MEMAHAMI REMAJA
Memahami remaja bukanlah hal yang mudah dan yang
sulit namun yang pasti bisa ditolong. Jika kita berkeiginan untuk molong remaja
maka hal yang pertama dilakukan adalah memahami remaja itu sendiri.
Pengertian Remaja
Istilah remaja dengan sepintas dapat
dimengerti dengan mudah yaitu sebagai masa periode transisi antara masa anak ke
masa dewasa, atau masa usia belasan tahun jika seseorang menunjukan tingkahlaku
tertentu.[1]
Tetapi untuk mendapatkan pengertian yang jelas dan pasti tentang remaja
tidaklah mudah kerena berbagai faktor usia, sosial, budaya dan agama.
Remaja
berasal dari kata latin adolensence
yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik.[2] Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena
tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Menurut Calon bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
status anak.[3]
Remaja adalah masa perkembangan transisi
antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial di usia 10-22 tahun.[4]
Anak tersebut akan mengalami
masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Masa remaja sebagai masa yang istimewa dan sebuah
masa salah paham antara remaja sendiri dan masyarakat. Banyak orang tua yang
menganggap bahwa anak remajanya sedang menghadapi puncak dari serangan dan
godaan lingkungan. Padahal masa remaja hanyalah merupakan salah satu babak
dalam belajar berdiri atas dasar yang benar di tengah lingkungan.[5]
Remaja adalah masa yang paling indah
dimana menjadi masa untuk mengetahui banyak hal, liku-liku kehidupan manusia
setelah meninggalkan masa kanak-kanak.[6]
Di masa remaja, anak menjalani suatu tingkat umur, di mana anak tidak lagi
anak-anak tetapi belum bisa dipandang dewasa. Masa remaja adalah umur yang
menjembatani antara anak-anak dan dewasa. Di masa remajalah seorang anak banyak
perubahan yang tidak akan mudah dihadapi oleh remaja sendiri tanpa bantuan dari
orang lain.
Batasan-batasan Usia Remaja
Dalam memberikan batasan usia remaja masih
mengalami hal yang sama dengan memberikan pengertian remaja sehingga mengenai
batasan umur, para ahli belum mempunyai kata sepakat yang jelas dapat disetujui
bersama.
Sarlito W. Sarwono, dalam bukunya Psikologi Remaja memberikan batas usia
remaja di masyarakat Indonesia pada usia 11 tahun sampai dengan usia 24 tahun.
Sarlito memberikan batasan usia 11 -24 tahun dan belum menikah yang menjadi
usia ramaja dengan pertimbangan
Usia 11 tahun adalah usia ketika pada
umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik), usia 11
tahun sudah dianggab akil balig, baik menurut adat maupun agama sehingga
masyarakat tidak lagi memperlakukan sebagai anak-anak (kriteria sosial), pada
usia 11 tahun mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa, batas usia
24 tahun merupakan batas maksimal karena belum bisa memenuhi persyaratan
kedewasaan secara sosial maupun psikologis. Golongan usia 24 tahun masih banyak
di Indonesia terutama dikalangan masyarakat menengah ke atas yang
mempersyaratkan berbagai hal untuk mencapai kedewasaan.[7]
Menurut Andi
Mappiare dalam buku Psikologi Remaja
memberikan usia masa remaja
berlangsung antara usia 12
tahun sampai dengan usia 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Jika dibagi dalam remaja awal dan remaja akhir
maka remaja awal berada dalam usia 12/13-17/18 tahun, dan remaja akhir usia
17/18-21/22 tahun.[8]
Erik Erikson memberikan masa remaja
berlangsung antara usia 10-20 tahun, dimana individu diharapkan menemukan siapa
remaja, remaja sebetulnya seperti apa, dan kemana remaja menuju akan hidupnya.[9]
Remplein memberikan batasan remaja pada usia 11-21 tahun.[10]
Pada umumnya pengelompokan tahapan
perkembangan adalah 12-14 tahun disebut remaja awal, 15-17 tahun disebut
remaja, 18-21 tahun disebut remaja lanjut.[11]
Meskipun belum ada kesepakatan tentang tentang usia berapakah dikatakan
seseorang remaja, secara umum situasi di Indonesia, kategori remaja adalah pada
usia 12-20 tahun.[12]
Secara Fisik
Perkambangan fisik remaja yang paling paling
banyak perhatian adalah tinggi dan berat badan, pertumbuhan kerangka tubuh,
fungsi reprodutif, dan perubahan hormonal.
