tua).
   3. Kebutuhan Sosial. Yaitu kebutuhan untuk bersosialisasi atau berafiliasi dengan orang lain. Misalnya kebutuhan untuk diterima dalam sebuah lingkungan, kebutuhan rasa cinta, persahabatan, kontak sosial, dll.
   4. Kebutuhan akan Rasa Keakuan. (Penghargaan atas Kemampuan Diri). Kebutuhan ini bisa berkaitan dengan rasa percaya diri, kompetensi, kemampuan pengetahuan, bisa pula berupa reputasi (status, prestige, dikenal orang, penghargaan atau rasa hormat dari orang lain).
   5. Kebutuhan Aktualisasi Diri. Yaitu untuk merealisir potensi diri dan untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan, serta untuk menjadi dirinya sendiri.
Sehubungan dengan bentuk hirarki Maslow ini, biasanya perilaku seseorang pada suatu waktu ditentukan oleh kebutuhan yang paling kuat saat itu (dominan)
Manusia adalah mahluk sosial. Sudah dengan sendirinya akan mempunyai kebutuhan sosial. Yang dimaksud dengan kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan orang lain atau ditimbulkan oleh orang lain/hal-hal di luar dirinya.
Kebutuhan untuk hidup berkelompok dalam peer group membuat remaja harus bisa menyesuaikan diri sehingga memungkinkan remaja dapat bergaul dengan teman sebayanya.
Dalam hubungan ini, remaja sering dihadapkan pada persoalan penerimaan atau penolakan teman sebaya terhadap kehadirannya dalam pergaulan. Bagi pihak remaja, hal penolakan ”peer” merupakan hal yang sangat mengecewakannya. Untuk menghindari kekecewaan-kekecewaan itu remaja perlu memiliki sikap, perasaan, keterampilan-keterampilan perilaku yang dapat menunjang penerimaan kelompok teman sebayanya.
Kebutuhan remaja secara umum sama saja dengan kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh kelompok orang dalam masa/tahap manapun dia berada. Remaja juga memiliki kebutuhan primer. Yang fisiologis, misalnya : kebutuhan untuk beraktifitas, kebutuhan untuk mengetahui sesuatu. Remaja juga memiliki kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan akan pujian, kebutuhan akan kedudukan, kebutuhan untuk menghasilkan sesuatu, dll.
Disamping itu, perlu pula mengenal kebutuhan-kebutuhan khas remaja. Para ahli sepakat tentang adanya kebutuhan yang khas bagi remaja. Kebutuhan itu terkait dengan aspek psikologis-sosiologis yang mendorong remaja untuk bertingkah laku yang juga khas.
Apabila dikaitkan lagi dengan kebutuhan pribadi, Garrison pernah mencatat 7 (tujuh) kebutuhan khas remaja sebagai berikut :
   1. kebutuhan akan kasih sayang.
   2. kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok, merupakan hal yang sangat penting; ”melepaskan diri” dari keterikatan keluarga dan berusaha memantapkan hubungan dengan lawan jenis.
   3. kebutuhan untuk berdiri sendiri yang dimulai sejak usia lebih muda (remaja awal), menjadi sangat penting selama masa remaja. Remaja dituntut untuk membuat berbagai pilihan dan mengambil keputusan.
   4. kebutuhan untuk berprestasi, menjadi sangat penting dan mengarah pada kematangan.
   5. kebutuhan akan pengakuan dari orang lain, bergantung hubungan dan penerimaan teman sebaya.
   6. kebutuhan untuk dihargai.
   7. kebutuhan memperoleh falsafah hidup. Misalnya untuk mendapatkan suatu ketetapan dan kepastian, remaja memerlukan beberapa petunjuk yang akan menjadi dasar dan ukuran dalam membuat keputusan-keputusan. Falsafah hiduplah yang berperan untuk itu.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut masih tergantung pada berbagai tingkat intensitas berbagai faktor antara lain : faktor individual, sosial, kulutral, dan relijius.
Bagi remaja Indonesia, cenderung dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok kebutuhan yaitu:
   1. kebutuhan yang menuntut pemenuhannya dari kelompok teman sebaya atau peer group .
   2. kebutuhan yang menuntut pemenuhan dari orang tua remaja itu sendiri.
