Selasa, 08 Oktober 2019

SAKRAMEN


SAKRAMEN
disusun oleh Pdt. Supriadi Siburian, M.Th

Daftar Isi



A.    Pengertian Sakramen
B.     Pentingnya Sakramen dalam Gereja
C.     Jenis Sakramen
1.      Sakramen Batisan
2.      Sakramen Perjamuan Kudus
D.    Sakramen dalam Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sumut
E.     Kesimpulan


A.    Pengertian Sakramen
Kata sakramen dalam bahasa Indonesia berasal dari kata latin, sacramentum. Kata 'sakramen' (Latin sacramentum), berarti 'sumpah', seperti yang dilakukan anak muda yang bergabung dengan angkatan darat Romawi. Sudah pada zaman gubernur Plinius (112 M) istilah sakramen digunakan untuk upacara keagamaan Kristen. Terjemahan Alkitab Latin, Vulgata, menerjemahkan kata Yunani mysterion dengan sacramentum, yang menyebabkan baptisan dan Perjamuan Kudus menjadi sakramen yang dimaksud. Oleh Gereja Abad Pertengahan ditambahkan upacara keagamaan lain pada pengertian sakramen itu, tetapi Gereja Reformasi membatasinya pada dua sakramen yang jelas disebutkan dalam PB (Mat. 28:19, dan 1Kor. 11:23-25). Petunjuk alkitabiah untuk upacara-upacara lain tidaklah jelas. Biasa dianggap orang bahwa baptisan di gereja itu sejajar dengan upacara penerimaan sebagai anggota umat Allah di PL (sunat) dan Perjamuan Kudus berhubungan dengan perayaan penebusan dalam PL .[1]
Zakharius Ursinus dan Caspar Olevianus mendefinisikan  Sakramen adalah tanda dan meterai yang kudus serta kasatmata, yang telah ditetapkan oleh Allah. Melalui penerimaan sakramen, diterangkan-Nya dan dimeteraikan-Nya kepada kita secara lebih jelas lagi janji Injil, yaitu bahwa Dia menganugerahkan kepada kita pengampunan semua dosa dan hidup yang kekal, hanya berdasarkan rahmat, karena kurban Kristus yang satu- satunya, yang telah terjadi di kayu salib.[2]
Menurut calvin sakramen adalah suatu tanda lahiriah yang dipakai Allah untuk memateraikan dalam batin kita ajnji-janji aan kerelaanNya terhadap kita, supaya iman kita yang lemah diteguhan, dan suapaya kitapun menyatakan kasih, dan kesetiaan kita kepadanya, baik dihadapan Dia sendiri maupun malaikat-malikatnya dan dihapan manusia. Defenisi lain yang lebih pendek sakraman itu dinamakan suatu kesaksian tentang rahmat Allah terhadap kita, yang ditegaskan dengan tanda lahiriah yang dibalas dari pihak kita dengan menyatakan kasih dan kesetiaan kita kepadanya. Menurut agustinus sakramen adalah tanda yang kelihatan dari yang suci atau wujud yang kelihatan dari rahmat yang tidak kelihatan.[3]
Sedangkan Gereja Katolik Roma dalam Konsili Trente menyatakan bahwa sakramen adalah sesuatu yang dinyatakan untuk dialami, yang memiliki kuasa, oleh penyelenggaraan ilahi, bukan hanya menyatakan pentingnya anugerah, tetapi juga efisien membawa anugerah.[4]

B.     Pentingnya Sakramen dalam Gereja
Adanya sakramen dalam gereja adalah sesuai dengan perintah Tuhan Yesus. Yesus sendiri yang menetapkan untuk melaksanakan Babtisan Kudus (Mat. 28:19-20), dan Dia juga yang menetapkan perjamuan kudus supaya dilakukan sebagai peringatan akan Dia ( Mat. 26:26-28).
Melalui penerimaan sakramen, diterangkan-Nya dan dimeteraikan-Nya kepada kita secara lebih jelas lagi janji Injil, yaitu bahwa Dia menganugerahkan kepada kita pengampunan semua dosa dan hidup yang kekal, hanya berdasarkan rahmat, karena kurban Kristus yang satu- satunya, yang telah terjadi di kayu salib.[5]

C.    Jenis Sakramen
Gereja Katolik terdapat tujuh sakramen yang dapat dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu 1. sakreman inisiasi: sakramen Babtis, sakramen Karisma, dan sakramen Ekaristi,  2. Sakramen Penyembuhan: Sakramen Rekonsiliasi dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, 3. Sakramen Panggilan: Sakramen Imamat dan sakramen perkawinan. Sakramen-sakramen ini memiliki manfaat masing-masing dalam kehidupan umat katolik.[6]
Sakramen Babtis atau permandian berfungsi untuk menghilangkan dosa asal. Penguatan diberikan kepada anak-anak setelah kira-kira 12 tahun menguatkan mereka dalam perjuangan iman yang akan datang. Ekaristi artinya ucapan syukur. Pengakuan yaitu pengakuan dosa-dosa yang dilakukan setelah permandian dan yang diampuni dengan perantaraan kuasa imam.perminyakan, memberikan kepada orang sakit kekuatan untuk mati secara kristen. skaramen imamat yang olehnya diberi kekuasaan untuk melanjutan keimaman Kristus. Perkawinan yang menurut ajaran katolik ditetapkan oleh Allah dalam taman firdaus dan oleh Yesus diangkat menjadi saramen.[7]
Jumlah Sakramen yang ditetapkan Kristus dalam Perjanjian Baru adalah dua, yaitu Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus.[8]  Ketetapan inilah yang dilakukan gereja- gereja Protestan.  Allah yang mendirikan, menetapkan, memerintah, mensyahkan baptisan itu dan perjamuan kudus, yang melaluinya Allah memberikan berkat dan pengampunan dosa.  Sehinggga yang akan dibahas dalam makalah ini adalah kedua sakramen tersebut yang ditinjau dari pandangan katolik, Luther, dan Calvin.
1.      Sakramen Batisan
Katolik mempercayai dan mengajarkan bahwa  Baptisan merupakan cara untuk membebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai puttra-puri Allah. Dalam katolik hanya ada satu babtisan yaitu babtisan dengan air dengan mencurahkan air diiatas dahi.  Pencurahan air diatas dahi sebanyak tiga kali dengan mengucapkan kata “ nama orang, aku membatis engkau atas nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Pembabtisan dengan air sungguh diimani sebagai materai rohani yang tidak terhapuskan dan diterima hanya satu kali untuk selamanya. Dalam pembabtisan orang juga menerima pengurapan minyak karisma sebagai tanda pengurapan roh kudus, agar orang yang dibabtis boleh mengambil bagian dalam tugas imamat, kenabian, dan pengembalaan Yesus Kristus.  Y ang boleh menerima babtisan adalah setiap orang dan yang belum dibabtis, baik itu bayi maupun orang dewasa. Pembabtisan terhadap anak-anak perlu karena mereka dilahirkan dengan khodrat yang jatuh kedalam dosa dan dinodai oleh dosa asal. Mereka membutuhkan kelahiran kembali dalam pembabtisan supaya mereka dibebaskan dari kusa kegelapan.[9]
Luther berpandangan bahwa Baptisan Kudus merupakan tanda yang ditetapkan Allah untuk memeteraikan janji-Nya sebagai pengampunan dosa manusia. Namun, Luther tetap mempertahankan bahwa percaya akan janji Allah perlu, karena hanya dalam iman orang dapat menikmati pengampunan yang dijanjikan dalam baptisan. Luther menyetujui Baptisan Anak, dan ia berpandangan bahwa tidak perlu orang mempunyai iman yang matang untuk menerima baptisan, sebab bukan imanlah yang menjadikan baptisan efektif, melainkan janji Allah.[10]
Menurut Luther, baptisan bukanlah hasil pikiran manusia, melainkan wahyu dan pemberian Allah.[11] Baptisan tidak bisa dianggap remeh. Meskipun baptisan merupakan hal lahiriah, namun yang jelas firman dan perintah Allah menetapkannya dan meneguhkannya. Lebih-lebih baptisan itu dilakukan di dalam namaNya. Luther mendirikan pendapatnya berdasarkan perintah Yesus (Mat. 28:19-20).
Dibaptis dalam nama Allah bukanlah dibaptis oleh manusia, melainkan oleh Allah sendiri. Karena itu, walaupun manusia yang melakukannya, baptisan itu benar-benar perbuatan Allah sekaligus.  Artinya, jika pun seorang imam atau pendeta melayani sakramen baptisan kudus, sebenarnya Allah sendirilah pelaku utama dalam sakramen tersebut, bukan si pendeta. Dengan demikian baptisan tidak lain daripada Allah sendiri; bukan karena air itu lebih istimewa dari segala jenis air yang lain, tetapi karena firman dan perintah Allah yang menyertainya. Jadi, baptisan berbeda dengan air yang lain, bukan karena apa adanya, melainkan karena sesuatu yang lebih mulia menyertainya.
Dalam Pandangan Martin Luther, Allah sendirilah yang menjadi dasar dan pelaksana utama dalam Baptisan, bukan manusia. Oleh karena itu, tidak menjadi persoalan tentang siapa orang yang dibaptis, apakah orang dewasa atau anak-anak; sebab jika baptisan tersebut dilaksanakan di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka sakramen tersebut adalah sah. Seorang yang menerima baptisan berarti telah ikut dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Calvin melihat baptisan sebagai tanda pengampunan dosa dan hidup baru. Bahwa kita telah ikut serta dalam kematian dan kebangkitan Kristus dan telah kita telah satu dengan Dia. Babtisan juga sebagai tanda masuk persekutuan gereja. Babtisan dihubungkan dengan keanggiotaan Gereja. Ini sekaligus penolakan calvin terhadap anggapan bahwa babtisan merupakan syarat memperoleh keselamatan. Menurut Calvin babtisan bukan syarat melaikan materai yang menandakan bahwa seseorang telah memperoleh pengampunan dosa dan keselamatan pada salib Kristus. Keselamatan itu telah dianungragkan Allah Bapa sebelum kita lahir, sehingga tidak ditentukan oleh babtisan.[12]
Pengampunan ini diberikan Allah kepada manusia sebelum ia lahir, sehingga tidak dapat diikat pada pelayanan baptisan. Lebih lanjut baptisan menurut Calvin menandai bahwa orang percaya ikut serta dalam kematian dan kebangkitan Kristus, dan bahwa orang percaya menjadi satu dengan Kristus. Konsekuensi dari ikatan baptisan dengan keanggotaan gereja bagi Calvin adalah bahwa pelayanan baptisan harus terjadi di dalam kebaktian jemaat, oleh pejabat yang ditentukan oleh gereja, yaitu Pendeta.