Dalam pembahasan ini penulis akan membahas perkembangan fisik remaja
dalam tinggi badan, berat badan dan
seksulitas.
Secara fisik yaitu tubuh dan jasmani, remaja
mengalami pertambahan tinggi badan dan berat badan. Untuk remaja pria kecepatan
pertumbuhan dimulai sekitar umur 10.5 tahun sampai 14,5 tahun, setelah itu
percepatan pertumbuhan akan berkurang sampai umur 20 tahun, sedangkan pada
wanita kecepatan pertumbuhan sudah dimulai umur 8,5 tahun dan 11,5 tahun dan
mencapai puncak pada umur 12 tahun.
Setelah itu percepatan pertumbuhan berkurang sehingga berakhir pada umur
15-16 tahun[13].
Batas-batas kecepatan pertumbuhan tinggi badan diatas bersifat tidak
mutlak, sebab tinggi badan seseorang dipengaruhi oleh faktor keturunan, makanan
dan kasehatan. Sehinga tidak mungkin memberikan kesimpulan akhir untuk
ketinggian anak remaja.
Remaja juga mengalami pertambahan berat badan.
Bertambahnya berat badan selama remaja tidak hanya disebabkan oleh karena
bertambahnya lemak, akan tetapi juga oleh bertambahnya jaringan-jaringan tulang
dan otot. Pada laki-laki pada umunya pertambahan berat badan terutama disebabkan
oleh makin bertambah kuatnya susunan urat danging. Pada wanita disebabkan oleh
bertambahnya jaringan pengikat dibawah kulit (lemak) terutama pada paha,
bantat, lengan atas dan dada [14].
Perubahan fisik adalah kematangan pada kelancar
kelamin dengan perubahan hormonal serta munculnya tanda-tanda krakteristik seks
sekunder yang diikuti pula timbulnya hasrat seksual[15]. Sebagai anak yang berkembang mengalami
pergumulan yang panjang menganai dorongan seksual yang meningkat. Pertumbuhan
remaja sangat jelas berhubungan dengan meningkatnya dorongan seksual karena
adanya pertumbuhan kelanjar-kelanjar seks[16]. Bagi remaja yang baru mengalami
kebangkitan seksualitas, biasanya perasaan-perasaan menggejolak itu
membingungkan dan mambuatnya frustasi.
Untuk remaja pria kakterteristik kelamin primer
adalah alat kelamin yang terdiri dari penis dan buah pelir. Untuk remaja wanita
adalah vagina. Untuk remaja pria kakterteristik kelamin sekunder adalah tubuh
menjadi lebih jantan, suara lebih besar, tumbuh rambut untuk pertumbuhan kumis,
janggut, pada kaki, ketiak dan alat kemauluan dan untuk remaja putri adalah
bertambahnya jaringan lemak terutama pada paha, pantat, lengan atas, an dada
akan mebentuk tubuhnya dengan membentuk kewanitaan yang khas[17].
Secara Status
Ciri khas remaja adalah menuntut perlakuan yang
lebih merdeka dan keiginan untuk mengembangkan identitas dirinya dari masa
anak-anak[18]. Remaja sudah berkeiginan untuk mandiri seperti orang dewasa, dilain pihak
remaja harus terus mengikuti kemauan orang tau. Remaja menuntut peran yang
lebih besar, diikut sertakan dalam pengambilan keputusan, dihargai, dan diakui. Remaja berkeiginan bebas dari berbagi
bentuk tekanan, bebas dari diskriminasi, bebas mengeluarkan pendapat, bebas menyatakan diri, dan bebas dari perlakuan tidak
adil[19].