Kelompok kebutuhan yang menuntut pemenuhan dari peer group dapat dibedakan atas 2 (dua), sesuai konsep Palmer yang diadaptasikan sebagai berikut :
   1. kebutuhan untuk diterima oleh peer group.
   2. kebutuhan menghindari penolakan peer group.
Dalam prosesnya, kedua kebutuhan itu simultan sehingga terdapat/bekerja pula adanya kebutuhan kasih sayang, keikutsertaan untuk berdiri sendiri, untuk berprestasi, kebutuhan pengakuan dan untuk dihargai.
Kelompok kebutuhan yang menuntut pemenuhannya dari orang tua remaja Indonesia lebih menonjol kebutuhan-kebutuhan :
   1. pengakuan sebagai orang yang mampu untuk menjadi dewasa.
   2. perhatian, dan
   3. kasih sayang.
Pemenuhan kebutuhan pribadi, psikologis-sosiologis, dan kebutuhan biologis adalah sama pentingnya. Hal ini bila diakui asumsi bahwa manusia merupakan kesatuan fisik –psikis yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi secara memadai, maka akan mendatangkan keseimbangan dan keutuhan integrasi pribadi. Individu akan merasa gembira, harmonis, dan menjadi produktif. Sebaliknya bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka tidak ada kepuasan dalam hidup seseorang sehingga akan frustasi serta terhalang dan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan sikap positif terhadap lingkungan masyarakat dan dirinya yang selanjutnya akan merasa tidak berarti dalam hidupnya.
  1. 4.             TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA.
Tugas-tugas perkembangan, menurut R.J. Havighurst, diartikan sebagai suatu tugas yang timbul pada suatu tahap atau masa tertentu dalam kehidupan seseorang. Dari segi individu, yang diharapkan dimilikinya terkait dengan perkembangan pikir, sikap, dan perasaan, kemauan, dan perlakuan nyata. Dari segi lingkungan, ada semacam ”tuntutan” dari faktor sosial, relijius, nilai, dan norma hidup di dalamnya. Tuntutan itu dikenakan bagi individu sebagai bagian dari lingkungan itu juga.
Arti tugas-tugas perkembangan konkritnya sebagai berikut :
   1. petunjuk-petunjuk yang memungkingkan seseorang mengerti dan memahami apa yang diharapkan atau dituntut oleh masyarakat dan lingkungan terhadap seseorang dalam usia-usia tertentu.
   2. petunjuk bagi seseorang tentang apa dan bagaimana yang diharapkan daripadanya pada masa yang akan datang jika dia kelak tidak mencapainya (tahap-tahap tertentu).
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja :
   1. menerima keadaan fisiknya dan menerima perannya sebagai pria dan wanita;
   2. menjalin hubungan baru dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lain jenis kelamin.
   3. memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orang-orang dewasa lain.
   4. memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomi;
   5. memilih dan mempersiapkan diri kearah suatu pekerjaan atau jabatan;
   6. mengembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep intelektual yang diperlukan .
   7. menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat.
   8. mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
5. MEMBANGUN MOTIVASI PADA REMAJA 
Banyak psikolog dunia tentang remaja nyaris semuanya sama. Remaja merupakan masa transisi yang rentan terhadap banyak pengaruh negative dan positive. Menurut mereka hal ini disebabkan oleh psikologis remaja yang masih labil.
Kondisi psikologis labil tak sekedar memberi dampak yang sepele. Akibat kondisi remaja yang belum stabil, banyak remaja terjerat dalam kubangan masalah yang sesungguhnya bersumber dari dirinya sendiri. Misalnya krisis motivasi. Banyak remaja bermasalah dengan motivasi. Semangatnya untuk meraih segala cita-citanya cenderung padam dan lebih suka terlena dengan suasana.