2.      Sakramen Perjamuan Kudus
Gereja Katolik Roma memahami sakramen sebagai saluran anugerah Allah. Jadi mereka menekankan arti perjamuan kudus sebagai sarana keselamatan bagi umat. Tidak cukup hanya kesetiaan terhadap Gereja saja melainkan mengikuti sakramen juga untuk selamat.Gereja Roma Katolik pada saat itu memercayai ajaran Perjamuan Kudus bahwa waktu imam yang melayani Perjamuan Malam mengucapkan kata-kata penetapan - "Inilah tubuhku... Inilah darah-Ku..." -substansi roti dan anggur (secara otomatis) berubah menjadi tubuh dan darah Kristus.[13] Ajaran inilah yang dikenal dengan transustansiasi.Jadi Gereja Katolik mengatakan bahwa roti dan anggur telah berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (transsubstansiasi) pada saat ditahbiskan (konsekrasi) dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus.Setiap Perjamuan Kudus dilakukan diyakini bahwa setiap kali Yesus mengorbankan ulang tubuh dan darah-Nya untuk keselamatan manusia berdosa. Pada konsili ke-4 di Lateran (1215), ajaran transsubstansiasi disahkan menjadi dogma gereja. Ajaran ini kemudian dikembangkan oleh Thomas Aquino (1274). Di konsili Terente (1545-1563) diteguhkan dan dikuatkan ajaran transsubstansiasi sebagai jawaban gereja Roma Katolik atas Reformasi.[14]
Dalam hal ini hanya uskup atau imam yang dapat menjadi pelayan Sakramen Ekaristi, dengan bertindak selaku pribadi Kristus sendiri. Diakon serta imam biasanya adalah pelayan Komuni Suci, umat awam dapat diberi wewenang dalam lingkup terbatas sebagai pelayan luar biasa Komuni Suci.
Luther mengartikan Perjamuan Kudus bertolak dari kata-kata penetapan yaitu sebagai firman Allah, peraturan, dan perintah-Nya.Perjamuan Kudus ditetapkan oleh Kristus sendiri, bukan hasil pikiran manusia. Jadi Perjamuan Kudus adalah tubuh dan darah yang benar dari Kristus, yaitu tubuh dan darah yang diberikan kepada kita anggota-anggota jemaat di dalam dan di bawah roti dan anggur untuk dimakan dan diminum menurut firman dan penetapan Kristus. Firman itulah yang membuat Perjamuan Kudus menjadi Perjamuan Kudus dan firman-lah yang membedakannya, supaya Perjamuan Kudus bukanlah roti dan anggur biasa melainkan tubuh dan darah Kristus.[15] lni untuk menolak kepercayaan Gereja Katolik yang menanggap bahwa sakramen memiliki posisi yang tinggi dan dapat membawa keselamatan dibanding firman.
Untuk merayakan Perjamuan Kudus, menurut Luther harus memerhatikan dua hal yaitu, penyesalan dan percaya dan dia menekankan kesatuan orang-orang percaya.Kesatuan ini disebut juga kesatuan hati. Oleh sebab itu Perjamuan Kudus disebut suatu persekutuan atau commmunio.Bagi Luther, communion atau persekutuan ini sangat penting karena di dalamnya tiap-tiap orang yang merayakan Perjamuan Kudus   menerima segala pemberian rohani dari Kristus. Dan sebaliknya juga mendapat bagian dalam penderitaan.[16]
Mengenai kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus, Luther percaya berdasarkan perkataan Yesus dalam kata-kata penetapan maka kita menerima (percaya), bahwa roti dan anggur di sini adalah benar-benar tubuh dan darah Kristus.Luther menolak ajaran tentang transubstansiasi Gereja Katolik. Tetapi ia tidak menolak kehadiran tubuh dan darah Kristus dalam roti dan anggur.Ajaran Luther ini disebut dengan kon-substansiasi (kon=sama-sama): roti dan anggur itu tidak berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (trans-substansiasi). Tetapi tubuh dan darah Kristus mendiami roti dan anggur itu sehingga ada 2 zat atau substansi yang sama-sama terkandung dalam roti dan anggur itu.[17]
Untuk memperjelas hubungan antara tubuh dan darah Kristus pada satu pihak dan roti dan anggur pada satu pihak, ia memakai suatu kiasan. la katakan: api dan besi adalah dua substansi, tetapi kalau besi diletakkan di dalam api, maka kedua substansi itu bercampur baur begitu rupa, sehingga tiap-tiap bagian adalah besi dan api.[18]
Jadi, Luther percaya bahwa roti dalam Perjamuan Kudus adalah benar-benar roti dan anggur adalah benar-benar anggur. Dalam suatu cara yang tersembunyi tubuh dan darah Kristus dalam Perjamuan Kudus berada dalam roti dan anggur. Luther mengatakan bahwa dia percaya bukan saja tubuh Kristus berada di dalam roti dan anggur, tetapi juga bahwa roti dan anggur adalah tubuh dan darah Kristus.[19] Luther mengatakan memang secara rasional mungkin kehadiran tubuh dan darah Kristus dalam Perjamuan Kudus tidak dapat dipahami.Sungguhpun demikian kehadiran Kristus di situ tetap harus dipercayai.
Mengenai kata-kata penetapan, bagi Luther, kata-kata penetapan Perjamuan Kudus adalah kata-kata kehidupan.ini dianggap sebagai kata-kata yang paling utama dari seluruh Injil.Bahkan lebih penting dari perjamuan itu sendiri.Luther bahkan berkata, "kata-kata penetapan harus dipercayai, kata-kata itu menyelamatkan." Itulah sebabnya ia menolak interpretasi    yang  mengatakan  bahwa  ucapan Yesus,  "Ini  adalah  daging-Ku"  berarti  "Ini menandai daging-Ku".  [20]
Luther menolak kepercayaan yang menekankan bahwa Perjamuan Kudus dirayakan bukan karena Allah membutuhkannya, tetapi kitalah yang membutuhkannya.Perjamuan Kudus adalah karunia Allah untuk kita. Oleh sebab itu Perjamuan Kudus harus diterima dengan percaya dan merayakannya dengan cara yang benar. Karena itu ganti "opus operatum" (pekerjaan yang dilakukan) Luther menggunakan "opus operatis" (pekerjaan yang dilakukan oleh dia yang percaya).Jadi, Luther menekankan percaya itu.[21] Luther juga menentang Gereja Katolik bahwa anggota jemaat yang merayakan Perjamuan Kudus harus menerima baik roti maupun anggur, sesuai dengan perintah Yesus dalam Matius 26:27. Darah Kristus dicurahkan juga untuk anggota-anggota jemaat karena itu gereja tidak berhak melarang mereka minum anggur perjamuan.
Sehingga bagi Luther misa bukanlah pekerjaan dan bukanlah korban seperti yang dipercaya Gereja Katolik.Perjamuan Kudus baginya bukanlah suatu "sacrificum" melainkan "testamentum".Bahkan Luther menolak ajaran Gereja Katolik yang menganggap misa sebagai suatu pekerjaan yang baik yang menghasilkan pahala melainkan Perjamuan Kudus adalah anugerah Allah.Perjamuan Kudus adalah janji tentang pengampunan dosa yang dikokohkan oleh kematian Anak Allah.Oleh sebab itu janji ini harus diteruskan dan dibagikan kepada orang-orang percaya lainnya.ltulah sebabnya Luther sangat menekankan "percaya".Karena Perjamuan Kudus adalah suatu janji maka itu hanya dapat diterima dengan percaya.Janji ini didengar dari firman yang diucapkan melalui kata-kata penetapan dalam perjamuan kudusJadi, bagi Luther hanya oleh percaya (sola fide) kita dapat pergi ke Perjamuan Kudus.[22]
Menurut Luther, dalam Perjamuan Kudus Allah tidak saja memberikan suatu "jaminan" dan suatu "tanda", tetapi lebih daripada itu la memberikan "karunia-Nya" sendiri, yaitu karunia yangdijamin dan ditandai dalam Perjamuan Kudus. Ini diberikan untuk menjadi makanan setiap hari, agar supaya iman dapat pulih kembali dan menjadi kuat.Dari sini muncul pertanyaan, apakah roti dan anggur dapat mengampuni dosa dan menguatkan iman? Maka Luther menjawab bahwa pengampunan dosa pada satu pihak hanya terkandung dalam firman Tuhan.tetapi pada lain pihak pengampunan dosa juga terikat pada tubuh dan darah Kristus dalam Perjamuan Kudus.[23]
Calvin menyakini dan mengajarkan bahwa perjamuan kudus adalah tanda yang ditetapkan oleh Allah melalui Anak-Nya Yesus Kristus, supaya melalui roti dan anggur itu orang-orang briman dipersatukan dengan tubuh dan darah Kristus.[24] Calvin berpandangan, bahwa Perjamuan Kudus adalah tanda, dalam hal ini tanda tersebut bukanlah tanda kosong, sebab tanda ini diberikan Allah melalui Anak-Nya, supaya orang percaya melalui roti dan anggur betul-betul dipersatukan dengan tubuh dan darah Kristus. Dalam Perjamuan Kudus, Kristus betul-betul hadir untuk menjadi satu dengan orang-orang percaya, dan menguatkan iman mereka. Dengan demikian Calvin menolak ajaran Gereja Roma Katolik tentang trans-substansiasi dan menolak ajaran Lutheran yaitu mengenai kon-substansiasi.