Secara Mental
Mental adalah bagian mendasar yang ada dalam diri
yang berkaitan dengan kejiwaan, kerohanian, keadaan batin dan pikiran manusia[20]. Mental memiliki peran yang sangat
penting dalam diri seseorang termasuk remaja. Seseorang dikatankan berani,
tanguh dan kuat kalau mentalnya kuat. Remaja menuntut segala sesuatu diuji oleh
pikirannya dan pertimbngannya yang sedang berkembang, namun masih terbatas
pengalamannya. Kristik pada masa remaja membawa pada kepada keyakinan dan
kehidupan dewasa. Ini juga yang menjadi dasar pemikiran individual karena akal
budinya yang sedang berkembang senantiasa menuntut pembuktian.[21]
Mental anak remaja akan mempengaruhi cara berpikir
dan berperilaku. Cara berpikir remaja akan membentuk keparcayan akan diri sendiri
dalam melakukan sesuatu. Kepercaaan diri merupakan keyakinan yang berkaitan
dengan keberhasilan dalam berprilaku, juga merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi dan menginterpasi kemampuan hingga dalam berperilaku dapat
menghasilkan sesuatu yangsesuai dengan harapan[22].
Ciri-ciri mental dalam remaja adalah remaja lebih
cenderung merasa obtimis, mandiri, punya ambisi, tidak mementingkan diri
sendiri, toleran, tidak berlebihan, dan lebih hati-hati. Mental remaja akan
terbentuk beberhasil dengan dukungan prestasi, keberhasilannya melampaui
rintangan yang ada, pola asuh yang demokratis, dan penyeratan Tuhan[23].
Secara Emosi
Emosi sangat berhubungan erat dengan segala hal
dalam kehidupan manusia termasuk anak remaja. Emosi remaja adalah keadaan batin
yang berhubungan dengan marah, takut, cemas, rasa igintahu, iri hati, sedih,
kasih sayang, kecewa, benci, kwatir dan gembira. Pada saat remaja pergejolakan emosi begitu
dahsyat, kerena diriringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan
secara psikis yang berpariasi[24].
Emosi para remaja
tidak stabil atau sedang bergejolak,
memungkinkan untuk nekat melakukan apa yang dia mau meskipun itu terlalu
ekstrim. Terkadang kondisi ini tidak diimbangi dengan sikap tanggung jawab.
Para remaja cenderung lari dari permasalahan yang mereka hadapi.
Menurut overstrett ada enam aspek kematangan emosi
remaja yaitu sikap untuk belajar, memiliki rasa tangung jawab, memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif, kemampuan untuk menjalin hubungan
sosial, beralih dari egosentrisme ke sosiosentrisme, dan filsafah hidup yang
terintegrasi[25].
Pertama, Sikap untuk belajar: Bersikap terbuka untuk menambah
pengetahuan dari pengalaman hidupnya. Artinya individu yang matang emosinya
mampu mengambil pelajaran dari pengalaman hidupnya dan pengalaman orang di
sekitarnya untuk digunakan dalam menjalani kehidupannya. Kedua, Memiliki rasa tanggung jawab: Dalam mengambil keputusan atau
melakukan suatu tindakan berani menanggung resikonya. Individu yang matang tahu
bahwa setiap orang bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Hal ini berarti
bahwa individu yang matang tetap dapat meminta saran atau meniru tingkah laku
yang baik dari lingkungannya.
Ketiga, Memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif Artinya adanya kemampuan untuk mengatakan apa yang hendak
dikemukakan dan mampu mengatakannya dengan percaya diri, tepat dan peka akan
situasi. Keempat, Memiliki
kemampuan untuk menjalin hubungan social: Individu yang matang mampu melihat kebutuhan individu lain dan
memberikan potensi dirinya untuk dibagikan pada individu lain yang membutuhkan.
Individu yang matang mampu menunjukkan ekspresi cintanya dan mampu menerima
cinta dari individu lain.
Kelima, Beralih dari egosentrisme ke
sosiosentrisme Artinya individ mampu
melihat dirinya sebagai bagian dari kelompok. Individu mengembangkan hubungan
afeksi, saling mendukung, dan bekerja sama. Untuk itu diperlukan adanya empati,
sehingga dapat memahami perasaan individu lain.