Krisis motivasi yang berkepanjangan sangat mengganggu masa depan. Masa remaja dimana seorang anak mengalami masa transisi yang rentan, namun juga merupakan masa gemilang penentu masadepan. Sangat disayangkan bila seorang remaja mengalami krisis motivasi. Ada banyak penyebab remaja mengalami ini diantaranya, 1.  Seorang remaja merasa kurang perhatian dari orangtua mereka, sehingga sang anak beranggapan tak ada yang peduli dan berakibat pada menurunnya motivasi. 2. Seorang remaja terlalu asyik mencoba hal-hal baru bersama temannya, sayangnya belum tentu hal baru itu berdampak baik, justru banyak yang menyebabkan remaja justru lupa diri dan tak termotivasi. 3. Masa remaja sering pula disebut masa puber, dimana remaja merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya, banyak diantara mereka yang justru terperosok dalam fase ini. Jatuh cinta yang berlebihan seringkali membuat motivasi seorang remaja menurun. Beberapa sebab di atas hanya contoh kecil dari penyebab krisis motivasi pada remaja. Akan tetapi dapat digaris bawahi bahwa penyebab dari krisis motivasi itu berasal dari individu remaja.
Ada banyak cara untuk menanggulangi atau mencegah terjadinya krisis motivasi. Cara tersebut tidaklah rumit, namun tidak juga mudah. Evaluasi diri dirasa menjadi salah satu jalan ampuh membangun motivasi. Bagi remaja hendaknya melihat apa saja yang telah ia lakukan untuk mewujudkan cita-citanya. Dengan demikian remaja akan ingat dan kembali terpacu untuk meraih harapannya. Disamping evaluasi, pikiran positif dari diri remaja itu sangat berpengaruh terhadap motivasi dirinya. Pikiran positif membuat remaja lebih arif dalam menyikapi banyak persoalan dalam hidupnya. Seperti yang telah disinggung dalam paragraf sebelumnya, remaja seringkali merasa kurang perhatian. Hal itu dapat ditanggulangi dengan pikiran positif. Hendaknya remaja merasa dia bisa mandiri, apalagi remaja sering merasa dirinya sudah dewasa. Bila mereka memang merasa demikian harusnya mereka bisa hidup tanpa bergantung pada orang lain.
Jika motivasi diri dalam remaja sudah terbangun, maka kedepannya peluang remaja itu berhasil akan lebih besar. Karena diri yang senantiasa selalu semangat dapat membuat usahanya dalam meraih cita-cita semakin kuat. Dan seperti inilah remaja yang tidak merugi. Remaja yang dapat memotivasi diri demi masadepannya, meski apapun yang terjadi padanya.
Motivasi memang aspek yang begitu penting. Jangan diabaikan, sebab dibalik keberhasilan itu tentu ada motivasi yang kuat. Motivasi dari diri sendiri adalah motivasi terbaik. Maka para remaja jangan pernah ada alasan untuk tidak memotivasi diri, karena dengan motivasi cita-citamu akan lebih dekat dengan genggamanmu.
1. kenali & benahi diri (self management)
2. citra diri & kecenderungan dalam komunikasi dg teman, ortu, guru, etc
3. achievement motivational session
4. cermati kendala-2 mental block & tips praktis untuk berubah
4. refleksi
Berani berprestasi
1. inventarisasi, kenali inti masalah, evaluasi proporsional
2. kenali sources prestasi (pengalaman dari sendiri, teman, idola, orang tua)
3. focusing tematis & step-by-step meraih prestasi
konteks tematis: peer group, superior body, etc
pemilahan masalah
4. experiential learning: “mengalami” berprestasi (outdoor activity)
5. refleksi & pembangunan niat

6. PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI DIRI REMAJA
Di antara para remaja, terdapat jalinan ikatan perasaan yang sangat kuat. Pada peer group itu untuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip–prinsip hidup bersama dan bekerja sama. Akan terbentuk norma, nilai-nilai, dan simbol-simbol tersendiri yang lain dibandingkan yang ada di rumah mereka masing-masing, dan berbeda pula dengan kelompok lain. Mereka memiliki kewajiban-kewajiban terhadap kelompok, memiliki kode-kode tingkah laku yang ditetapkan sendiri, dihargai, dan dipatuhi. Maka hal yang ada kaitan dengan tingkah laku, minat, sikap, dan pikiran remaja banyak dipengaruhi teman-teman peer group, disamping ada pengaruh kuat dari orang tua. Bila pola nilai dan norma kelompok dimana remaja bergaul adalah hal positif, akan memberikan hal yang positif bagi remaja sehingga orang tua tidak akan direpotkan.
–   pertentangan nilai dan norma kelompok dengan nilai dan norma keluarga (orang tua), timbul penyesuaian diri pada remaja. Remaja berusaha tidak melanggar ’peraturan keluarga’ sementara juga takut dikucilkan oleh peer group. Sering terjadi untuk keluar dari konflik adalah mengorbankan kepatuhan pada orang tua.