D.    Sakramen dalam Gereja Krisren Indonesia (GKI) Sumut
Dalam tata Gereja GKI Sumut  Bab V pasal 2, GKI hanya mengenal 2 sakramen yaitu Baptisan Kudus  dan Perjamuan Kudus.
1.      Sakramen Babtisan Kudus[25]
Baptisan kudus yang dilakukan bagi orang dewasa (Babtisan Dewasa), dan anak-anak (Babtisan anak).  Anak-anak kecil dibaptis karena Mereka termasuk dalam perjanjian Allah dan dalam jemaat-Nya, sama seperti orang-orang dewasa (Kej 17:7). Lagi pula, melalui darah Kristus, mereka, tidak kurang daripada orang dewasa (Kis 2:39), menerima janji kelepasan dari dosa-dosa dan Roh Kudus yang bekerja menciptakan iman (Mat 19:14). Maka mereka pun perlu dimasukkan dalam Gereja Kristen dan dibedakan dari anak-anak orang tidak percaya (Kis 10:47), melalui Baptisan, sebagai tanda perjanjian itu, sebagaimana dalam Perjanjian Lama dilakukan melalui Sunat (Kej 17:12-13), yang dalam Perjanjian Baru diganti dengan Baptisan (Kol 2:11-13).
Dalam Baptisan Kudus diingatkan dan diyakinkan, bahwa kurban Kristus yang satu-satunya, yang terjadi pada kayu salib itu menjadi kebaikan. Kristus telah menetapkan permandian lahiriah (Kis 2:38), disertai janji (Mat 28:19). Sebagaimana tubuhku pasti dibasuh secara lahiriah oleh air, yang biasa dipakai untuk menghilangkan kotoran tubuh, sepasti itu pula aku telah dibasuh dengan darah dan Roh-Nya dari kecemaran jiwaku, yaitu semua dosaku (1Pet 3:21).
Dalam penetapan Baptisan, yang berbunyi sebagai berikut, Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (Mat 28:19), dan, Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum (Mar 16:16). Janji itu diulang, ketika Alkitab menyebut Baptisan adalah permandian kelahiran kembali (Tit 3:5) dan pembasuhan dari semua dosa (Kis 22:16). Kita melihat bahwa Kristus berjanji kepada kita bahwa, sebagaimana kita pasti dibasuh oleh air baptisan, sepasti itu pula Dia mau membasuh kita dengan darah dan Roh-Nya. Permandian lahiriah itubukanlah  pembasuhan dari dosa- dosa (1Pe 3:21)  karena hanya darah Yesus Kristus, dan Roh Kudus yang membasuh kita dari segala dosa (1Yo 1:7).
Roh Kudus menamakan Baptisan itu 'permandian kelahiran kembali' dan 'pembasuhan dari dosa-dosa' karena Allah berfirman demikian bukan tanpa alasan yang sangat penting. Pertama, dengan demikian Dia hendak mengajar kita bahwa, sama seperti kotoran tubuh dihilangkan dengan air, begitu pula segala dosa kita dihilangkan oleh darah dan Roh Yesus Kristus (Wah 1:5). Tetapi terutama, melalui jaminan dan tanda ilahi ini Dia hendak memastikan kepada kita bahwa, sebagaimana tubuh kita benar- benar dibasuh secara lahiriah dengan air, begitu pula kita benar-benar dibasuh secara rohani dari segala dosa kita (Gal 3:27).