Keenam, Falsafah hidup yang terintegrasi: Hal ini berhubungan dengan cara
berpikir individu yang matang yang bersifat menyeluruh, yaitu memperhatikan
fakta-fakta tertentu secara tersendiri dan menggabungkannya untuk melihat arti
keseluruhan yang muncul. Dengan demikian, tindakan sekarang dan terencana masa
depan dibuat dengan berbagai pertimbangan, didasarkan pada penilaian yang
objektif dan terlepas dari prasangka.
Secara Sosial
Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah
mencapai jenjang menjelang dewasa, pada saat ini kebutuhan remaja telah cukup
komleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja cukup luas. Pada masa
remaja, anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan. Anak
remaja akan merasa lega dan senang bila berkumpul dalam satu kelompok dan
mempercakapkan segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Remaja mulai meminati
pesta dan pertemuan santai, kerena remaja mulai senang berada pada anak-anak
lawan jenis[26].
Secara sosial anak remaja mulai menaruh perhatian
besar terhadap jenis kelamin lain. Perhatian terhadap lawan jenis mulai tumbuh
subur yang nantinya akan menjadi perasaan cinta[27]. Ada getaran-getaran tertentu yang
dirasakan bergerak takkala melihat atau berbicara dengan lawan jenis. Timbul
rasa mendekati, rasa rindu dan rasa bersama untuk selamanya. Perasaan romantis
merupakan hal yang wajar bagi remaja.
Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat penting, tetapi
cukup sulit, namun remaja juga terselip
pikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup. Pergaulan remaja
diwujudkan dalam bentuk kelompok-kelompok, naik kelompok besar dan kelompok
kecil.
Remaja mulai aktif mengadakan konservasi dan
percajkapan-percakapan. Mengadakan konversasi atau percakapan-percakapan
merupakan salah satu keaktifan sosial yang sanagt digemari oleh anak remaja.
Anak remaja kan merasa lega dan senang bila dapat berkumpul dalam suatu
kelompok dan mempercakapkan segala sesuatu yang menarik perhatiannya atau yang
menjadi persoalan baginya[28]. Kehidupan sosial remaja ditandai dengan
menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Remaja seraing mengalami sikap
hubungan sosial yang tertutub sehubungan dengan masalah yang dialaminya[29].
Secara Pendidikan
Masa remaja adalah masa Kritis dalam pencapain
prestasi. Tekanan sosial dan akademik memaksa remaja untuk berprestasi dalam
cara yang baru. Sanggup tidaknya remaja dalam berprestasi ditentukan oleh
faktor psikologis dan motivasi[30]. Dorongan prestasi bisa diperlihatkan
anak dan remaja terhadap berbagai kegiatan yakni yang berhubungan dengan
pendidikan disekolah, dalam bidang oleh raga, kesenian yang berkaitan khusus
dengan bakat dan minat yang secara khusus dimiliki anak. Motivasi terfokus kepada mengapa seorang
bertindak, berfikir, dan mersa dengan cara yang dilakukan, dengan penekanan
aktivitasi dan tingkahlaku. Motivasi berprestasi adalah keiginan untuk mencapai
standart kesuksesan dan berusaha untuk mencapai kesuksesan itu[31].
Di antara
orientasi masa depan yang mulai diperhatikan pada usia remaja, orientasi masa
depan remaja akan lebih terfokuskan dalam bidang pendidikan. Hal ini dinyatakan
oleh Eccles, dimana usia remaja merupakan usia kritis karena remaja mulai
memikirkan tentang prestasi yang dihasilkannya, dan prestasi ini terkait dengan
bidang akademisnya[32].
Suatu prestasi dalam bidang akademis menjadi hal yang serius untuk
diperhatikan, bahkan renaja
sudah mampu membuat perkiraan kesuksesan dan kegagalan mereka ketika mereka
memasuki usia dewasa[33].
Prestasi seorang
remaja akan meningkat bila membuat suatu tujuan yang spesifik, baik tujuan
jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam proses pencapaian tujuan, remaja
juga memperhatikan kemajuan yang di capai,
dimana remaja diharapkan melakukan evaluasi terhadap tujuan, rencana, serta
kemajuan yang telah mereka capai, sehingga dapat dikatakan kalau orientasi masa
depan yang dimiliki remaja akan lebih terkait dengan bidang pendidikan.