–    pertentangan antara seorang remaja dengan teman peer group, umumnya tidak terlalu kuat.
Perubahan tingkah laku, merupakan satu di antara aspek penting dalam penyesuaian diri dalam peer group, misalnya :
–         Tingkah laku tidak suka ribut, jadi lebih tenang;
–         Aktifitas beragam, jadi terfokus;
–         Kelompok besar, jadi kelompok kecil-kecil;
–         Pemilihan teman bergaul;
–         Pergaulan akrab;
–         Kencan.
Penerimaan peer group remaja merupakan salah satu kelompok kebutuhan remaja disamping kelompok yang berhubungan dengan orang tua mereka. Beberapa aspek pada individu remaja dapat menimbulkan penerimaan atau penolakan peer group.
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja diterima :
   1. penampilan dan perbuatan (rapi, aktif);
   2. kemampuan pikir (inisiatif, memikirkan kelompok);
   3. sikap, sifat, perasaan (sopan, bisa menahan marah);
   4. pribadi (jujur, dapat dipercaya);
   5. tidak pelit, suka bekerjasama
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja ditolak :
   1. penampilan dan perbuatan (sering menentang, malu, menyendiri);
   2. kemampuan pikir (bodoh sekali);
   3. sikap, sifat (melanggar norma dan nilai kelompok, menguasai anak lain, suka curiga, maunya sendiri);
   4. rumah terlalu jauh dari teman-teman lain.
Salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi atau motivasi berprestasi
Masalahnya, apakah remaja kita sekarang cukup punya motivasi untuk dapat mengukir prestasi, bukan mengukir prestise yang biasa kita lihat di kafe-kafe, mall-mall
Motivasi dalam diri remaja sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan dan keluarga.Beban pelajaran yang begitu berat, gaya hidup dan kemudahan kemudahan yang mereka dapatkan,
Orang tua yang kurang memberikan perhatian dan dorongan terhadap prestasi remaja, kurang menghargai prestasi yang diraih oleh remaja sehinga mereka merasa prestasi yang diraihnya hanyalah sia-sia.
Di sisi lain tanpa disadari , orang tua terlalu memanjakan remaja dengan uang sehingga mereka berpikir tidak perlu berusaha keras untuk mencapai prstasi untuk menghasilkan uang nantinya, karena mereka bisa mengandalkan pada orang tua, yang akhirnya menyebabkan motivasi berprestasi mereka rendah.
BAB III
Hasil Penelitian
  1. A.    Deskripsi objek
          Wilayah sukaregang tempat penghasil kerajinan kulit di Garut yang dijadikan sebagai para wisatawan asing ataupun dalam negri untuk mencari kerajinan kulit yang berkualitas tinggi yang mempunai harga yang murah. Terlepas dari itu semua rata-rata pegawai pabrik pengrajin kulit mentah yang ada di sukaregang kebanyakan adalah remaja yang sedang mengalami masa perkembangan yang meningkat. Banyak juga yang baru keluar sekolah tetapi tidak melanjutkan ke jejnjang yang lebih tinggi hanya sebagian saja yang mempunyai motivasi yang melanjutkansekolah ke jenjang yang lebih tinggi meskipun diantara mereka mampu dan cukup unutuk mempunyai biayanya.
          Bagaimana pengaruh motivasi terhadap prestasi di kalangan klompok teman sebaya atau peer group. Dalam penelitian yang dilakukan melaui wawancara dengan pendiri SPFC , pelatih, dan anggota club SPFC , maksud dan tujuan untuk mendirikan kelompok futsal ini adalah untuk mendorong remaja dalam kegiatan olahraga yang dapat meningkatakan prestasi  yang diantaranya adalah :
  1. a.       MENINGKATKAN KEKUATAN FISIK
     Remaja mengalami perkembangan fisik yang luar biasa. Perkembangan kerangka tubuh mencapai puncak ketika manusia berumur sekitar 18 tahun. Masa remaja juga merupakan masa pertumuhan fisik yang pesat, misalnya perkembangan kapasitas paru-paru yang menuju puncaknya. Jantung juga tumbuh sangat pesat pada masa remaja itu.