2.      Perjamuan Kudus.
Dalam Perjamuan Kudus diingatkan dan diyakinkan, bahwa mendapat bagian dalam kurban Kristus yang satu-satunya, yang terjadi pada kayu salib, dan dalam semua harta-Nya.  Perjamuan kudus ini berdasarkan perintah Kristus, dimana Kristus telah memerintahkan semua orang percaya, supaya makan dari roti yang dipecah-pecahkan dan minum dari cawan agar perbuatan itu menjadi peringatan akan Dia. Dia menambahkan janji janji ini (Mat 26:26-28). Pertama, bahwa sebagaimana aku melihat dengan mata kepala sendiri bahwa roti Tuhan dipecah- pecahkan untukku dan cawan diberikan kepadaku, sepasti itu pula tubuh-Nya dikurbankan bagiku dan darah-Nya ditumpahkan untukku di kayu salib. Kedua, sebagaimana dari tangan pelayan aku menerima roti dan cawan Tuhan sebagai tanda- tanda yang pasti dari tubuh dan darah Kristus, dan mengecapnya dengan mulutku, sepasti itu pula Dia sendiri memberi makan dan minum jiwaku dengan tubuh-Nya yang disalibkan dan darah-Nya yang ditumpahkan, supaya aku beroleh hidup yang kekal.
Arti, 'makan tubuh Kristus yang disalibkan' dan 'minum darahNya yang ditumpahkan' adalah bahwa kita menerima seluruh penderitaan dan kematian Kristus dengan hati yang percaya, dan dengan demikian memperoleh pengampunan dosa-dosa dan hidup yang kekal (Yoh 6:35). Di samping itu, bahwa kita makin lama makin dipersatukan dengan tubuh-Nya yang kudus oleh Roh Kudus yang tinggal dalam Kristus maupun dalam kita (Yoh 6:56). Memang, Kristus ada di sorga (Kis 3:21) dan kita di bumi. Namun, persatuan itu membuat kita menjadi daging dari daging-Nya dan tulang dari tulang-tulang-Nya (Efe 5:30), serta hidup dan diperintah oleh satu Roh untuk selama-lamanya, sama seperti anggota-anggota tubuh hidup dan diperintah oleh satu jiwa (Efe 2:21-22).
Kristus berjanji, sebagaimana orang percaya makan dari roti yang dipecah-pecahkan dan minum dari cawan, sepasti itu pula Dia akan mengenyangkan mereka dengan tubuh-Nya dan menyegarkan mereka dengan darahNya yang didasarkan dalam penetapan Perjamuan Malam, berbunyi (Mat 26:26-28), Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Dia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Dia mengucap syukur atasnya; Dia memecah-mecahkannya dan berkata, Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!' Demikian juga Dia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata, 'Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!' Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum dari cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Dia datang.' (1Ko 11:23-26). Janji ini diulang Rasul Paulus, katanya, 'Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu' (1Ko 10:16-17).
Roti dan anggur itu Tidak berubah menjadi tubuh dan darah Kristus yang sesungguhnya, hal ini didasarkan Perjamuan Malam pula roti dalam tidak menjadi tubuh Kristus (1Ko 10:16), meskipun, sesuai dengan sifat Sakramen-sakramen (1Ko 10:3-4), roti itu disebut tubuh Yesus Kristus.
Kristus menyebut roti itu 'tubuh-Nya' dan minuman dalam cawan itu 'darah-Nya' atau 'perjanjian baru di dalam darahNya', dan Paulus menyebutnya 'persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus' karena Kristus berfirman demikian bukan tanpa alasan yang sangat penting. Pertama, dengan demikian Dia hendak mengajar kita bahwa, sama seperti roti dan anggur memelihara hidup kita sementara di dunia ini, demikian pula tubuh-Nya yang telah disalibkan dan darah-Nya yang ditumpahkan itu merupakan makanan dan minuman yang sesungguhnya bagi jiwa kita untuk hidup yang kekal (Yoh 6:55). Tetapi terutama, melalui tanda dan jaminan yang kelihatan ini Dia hendak memastikan kepada kita bahwa, sama seperti kita menerima tanda-tanda kudus ini dengan mulut jasmani menjadi peringatan akan Dia, demikian pula kita sungguh-sungguh mendapat bagian dalam tubuh dan darah-Nya melalui pekerjaan Roh Kudus (1Ko 10:16), dan bahwa penderitaan dan ketaatan-Nya itu pasti menjadi milik kita, seolah-olah kita sendiri telah merasakan segala kesengsaraan itu dan melunasi utang dosa kita kepada Allah.'
Perjamuan Malam Tuhan ditetapkan Untuk mereka yang menyesali dirinya karena dosa-dosanya, namun tetap percaya bahwa dosanya itu telah diampuni karena Kristus dan bahwa juga segala kelemahan yang masih tertinggal ditutup oleh penderitaan serta kematianNya; mereka yang juga ingin makin menguatkan iman dan membenahi hidup mereka. Sebaliknya, orang munafik dan mereka yang tidak bertobat kepada Allah dengan ikhlas, mereka itu mendatangkan hukuman atas diri mereka dengan makan dan minum (1Ko 10:21).
Mereka yang dalam hal pengakuan iman dan perihidupnya ternyata bertindak sebagai orang tidak percaya dan fasik diizinkan turut serta dalam Perjamuan Kudus, tidak di ijinkan untuk mengikuti perjamuan kudus karena dengan demikian perjanjian Allah dinajiskan dan murkaNya dibangkitkan atas seluruh jemaat (Mat 7:6). Oleh karena itu, Gereja Kristen wajib mengucilkan mereka dengan mempergunakan kunci-kunci kerajaan sorga, sesuai dengan penetapan Kristus dan Rasul-rasul-Nya, sampai mereka itu terbukti telah membenahi hidupnya.

E.     Kesimpulan
Dalam Gereja GKI Sumut hanya melaksanakan dua sakramen yaitu sakramen Babtisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Babtisan Kudus sebagai tanda dan  materai, yang menandakan bahwa seseorang telah memperoleh pengampunan dosa dan keselamatan pada salib Kristus. Perjamuan Kudus adalah sebagai tanda dan materai, tanda yang ditetapkan oleh Allah melalui Anak-Nya Yesus Kristus, supaya melalui roti dan anggur itu orang-orang beriman dipersatukan dengan tubuh dan darah Kristus. Kristus benar-benar hadir waktu melaksanaan perjamuan kudus,  namun bukan berarti roti dan anggur berubah menjadi danging dan darah Kristus.
Perjamuan Kudus adalah  Hak dari Anggota Gereja, Karena Perjamuan kudus diberikan kepada semua orang yang percaya Kristus. Semua jemaat seharusnya ikut menerima Perjamuan Kudus itu sebagai sarana menerima pengampunan dosa dari Allah.  Mengiuti Perjamuan Kudus seharusnya tidak ditentukan oleh perasaan orang percaya, melainkan seharusnya sikap semua orang percaya adalah menerima, tanpa mempertimbangkan apakah ia siap atau tidak siap. Sebaiknya kapan saja Tuhan memanggil kita untuk ikut dalam perjamuanNya, maka seharusnya kita dengan segera bangkit dan bergegas mendekatkan diri untuk mengiuti perjamuan kudus. Namun kenyataannya kebanyakan dalam jemaat memiliki rasa segan untuk menerima Perjamuan Kudus.  Hal itu berkaitan dengan pemahaman bahwa roti dan anggur menjadi betul-betul tubuh dan darah Kristus. Oleh karena itu anggota-anggota gereja menjadi takut untuk menerima roti dan anggur tersebut. Allah, yang mengetahui kelemahan iman kita, menyesuaikan diri terhadap keterbatasan-keterbatasan kita. Oleh kerena itu tak ada yang perlu ditakuti dalam Perjamuan kudus sebab itu merupakan anugerah yang diberikan-Nya kepada kita. Namun sikap kita dituntut untuk selalu merendahkan diri dihadapan-Nya.
Daftar Pustaka

Christiaan de Jonge, Apa Itu CALVINISME?, Jakarta: BPK-GM 1998.
G.C. van Niftrik-B.J.Boland, Dogmatika Masa Kini, BPK-GM, Jakarta, 2001.
 H. Berkhof, dan IH Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993
J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator . Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990.
Jan S. Aritonang, Berbagai aliran di dalam dan di sekitar gereja, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2016.
L. Prasetya, Panduan Untuk Calon Baptis Dewasa, Yogyakarta: Kanisius, 2016.
L. Prasetya, Panduan Untuk Calon Baptis Dewasa, Yogyakarta: Kanisius, 2016
Martin Luther, Katekhismus Besar, Jakarta: BPK-GM 2007.
W.R.F Browning “ Kamus Alkitab” Jakarta: BPK Gunung- Mulia , 2007
  Yohanes Calvin, Institutio (Pengajaran Agama Kristen), BPK-GM, Jakarta, 2000
Zakharius Ursinus dan Caspar Olevianu, “Pengajaran Agama Kristen: Katekismus Heidelberg, Jakarta: BPK Gunung- Mulia , 2010