Secara Kerohanian
Remaja mulai memikirkan hal-hal yang berhubungan
dengan agama yang dipercayai pada masa kanak-kanak. Lambat atau cepat remaja
membutuhkan keyakinan agama meskipun ternyata keyakinan pada masa kanak-kanak
tidak lagi memuaskan. Kebutuhan remaja akan agama akhirnya membuat remaja
tersebut mengembangkan imannya sendiri bukan hanya sekedar meminjam iman dari
orang lain[34]. Remaja mulai menilai dan
mempertimbangkan hal-hal agama secara kristis. Bayak hal-hal yang dulu remaja
percayai ketika anak-anak dengan sungguh-sungguh, pada saat remaja mulai
diragukan. Misalnya menganai hal dosa, sorga, neraka. Doa, dan sebaginya[35].
Remaja mulai menaruh minat pada agama antara lain
tampak dengan membahas agama, mengikuti pelajaran-pelajaran agama, mengunjungi
gereja dan mengikuti berbagai upacara agama[36]. Sementara remaja berada pada tahap
perkembangan ini, siap untuk melaukan komitmen yang lebih serius, meskipun
keyakinan yang dimilikinya sebelumnya merupakan sesuatu yang membosankan.
Remaja berkeiginan yang kuat untuk mengintegrasikan iman kedalam sistem
hidupnya dan membuat perjanjian dengan Allah[37]. Penyesuaian diri anak remaja dengan Allah adalah hal
terpenting, sebab sikap seorang anak secara rohani sangat mempengaruhi
kehidupannya.
Bagi remaja Kristen tidaklah cukup dilihat hanya dari ciri-ciri remaja yang dewasa dalam arti
psikologis. Pusat hidup orang kristen adalah Yesus Kristus. Orang yang berpusat
pada Kristus ditandai oleh tampaknya nilai-nilai kekristenan dalam dirinya. Pada usia Remaja Allah dipahami
sebagi penegak hukum-hukum alam. Ia dipandang menaruh perhatian terhadap
orang-orang dan tidak hanya sekedar menghakimi, remaja menyadari bahwa Allah
lebih dari sekedar pengalamn sensorik; perjumpaan dengan Allah bersifat
internal dan mental bukan bersifat ekternal. Remaja secara khas merasa tidak
layak dihadapan Allah dan mungkin menyadari bahwa ketika Allah tidak adil hal
itu karena manusia tidak melihat gambarnya secara utuh[38].
Shelton S.J. dalam bukunya “Adolescent Spirituality Pastoral ministry
for High School and College youth” menyebutkan ada tujuh
ciri manusia Kristen yang dewasa,
yang sudah dapat dihayati pada masa remaja yaitu berpusat
pada Kristus, memiliki tanggung jawab sebagai orang Kristen, hidup doa,
kepedulian terhadap orang lain, keterbukaan, penerimaan diri, dan kemampuan
melihat rahmat Tuhan dalam dirinya[39].
Ketujuh hal diatas perlu dijelaskan sebagai berikut:
Berpusat pada Kristus: Ciri khas remaja yang
dewasa adalah berkembang dan mendalamnya relasi dengan Yesus Kristus. Hubungan
pribadi tersebut nampak apabila remaja tersebut mampu menerima Yesus sebagai Tuhan,
Pembimbing, dan Sahabat dalam menentukan keputusan-keputusan penting dalam
hidup mereka serta bila menghadapi masalah hidup.
Tanggungjawab sebagai
orang Kristen: Hubungan
pribadi dengan Kristus tidak cukup hanya pada pengakuan iman atau kesalehan
lahiriah. Tetapi perlu diwujudkan dalam tanggungjawab menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai Kristiani dalam hidup sehari-hari, seperti keadilan,
kejujuran dan cinta kasih.
Hidup doa: Kedewasaan kaum muda, yang didasarkan pada
pengalaman personal dengan Yesus dan tanggungjawab terhadap nilai-nilai
kristiani, akan terdukung dan terpupuk dengan semakin tumbuhnya pengalaman doa
dari kaum muda itu sendiri. Dengan pengalaman doa ini kaum muda akan semakin
menemukan makna dari kehadiran Yesus dalam hidup mereka. Relasi pribadi ini
akan mendorong kaum muda untuk semakin peka dan terbuka terhadap suara Tuhan yang
memanggil mereka.