     Karena itu, remaja mempunyai kekuatan fisik yang berlimpah-limpah. Hal ini merupakan potensi yang luar biasa. Dengan potensi itu, ditambah pelatihan-pelatihan psiko-motorik yang bagus, remaja dimungkinkan mencapai prestasi-prestasi dalam bidang-bidang kegiatan yang menuntut aktifitas psikomotorik seperti olahraga.
  1. b.      KEMAJUAN INTELEKTUALITAS
Remaja sudah mempunyai kemampuan berpikir abstrak dan komprehensif. Remaja bisa melakukan analisa mendalam sehingga ketika meghadapi masalah atau kasus mereka bisa mencari alasan-alasan, sebab-sebab, arti-arti, makna-makna, tujuan-tujuan, fungsi-fungsi, dan menarik kesimpulan-kesimpulan logis. Hal itu menunjukkan potensi besar remaja dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
  1. c.       SEMANGAT DAN GAIRAH
Remaja mempunyai semangat dan kegairahan yang luar biasa. Ini merupakan potensi yang sangat besar sebab menjadi daya dorong bagi mereka untuk bekerja keras dan berjuang untuk meraih prestasi-prestasi.
  1. d.      CITA-CITA KUAT, MESKI UTOPIS
Remaja mempunyai idealisme atau cita-cita yang sangat kuat. Meskipun cita-cita itu sering tidak realistik (Hurlock, 1997), tetaplah merupakan potensi yang luar biasa. Hal itu merupakan modal untuk bisa menjadi orang yang kreatif. Jika dibina dalam pendidikan yang matang, bisa menjadi orang yang yang inovatif dan kreatif.
  1. e.       PERGAULAN YANG LUAS
Pergaulan social remaja yang semakin luas juga merupakan sebuah potensi. Jika kelompok-kelompok remaja yang begitu bersemangat dan kreatif dibina dan didampingi serta diarahkan secara baik, akan menjadi kelompok-kelompok kerja yang kuat. Mereka bisa menjadi tim-tim yang solid dan berenergi.
  1. f.             MINAT-MINAT POSITIF
Remaja adalah masa di mana seseorang mempunyai minat-minat kreatif yang bisa tergolong positif maupun negatif (Hurlock, 1997). Sebagian dari minat-minat itu bisa menjadi sebuah potensi atau kekuatan yang bila diarahkan akan membawa remaja meraihkeberhasilan-keberhasilan. Beberapa minat positif itu adalah sebagai berikut
  • Minat pada permainan bisa menjadi positif jika diarahkan menjadi sebuah proses belajar dan proses pengembangan pergaulan yang baik. Sebagai contoh adalah proses belajar melalui kegiatan out bond yang berbasis permainan. Atau pengembangan prestasi olahraga melalui permainan yang menuntut ketrampilan psikomotorik.
  • Minat pada olahraga. Hal itu jelas positif yang jika diarahkan bukan hanya membantu perkembangan fisik remaja namun membawa remaha meraih prestasi-prestasi profesional.
  • Minat pada kegiatan bepergian (traveling). Bisa menjadi kegiatan positif bilamana dikaitkan dengan kegiatan belajar. Misalnya bepergian untuk kepentingan karya wisata, studi tour, penelitian lapangan, dsb.
  • Minat pada kegiatan hobi populer. Bisa positif jika diarahkan kepada hobi-bobi yang positif, misalnya hobi koleksi perangko, hobi olahraga, dsb.
  • Minat pada musik. Bisa positif bila diarahkan pada musik dan seni bersifat positif dan membangun kebudayaan.
  • Minat pada kegiatan membaca. Bisa sangat positif jika dikaitkan dengan proses belajar dan memperkaya diri dengan banyak ilmu dan informasi.
  • Minat pada kegiatan menonton film. Bisa positif jika dikaitkan dengan proses belajar sebab melalui pengamatan proses belajar dapat terjadi secara lebih intensif daripada hanya sekedar mendengar ceramah guru.
  • Minat pada kegiatan percakapan. Bisa positif jika dikaitkan dengan proses belajar. Misalnya kegiatan diskusi ilmiah.
  • Minat pada kegiatan menolong orang lain (kegiatan sosial). Akan menjadi maksimal jika dibina dan diorganisir, misalnya kegiatan palang merah remaja.