[1] W.R.F Browning “ Kamus Alkitab” (Jakarta: BPK Gunung- Mulia , 2007), 394
[2]Zakharius Ursinus dan Caspar Olevianu, “Pengajaran Agama Kristen: Katekismus Heidelberg, (Jakarta: BPK Gunung- Mulia , 2010), 37
[3] Yohanes Calvin, Institutio (Pengajaran Agama Kristen), (BPK-GM, Jakarta, 2000), 275
[4] J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990),4
[5]Zakharius, 37

[6] L. Prasetya, Panduan Untuk Calon Baptis Dewasa, (Yogyakarta: Kanisius, 2016), 113

[7] G.C. van Niftrik-B.J.Boland, Dogmatika Masa Kini, (BPK-GM, Jakarta, 2001), 436-437
[8]Zakharius, 37-38
[9] L. Prasetya, Panduan Untuk Calon Baptis Dewasa, (Yogyakarta: Kanisius, 2016),116-117
[10] Christiaan de Jonge, Apa Itu CALVINISME? (Jakarta: BPK-GM 1998), 191
[11] Martin Luther, Katekhismus Besar, (Jakarta: BPK-GM 2007), 184

[12] Jan S. Aritonang, Berbagai aliran di dalam dan di sekitar gereja, ( Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2016), 77

[13] J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 20.
[14] G.C. van Niftrik-B.J.Boland, 459
[15] J. L. Ch. Abineno, 44-45.
[16] Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 21-22
[17] H. Berkhof, dan IH Enklaar, Sejarah Gereja(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 131-132.
[18] Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 32.
[19] Ibid.,33
[20] Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 36.
[21] Ibid., 30.
[22] Ibid., 34-35.
[23] Ibid.,46-47
[24] Jan S. Aritonang, 77
[25] Disarikan dari Zakharius Ursinus dan Caspar Olevianu, pengajaran Agama Kristen: Katekismus Heidelberg, Jakarta: BPK Gunung- Mulia , 2010, 38-41.

PELAJARAN TENTANG ALKITAB



PELAJARAN TENTANG ALKITAB
Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari.:
a.       Pengertian Alkitab
b.      Asal-Usul Alkitab serta Susunannya
c.       Maksud Alkitab ditulis
d.      Mamfaat dan Alasan membaca Alkitab
e.       Mengetahui Prinsip dan cara yang benar di dalam belajar Alkitab.
f.       Ringkasan Sejarah dan Ringkasan Kronologis
g.      Membaca Alkitab dengan perencanaan

"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2Ti 3:16.)

  1. Pengertian  Alkitab
Alkitab berasal dari kata Yunani yaitu “Biblos” (buku atau kitab) dan “logos” (uraian, buah pikiran pikiran, pelajaran), diterjemahkan di dalam bahasa indonesia, Alkitab.
Alkitab adalah Firman Allah karena berasal dari Allah,  diucapkan ataupun tertulis, (Kel.3:14; Mrk.12:26; Kis. 4:31; 1 Tes. 2:13; Ibr.4:12).
Alkitab sendiri menyebut Firman Allah sebagai “tulisan” dan “kitab suci”(Firman Allah yang tertulis).  (Kel.32:16; 2 Tim.3:14-16; Luk.24:27; 32; Kis.17:11)
Alkitab adalah dasar pedoman kehidupan orang yang percaya kepada Tuhan.( Maz. 119:11;105; Mat.4:8; Yoh.15:3; 2 Tim.3:15; 1 Ptr.2:1,3).
Bagi umat Kristen, Alkitab adalah wibawa yang tertinggi meneganai iman dan cara hidup. (2 Tim.3:16,17).
Firman Yang Diinspirasikan Allah (2 Timotius 3:16-17), dan menguntungkan. “Inspirasi” lebih dari kejeniusan, iluminasi dan penyingkapan manusia, karena Allahlah yang memprakarsainya. “Napas Allah” sendiri yang mengekspresikannya melalui kepribadian manusia.
Pertanyaan:
Menurut anda Alkitab adalah____________________________________
  1. Susunan kitab
Alkitab, yang terdiri dari 66 kitab, yang terdiri dari dua bagian besar yaitu pertama, Perjanjian Lama, (39 kitab). Perjanjian Lama berisi riwayat dan panggilan Allah kepada bangsa Yahudi, dan nubuat tentang Mesias yang dijanjikan, yang akan datang sebagai Juruselamat dunia (ditulis sebelum Tuhan Yesus lahir).  Bagian kedua, yaitu Perjanjian Baru, terdiri dari 27 kitab Perjanjian Baru berisi berita tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus dan bagaimana manusia dapat memperoleh keselamatan itu (setelah Tuhan Yesus lahir).
Ada 1.189 pasal, 929 di dalam Perjanjian Lama, dan ada 260 pasal di dalam Perjanjian Baru. Perjanjian Lama berisi 23.214 ayat; Perjanjian Baru berisi 7.959 ayat (keseluruhannya ada 31.173 ayat Alkitab).
Berdasarkan isinya dan gaya penulisan, Perjanjian Lama dikelompokkan menjadi 5 bagian utama yaitu  : Hukum, disebut “Torah” (bahasa Ibrani) atau “Pentateuch” (bahasa Yunani artinya “lima kitab”),(5kitab) : Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Kitab-kitab sejarah (12 kitab) : Yosua, Hakim-Hakim, Ruth, 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Raja-Raja, 2 Raja-Raja, 1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, dan Ester. Kitab-kitab puisi (lima kitab) : Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, dan Kidung Agung.    
Nabi-nabi besar (5 kitab) : Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel dan Daniel. Nabi-nabi kecil (12 kitab) : Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi.
Berdasarkan isinya dan gaya penulisan, PerjanjianBaru dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu : kitab Sejarah (4kitab) terdiri dari Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan Kisah Para Rasul. Surat-surat kiriman (21kitab): Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotiues, 2 Timotius, Titus, Filemon, 1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes, 1 Petrus, 2 Petrus, Ibrani, Yakobus dan Yudas.  Kitab Nubuat (1 kitab): Wahyu.