Kepedulian terhadap
orang lain: Tumbuhnya
relasi personal dengan Yesus, terbentuknya nilai-nilai kristiani, dan
pengalaman hidup doa berkaitan erat dengan perkembangan keterbukaan, dan
kepedulian terhadap orang lain. Pertemuan dan persatuan dengan Kristus dialami
melalui pertemuan dan pelayanan terhadap sesama manusia. Semakin dewasa
seseorang, semakin besar perhatian dan semangat pengorbanannya terhadap orang
lain.
Keterbukaan: Remaja yang dewasa dicirikan oleh berkembangnya
sikap terbuka terhadap orang lain, pengalaman, gagasan-gagasan dan
masalah-masalah baru. Mereka melihat bahwa semua hal itu menolong mereka untuk
mengenal dan mengerti dirinya sendiri. Selanjutnya, pengenalan diri tersebut
akan mendorong seseorang untuk berpikir lebih kritis terhadap dirinya serta
mempertanyakan dirinya lebih mendalam tentang arti dan makna hidupnya.
Penerimaan diri: Remaja yang dewasa berkembang juga dalam
penerimaan diri. Mereka tahu akan kemampuan-kemampuan dan
keterbatasan-keterbatasan dirinya. Pengenalan diri itu membuat mereka bersikap
realis dalam melihat masa depan, dan dalam mengungkapkan diri secara benar dan
dalam menghadapi tantangan hidup secara seimbang. Remaja yang dewasa juga
ditandai oleh perkembangan pengertiaannya bahwa perkembangan pribadi (meliputi
segi jasmani, intelektual, emosional, sosial dan spiritual) merupakan proses
sepanjang hidup yang menuntut kejujuran dan kerendahan hati, bimbingan dan
nasihat dari orang lain.
Kemampuan melihat kasih Tuhan dalam diri: Remaja yang dewasa berkembangnya juga
kemampuannya untuk melihat cinta Tuhan sebagai sebuah kasih
karunia dalam hidup mereka. Mereka
mampu melihat bahwa talenta dan relasi personal yang mereka miliki merupakan kasih karunia Tuhan,
bahkan hidup mereka sendiripun adalah kasih karunia dari
Tuhan.
Ditulis oleh Supriadi Siburian S.Th
[1]Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 2.
[2]Santrock, Adolescence, 26.
[4]Santrock, Adolescence, 31.
[6]Sari Yuanita, Fonema dan Tantangan Remaja Menjelang Dewasa
(Yogyakarta: Brilliant Book, 2011), 10
[9]Santrock, Adolescence, 49 .
[10]F.J. Monks, A.M.P. Knoers dan Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), 220.
[11]Singih D. Gunarsa dan Ny.
Yulia Singih D. Gunarsa, Psikologi
Praktis: Anak Remaja dan Keluarga (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), 128.
[12]Surbakti, Konseling Praktis, 286.
[13]Soesilowindradini, Psikologi Perkembangan Masa remaja, (
Surabaya: Usaha Nasional, t.t.), 136
[15]Singgih, 118
[18]Elisa, Konseling Praktis, 288
[22]Wining rohani, Tibs Hidup
enjoy di masa Remaja, (Yogyakarta: Gloria Graffa, 2005), 77.
[23]Ibid.,78
[24]Sari, Fonema dan Tantangan Remaja Menjelang Dewasa
, 158
[26]Soesilowindradini, Psikologi Perkembangan Masa remaja, 183.
[28]Soesilowindradini, Psikologi Perkembangan Masa remaja, 183
[29]Sari, Fonema dan Tantangan Remaja Menjelang
Dewasa, 31
[30]Santrock, Adolescence, 473
[31]Ibid., 474
[33]Santrock, Adolescence, 473
[34]Hurlock, Psikologi Perkembangan, 222
[35]Soesilowindradini, Psikologi Perkembangan Masa remaja,
191 191
[36]Hurlock, Psikologi Perkembangan, 222
Tidak ada komentar:
Posting Komentar