  • Minat pada peristiwa-peristiwa dunia. Bisa sangat positif jika dikaitkan dan diarahkan pada kegiatan belajar.
  • Minat pada kritik dan pembaruan (perubahan, inovasi, kreativitas). Bisa sangat positif bila dibina dan diarahkan untuk proses-proses yang bersifat konstruktif.
  • Minat-minat pribadi pada prestasi. Ini merupakan modal dasar bagi kesuksesan (achievement oriented).
  • Minat pribadi pada kemandirian. Ini merupakan modal dasar kesuksesan.
  • Minat pendidikan. Ini merupakan modal dasar maksimalisasi pengembangan SDM.
  • Minat pekerjaan. Akan positif jika diarahkan dalam kaitannya dengan pengembangan SDM dan perencanaan visi hidup masa depan.
  • Minat agama. Sangat positif dan menjadi peluang bagi pembinaan kerohanian sejak dini.
Remaja mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus diembannya. Sementara pada usia transisi ini, sangat tidak mudah bagi remaja untuk menempatkan posisi dirinya yang suatu saat masih cenderung kekanak-kanakan, dan pada kesempatan lain ingin diterima sebagai orang dewasa.
Dengan tidak disadari remaja sebetulnya sangat membutuhkan bantuan, dorongan, dan dukunga, sehingga sangatlah berharga bilamana orang tua/keluarga, guru/sekolah, masyarakat/lingkungan mempersiapkan dan memfasilitasi remaja agar bisa diterima dan sukses dalam peer group-nya, serta berhasil dalam mengukir prestasi pada tahap usia remaja.
BAB VI
PENUTUP
  1. A.       Kesimpulan
Motivasi, Reputasi dan Prestasi
Motivasi  adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris “MOTIVATION”. Perkataan asalnya ialah “MOTIVE” yang juga telah dipinjam olehBahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada motif, yakni bermaksud tujuan. Di dalamsurat khabar, kerap pemberita menulis ayat “motif pembunuhan”. Perkataan motif disini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatupembunuhan itu dilakukan. bahwa motivasi adalah merupakan sejumlah proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi.
Reputasi evaluasi semua stakeholder tehadap organisasi sepanjang waktuyang didasarkan atas pengalaman stakeholder tersebut dengan organisasi
Mengembangkan motivasi dengan cara :
1. kenali & benahi diri (self management)
2. citra diri & kecenderungan dalam komunikasi dg teman, ortu, guru, etc
3. achievement motivational session
4. cermati kendala-2 mental block & tips praktis untuk berubah
5. refleksi
Berani berprestasi
1. inventarisasi, kenali inti masalah, evaluasi proporsional
2. kenali sources prestasi (pengalaman dari sendiri, teman, idola, orang tua)
3. focusing tematis & step-by-step meraih prestasi
4. experiential learning: “mengalami” berprestasi (outdoor activity)
5. refleksi & pembangunan niat
Remaja mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus diembannya. Sementara pada usia transisi ini, sangat tidak mudah bagi remaja untuk menempatkan posisi dirinya yang suatu saat masih cenderung kekanak-kanakan, dan pada kesempatan lain ingin diterima sebagai orang dewasa.
Dengan tidak disadari remaja sebetulnya sangat membutuhkan bantuan, dorongan, dan dukunga, sehingga sangatlah berharga bilamana orang tua/keluarga, guru/sekolah, masyarakat/lingkungan mempersiapkan dan memfasilitasi remaja agar bisa diterima dan sukses dalam peer group-nya, serta berhasil dalam mengukir prestasi pada tahap usia remaja.

DAFTAR PUSTAKA
  • Sofyan S.Wilis, “ Problema Remaja dan Pemecahannya”, Angkasa, Bandung, 1991
  • Fahmi, Musthofa . Penyesuaian Diri. Jakarta: Bulan Bintang. 1982
  • Kartono, Kartini. Kamus Psikologi. Bandung:  PT.Eresco.1982
  • Watak,   dan  Kepribadian  Anda,   terjemahan  M.  Hashem.     Jakarta: Lentera.2002
  • Asrori. M, Ali. M, Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara, 2004
  • Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Relajar. 2001
diambil dari: https://cucuwahyuniuin.wordpress.com/konseling-remaja/