  1. Waktu dan Penulis Alkitab
Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani, namun ada, sebagian kecil yang ditulis dalam bahasa Aram, seperti Ezr 4-8, Daniel, 2-7, dan Yeremia 10:11. Perjanjian baru ditulis dalam bahasa Yunani.
Jangka waktu penulisan keseluruhan kitab-kitab dalam Alkitab diperlukan 1500 sampai 1600 tahun, mulai kira-kira tahun 1440 SM hingga tahun 95 M. Allah memakai kira-kira 40 orang dalam penulisan kitab-kitab ini. Penulis-penulis ini berasal dari berbagai macam tingkat sosial dan berbagai latar belakang yang berbeda untuk menulis Alkitab. Di antara mereka terdapat raja, negarawan, gambala,dll. Alkitab ditulis diatas bahan yang berebada-beda yaitu tanah lihat, batu, papirus.
Semua orang yang menuliskan memperoleh ilham dari Allah. Diilhamkan artinya, "si penulis Alkitab itu digerakkan dan dipimpin oleh Allah sehingga ia dapat menuliskan kebenaran-kebenaran yang mungkin si penulis itu sudah mengetahuinya lebih dahulu, tetapi mungkin juga ia belum mengetahuinya" (Pardington).
"Bila dikatakan Alkitab diilhamkan oleh Allah itu berarti Tuhan Allah menggerakkan serta memimpin pikiran orang-orang yang menulis Alkitab itu, dengan demikian Alkitab itu adalah suatu undang-undang yang tidak mungkin salah dan wajib dipercayai serta ditaati" (Strong). "Diilhamkan artinya: Roh Kudus telah memimpin dan menggerakkan hati para penulis Alkitab sehingga apa yang ditulis oleh mereka itu merupakan penyataan dari kehendak Allah dan merupakan Firman Allah" (Wiley). Diilhamkan artinya, "Roh Kudus bekerja di dalam akal budi orang-orang yang menulis Alkitab itu sehingga pikiran mereka dibukakan dan mereka dapat menuliskan kebenaran-kebenaran Allah dengan tepat" (Hannah). Diilhamkan artinya Allah memimpin para penulis sehingga mereka menuliskan pesan-Nya dalam Alkitab. Allah mengawasi sedemikian rupa sehingga para penulis Alkitab itu menyusun dan mencatat tanpa kekeliruan pesan-Nya kepada manusia dalam bentuk kata-kata pada penulisan aslinya. (C. Ryrie). "diilhamkan oleh Allah" dalam bahasa Yunani artinya "dinafaskan oleh Allah". (2Tim. 3:16; 2Ptrs. 1:21).
  1. Isi Alkitab
Walaupun Alkitab terdiri atas enam puluh enam kitab, ia hanya mempunyai satu pokok berita utama yaitu hubungan antara Allah dan manusia. Perjanjian Lama memberitakan hal-hal yang akan terjadi ketika Tuhan datang ke dunia. Perjanjian Lama berisi nubuat tentang kelahiran, kehidupan, dan kematian Yesus Kristus. Perjanjian Baru memberitakan apa yang telah terjadi ketika Ia datang ke dunia dan tinggal di dunia. Alkitab memberitahu kita tentang dunia dari permulaan zaman hingga waktu yang akan datang ketika ada langit baru dan bumi baru.
Kitab Kejadian berisi berita tentang penciptaan dunia, asal-usul masuknya dosa ke dalam dunia, air bah, dan permulaan bangsa Israel. Kitab Keluaran sampai Kitab Ester berisi berita tentang sejarah bangsa Israel sampai kira-kira 400 tahun sebelum kelahiran Yesus Kristus. Kitab Ayub sampai Kitab Amsal Salomo penuh dengan sajak-sajak atau syair-syair yang indah dan peribahasa-peribahasa orang berhikmat. Kitab Yesaya sampai Kitab Maleakhi, berisi banyak nubuat, yaitu berita tentang hal-hal yang akan terjadi pada masa mendatang. Buku-buku nubuat ini berisi pesan-pesan dari Tuhan kepada bangsa Israel. Tuhan memberitahu bangsa Israel tentang keadaan mereka pada saat itu dan tentang apa yang akan terjadi pada mereka.
Pada permulaan Perjanjian Baru, ada empat kitab yang disebut Kitab Injil. Tiab kitab ini berisi cerita tentang kehidupan yang dijalani Tuhan Yesus Kristus ketika la tinggal di dunia. Kisah Para Rasul menceritakan sejarah jemaat Kristen awal dan kehidupan Rasul Paulus. Kitab Roma sampai Kitab Yudas adalah surat-surat yang ditulis untuk kumpulan-kumpulan jemaat atau untuk perseorangan. Surat-surat ini menjelaskan kebenaran-kebenaran agung iman Kristen dan memberikan pengajaran-pengajaran yang jelas tentang bagaimana kita harus hidup sebagai umat Kristen. Kitab Wahyu berisi pemberitahuan kepada kita tentang kehidupan pada masa depan. Kitab ini memberitakan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di surga, di atas bumi, dan di neraka.

  1.  Pengguna Alkitab 
Allah memberikan Alkitab untuk semua orang. Alkitab bukanlah suatu buku yang hanya diperuntukkan bagi satu negara atau ras manusia. Perjanjian Lama pertama ditulis dalam bahasa Ibrani dan Perjanjian Baru pertama kali ditulis dalam bahasa Yunani. Dari situ diterjemahkan ke berbagai bahasa. Rencana Allah adalah Alkitab diperuntukkan bagi semua orang dan hal ini diperjelas dalam Mat 28:19-20. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.
  1. Bukti Bahwa Alkitab Benar  
1. Alkitab sendiri menegaskan dirinya sebagai Firman Allah. "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik" (2Tim 3:16,17).  "Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah." (2Pet 1:20,21).
2. Yesus dan para rasul mengakui keasliannya, dengan berulang kali mengutipnya dalam tulisan-tulisan dan pelayanan-pelayanan mereka. penegasan Yesus "Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi." (Mat 5:18). Petrus mengutip ucapan Daud untuk menyokong kebenaran kebangkitan Yesus Kristus. (Kis 2:29-36).
3. Gereja segala zaman telah mengakui dan menggunakan Alkitab sebagai tulisan yang diilhami Allah yang menyatakan tentang Diri dan kehendak-Nya kepada kita. Alkitab menjadi ukuran utama dari iman dan tindakan Gereja yang sejati.
4. Sejarah dan Arkeologi bersama mengokohkan ketepatan Alkitab. Laporan sejarahnya jelas dan tak tersangkal. Banyak tempat yang disebut dalam Alkitab, sampai hari ini masih dapat dikenali. Ratusan penemuan arkeologis telah menyingkapkan banyak bukti kuat yang menyokong tuntutan Alkitab bahwa Alkitab dapat dipercaya.
5. Nubuat-nubuat yang digenapi menyaksikan ketepatan Alkitab. Sedikit contoh dari hidup Yesus, melukiskan kebenaran ini: Dia akan dilahirkan dari seorang perawan( Yes 7:14 dan Luk 2:26-35), Dia akan dilahirkan di Betlehem (Mi 5:2 dan Luk 2:4-7), Dia akan hidup tanpa dosa (Yes 53:9 dan 2Kor 5:21), Dia akan dibunuh (disalibkan): (Yes 53:5,7 dan Mat 27:35), Di salib Dia akan berteriak, "Bapaku, Bapa-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?": ( Mazm 22:2 dan Mat 27:46)
Dari zaman Musa, Alkitab telah menubutan peristiwa-peristiwa yang tak seorang pun ingin mempercayainya. Sebelum Israel masuk ke Tanah Perjanjian, Musa menubuatkan bahwa Israel akan tidak setia, bahwa Israel akan kehilangan tanah yang Allah berikan kepadanya, dan bahwa Israel akan tercerai-berai ke seluruh dunia, dikumpulkan kembali, dan kemudian dibangun kembali (Ul. 28-31). Pusat dari nubutan Perjanjian Lama adalah janji tentang Mesias yang akan menyelamatkan umat Allah dari dosa-dosa mereka dan pada akhirnya membawa penghakiman dan kedamaian bagi seluruh dunia.
7. Kesatuan dan kepaduan Alkitab menyatakan kebenarannya. Ini menunjuk pada satu pengarang yaitu Roh Kudus, di balik sedemikian banyak penulis manusia yang berbeda-beda. Alkitab bukan sekedar-kumpulan kacau dari banyak tokoh, tempat dan kejadian. Ia memiliki kesinambungan yang mengherankan, sebagaimana sekian banyak fakta dan berita Alkitab berjalin erat, menyatakan Putra Allah, Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus dan keterlibatan-Nya dalam penebusan dan pemulihan manusia.
8.Alkitab diteguhkan oleh kuasanya merubah kehidupan. Beritanya yang meledak dalam sejarah manusia zaman Perjanjian Baru telah menjungkirbalikkan dunia (Kis 17:6). Dari zaman rasul Paulus sampai kini, kuasa Injil telah merubah banyak kehidupan. Bangsa dan Kebudayaan yang dimasuki oleh Injil mengalami akibat positif meningkatnya: hak azasi manusia, perlakuan terhadap anak dan wanita, kemajuan pelayanan medis, kebebasan dari perbudakan, dan lain sebagainya. Sepuluh Perintah Allah telah menjadi sumber pengarahan moral bagi banyak orang yang tak terhitung jumlahnya. Mazmur-mazmur Daud telah memberikan kekuatan pada waktu kesulitan dan kehilangan. Khotbah Yesus di Bukit telah menjadi obat bagi jutaan orang untuk mengatasi kesombongan dan sikap legalisme. Uraian Paulus mengenai Kasih di 1Ko 13 telah banyak melunakkan hati yang sedang marah.
Perubahan hidup dari orang-orang seperti Rasul Paulus, Agustinus, Martin Luther, John Newton, Leo Tolstoy, dan C.S. Lewis menunjukkan perubahan yang dapat dilakukan Alkitab. Bahkan satu bangsa atau suku seperti Celtic di Irlandia, Viking yang liar di Norwegia, atau Indian Auka di Equador telah diubah oleh Firman Allah dan kehidupan serta karya Yesus Kristus yang tak terbandingkan.
9. Kejujurannya
Alkitab sungguh jujur. Alkitab memperlihatkan Yakub, bapak dari "bangsa pilihan," sebagai seorang penipu. Musa, sang pemberi Hukum Taurat, sebagai seorang pemimpin yang merasa tidak aman dan keras kepala, yang dalam usaha pertamanya untuk menolong bangsanya sendiri, membunuh seorang laki-laki dan kemudian lari menyelamatkan diri ke padang gurun. Daud bukan hanya sebagai raja yang paling dikasihi, panglima perang, dan pemimpin rohani, tetapi juga sebagai orang yang mengambil isteri orang lain dan kemudian, untuk menutupi dosanya, bersekongkol untuk membunuh sang suami. Pada satu sisi, Kitab Suci pernah menilai bahwa umat Allah, bangsa Israel, begitu buruk sehingga Sodom dan Gomora tampak baik bila dibandingkan dengan mereka. {Yeh 16:46-52} Sifat alamiah manusia memusuhi Allah, memprediksikan masa depan yang penuh dengan masalah. Alkimengajarkan bahwa jalan ke Surga sempit dan jalan ke Neraka lebar.
10. Keakuratan dari segi sejarah dan geografi
Selama berabad-abad banyak orang meragukan keakuratan Alkitab dari segi sejarah dan geografi. Namun para arkeolog modern berulang-ulang telah menggali dan menemukan bukti mengenai orang-orang, tempat-tempat, dan kebudayaan-kebudayaan yang digambarkan dalam Kitab Suci. Dari waktu ke waktu, deskripsi dalam Alkitab telah dibuktikan sebagai catatan yang lebih dapat diandalkan daripada spekulasi para ahli. Turis masa kini yang mengunjungi musium dan tempat-tempat yang dilukiskan di Alkitab mau tak mau sangat terkesan dengan latarbelakang geografis dan historis dari teks Alkitab yang ternyata riil.

7.  Keajaipan Alkitab
    1.Keajaiban Formasinya
    Alkitab berkembang dari kelima kitab pertama yang ditulis oleh Musa sampai menjadi 39 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru pada abad pertama, merupakan salah satu misteri terbesar di dunia.
    2.Keajaipan Kesatuannya
    Alkitab terdiri dari 66 kitab dan ditulis oleh 44 penulis yang berbeda dalam jangka waktu 16 abad. Meski latar belakangnya berbeda-beda (Raja, pejuang, gembala, tabib, penyair, nelayan, dsb) Alkitab adalah buku paling menyatu di dunia tanpa satu pun isinya yang bertentangan.

    3.Keajaiban Usiaya
    Alkitab dapat dipastikan merupakan kitab paling tua di dunia, diawali dengan ke 5 buku pertama yang ditulis oleh Musa 35 abad yang lalu.
    4.Keajaipan Penjualannya
    Walaupun merupakan buku tertua dan terpopuler di dunia, kelarisannya dari tahun ke tahun merupakan fakta paling mengherankan di bidang penerbitan buku. Lebih dari 2 Miliar Alkitab telah diterbitkan di seluruh dunia, dan beberapa ratus juta terjual setiap tahun diseluruh dunia.
    5.Keajaipan Popularitasnya
    Walaupun ditulis lebih dari 2000 tahun yang lalu, Alkitab merupakan buku paling menarik dan membangkitkan minat. Setiap tahun dibaca lebih dari 1 miliar dari segala bangsa dan klasifikasi umat manusia di dunia.
    6. Keajaipan Bahasanya
    Alkitab ditulis dalam 3 bahasa: yaitu Ibrani, Aram, Latin dan Yunani oleh 40 penulis. Kebanyakan dari penulis ini tidak pernah mengecap pendidikan formal yang tinggi namun orang-orang bijak dari segala zaman mengakui Alkitab sebagai hasil karya literatur terbesar di dunia.
    7.Keajaiban Pemeliharaannya
    Tidak ada buku lain dalam sejarah yang demikian ditentang, dibenci, dianiaya, sampai dibakar selama ribuan tahun. Meski demikian, Alkitab tetap berhasil mempertahankan eksistensinya hingga kini.
Mamfaat mempelajarai Alkitab
1. Firman Tuhan membangkitkan iman, yang adalah sumber segala ketaatan. Jadi, iman itu dari pendengaran, dan pendengaran itu melalui firman Tuhan. (Rom. 10:17). Rasul Paulus, berkata mengenai dirinya sendiri bahwa dia, “hidup karena percaya, bukan karena melihat” (2 Kor. 5:7). Kita semua masuk ke dalam keselamatan oleh karena kasih karunia melalui iman (Efesus 2:8-9); dan menurut Paulus, karena sudah menerima Kristus, hendaklah hidup di dalam Dia (Kol. 2:6-7).
2.      Firman Tuhan membebaskan dari dosa. Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu. (Yoh. 8:32)
3.      Firman Tuhan membebaskan dari Setan. Dan seorang hamba Tuhan seharusnyalah tidak bertengkar, melainkan berlaku ramah kepada semua orang, cakap mengajar, sabar, sambil melatih dengan lemah lembut mereka yang menjadi penentang, kalau-kalau Tuhan berkenan memberikan kepada mereka pertobatan ke dalam pengenalan penuh akan kebenaran, dan mereka dapat menjadi sadar kembali dari perangkap si iblis, setelah ditawan olehnya dalam keinginannya itu. (2 Tim. 2:24-26)
4.      Firman Tuhan menguduskan. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran-Mu; firman-Mu adalah kebenaran. (Yoh. 17:17)
5.         Firman Tuhan membebaskan dari kebinasaan.  Dia, yang telah memanggil kita melalui kemuliaan dan kebajikan. Tuhan telah melimpah­kan janji-janji yang sangat besar dan berharga, supaya melalui hal ini kamu dapat menjadi semitra dari kodrat ilahi karena telah luput dari kebinasaan yang ada dalam keinginan di dunia. (2 Ptr.1:3-4)
6.         Alkitab menampilkan kasih. Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhla (1 Tim. 1:5)
7.         Alkitab menyelamatkan. Waspadalah terhadap dirimu sendiri dan terhadap pengajaran, tetaplah tinggal di dalamnya, karena dengan melakukan hal itu engkau juga akan menyelamatkan dirimu sendiri, bahkan mereka yang mendengarkan engkau. (1 Tim. 4:16). Mereka yang sedang binasa, karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran agar mereka diselamatkan. (2 Tes.2:10)
8.            Alkitab memberikan sukacita. Aku telah mengatakan hal-hal ini kepadamu, supaya sukacita-Ku tinggal di dalam kamu, dan sukacitamu menjadi penuh. (Yoh. 15:11)
9.   Alkitab menyatakan Tuhan. Dan TUHAN menampakkan diri lagi di Silo, sebab YAHWEH menyatakan diri-Nya di Silo kepada Samuel melalui firman TUHAN. (1 Sam. 3:21)
10.  Memurnikan Hidup. Firman Tuhan perlu bagi pemurnian hidup karena Firman-Nya adalah Kebenaran (Yoh. 17:17). Meskipun Orang-Orang Percaya, mempunyai masalah dengan dosa-dosa (1 Yoh. 1:6-10), jadi harus mempelajari Firman Tuhan untuk mengenali dosa yang mungkin akan terjadi. Dengan demikian dapat berdoa dengan sungguh-sungguh memohon kesembuhan dan penyucian (Mzm. 51).
11.  Pengetahuan Baru. Ada pengetahuan  baru dari Firman Tuhan karena “bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2 Ptr.3:14-18).
12.  Kekuatan Dalam Pelayanan. Dengan Roh Kudus yang bekerja di dalam kehidupan saat belajar memiliki “pikiran Kristus” (1 Kor. 2:14-16), akan ada kuasa di dalam pelayanan (Ef. 2:10). Kita berada dalam peperangan dengan iblis dan kekuatan-kekuatannya, oleh karena itu membutuhkan kuasa di luar kekuatan dan kemampuan sendiri (Ef. 6:10-18). Kuasa berasal dari kepatuhan kepada kehendak Tuhan, karena Tuhanlah yang bekerja di dalam kita, “baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Flp. 2:13).
13.  Perlengkapan Untuk Pelayanan. Dengan pengetahuan akan Firman Tuhan, kita dapat mempraktekkan kebenaran tersebut di dalam nama Tuhan Yesus (Kol. 3:16-17), dan menyatakannya kepada dunia yang hilang dan akan binasa ini (Yoh. 17:17-19; Ibr. 5:12).
Prinsip Persiapan Pribadi untuk Pelajaran Alkitab
  1. Percaya kepada Yesus Kristus
Murid pertama-tama harus menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya, karena “manusia duniawi” (orang yang tidak menerima Kristus) tidak dapat menerima atau memahami hal-hal mengenai Tuhan (1 Kor. 2:14). Karena itu, keselamatan adalah oleh iman dalam Kristus sendiri (Ef. 2:8-9). Roh Allah membuat murid yang mempelajari Firman Tuhan dapat melihat hal-hal yang rohani.
  1. Percaya Bahwa Alkitab Diilhami oleh Allah
Firman Allah yang menyatakan sendiri bahwa Alkitab diilhami oleh Allah (2 Tim. 3:16-17). Pelajaran Alkitab harus dimulai dengan mengakui fakta tersebut. “Lompatan” iman tidak perlu; hanya menerima bulat-bulat fakta bahwa Alkitab adalah benar dan cermat.
  1. Berdoa
Berdoa diperlukan untuk dapat memahami Alkitab. Firman Allah memerintahkan bahwa apabila seseorang kurang berhikmat, dan memintanya kepada Tuhan, maka Tuhan akan memberikannya dengan cuma-cuma  (Yakobus 1:5). Doa yang tulus untuk meminta pengenalan yang benar akan diberikan, karena hal-hal ini jelas merupakan kehendak Allah (1 Yoh. 5:14 bandingkan dengan Mat. 7:7-8).
  1. Belajar Secara Sungguh-Sungguh dan Bersabar
Karena banyak ayat-ayat dari Firman Allah yang belum dimengerti, maka kesungguh-sungguhan dan kesabaran diperlukan saat belajar (2 Tim. 2:15). Saat kita, sebagai mahluk hidup yang terbatas, berusaha untuk memahami pikiran Allah yang tidak terbatas, kita harus menyadari bahwa bahkan seorang juru bahasa yang cakap pun membutuhkan waktu lama.
  1. Akui Dosa-Dosa Anda Secara Terus Menerus
Mengakui dosa anda secara terus menerus juga penting, mengijinkan Allah membersihkan kehidupan, sehingga persekutuan yang lebih akrab dengan-Nya dapat dicapai (1 Yoh. 1:6-10). Dengan menyadari perlunya mengakui dosa-dosa, membuat terus menerus peka terhadap pikiran, bicara, atau tindakan yang tidak sejalan dengan kehendak Allah.
  1. Bersedia Hidup Sejalan Dengan Kehendak Allah
Tuhan Yesus Kristus berfirman, “Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu ajaran-Ku” (Yoh.7:17). Apabila tujuannya untuk mengembangkan hubungan dengan Allah Yang Hidup, maka setiap pengetahuan yang didapat hendaknya mendukung dan memperjelas hubungan tersebut. Pengetahuan tanpa kasih mengakibatkan kesombongan (1 Kor. 8:1). Apabila tujuan sekedar merupakan suatu penyelidikan intelektual dan bukannya hubungan dengan Allah Yang Hidup, maka pengetahuan yang dapatkan itu akan berkurang dan menyimpang.

Cara merenungkan Firman Tuhan (Saat Teduh)
1.      Mulailah Saat Teduh dengan berdoa kepada Tuhan agar melalui Firman-Nya Anda diajari, diperintahkan, dihiburkan, ditegur, dididik, diperbaiki, diperlengkapi, dibimbing, dsb.
2.      Bacalah dan renungkanlah sebuah nas yang singkat dalam Firman Tuhan. Lebih baik untuk membaca lima ayat dengan menghasilkan sesuatu yang berarti dari nas tersebut daripada membaca satu pasal kemudian tidak mengingat sesuatu pun. Sering terjadi bahwa orang percaya membaca terlalu banyak, lalu berkecil hati, dan akhirnya mereka berhenti sama sekali mengadakan Waktu Teduh.
3.      Sesudah nas tersebut dibaca dengan tempo lambat, tanyakanlah ke­pada diri Anda dengan Enam Pertanyaan Dasar atas Setiap Ayat.
1.      Siapa?
Saat mengajukan pertanyaan “siapa”, kita sedang berusaha menentukan siapa yang berbicara dan kepada siapa hal itu disampaikan. Contoh terlihat di dalam kej.22:2, ketika Allah memerintahkan Abraham untuk mengorbankan putranya, anak tunggalnya kepada-Nya. Dalam hal ini, Allah berbicara langsung kepada Abraham, bukan kepada orang lain. Oleh sebab itu, kita, sebagai pendengar Firman, tidak berkewajiban untuk melakukan perintah tersebut.

2.      Apa?
      Pertanyaan “apa ?” berhubungan dengan realita dari hal yang sedang dikatakan. Yesus Kristus dikatakan sebagai “Anak Domba” dalam Wahyu 5. Itu tidak berarti bahwa Dia adalah seekor mahluk berbulu, berkaki empat, tetapi merujuk kepada pengorbanan-Nya bagi dosa (Yohanes 1:29), itulah “kenyataan” nya.
3.      Kapan?
      Pertanyaan “kapan” mengarahkan kita kepada batasan waktu di mana suatu ayat tertentu dikatakan. Sebagai contoh, perkawinan Abraham dengan adik tirinya bisa diinterpretasikan sebagai hal yang tidak bermoral sampai pembaca mengerti bahwa perkawinan ini terjadi sebelum Hukum Taurat, yang melarang tindakan seperti itu, diberikan. Karena dosa pribadi bukan menjadi masalah karena tidak adanya hukum (Roma 4:15), kita menyimpulkan bahwa dalam kasus Abraham, perkawinannya itu bukanlah dosa. Jawaban yang jelas terhadap pertanyaan “kapan” ini penting untuk melengkapi pemahaman.
4.      Di mana?
      Pertanyaan “di mana” berhubungan letak geografis dan kebudayaan suatu ayat ditulis pada saat itu. Seringkali di dalam Alkitab kita menemukan kalimat “sampai ke Yerusalem”. Di dalam banyak kebudayaan, kalimat “sampai ke Yerusalem” berarti mengadakan perjalanan ke arah utara. Namun, maksud secara Alkitabiah berhubungan dengan tingkat dan bukan arah. Ketika Yesus baru tiba dari Galilea dan sedang “menujuk ke Yerusalem”, Dia sebenarnya sedang menuju ke selatan, namun berjalan dengan tingkat yang lebih tinggi.
5.      Mengapa?
      Pertanyaan “mengapa?” seringkali merupakan pertanyaan yang paling sulit dijawab. Jawabannya paling sering ditemukan saat sedang mempelajari ayat-ayat lainnya. Apabila seseorang membaca ayat di dalam Yesaya 7:14, yang berbunyi, “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel”, suatu pertanyaan yang nyata adalah “mengapa seorang perempuan muda?” Kita mungkin menjawab pertanyaan tersebut dengan, “itu  meamng sudah kehendak Allah.” Jawaban itu meskipun benar, namun tidak lengkap.
      Ketika kita mencari jawaban, kita akan menemukan ayat di dalam Roma 5 yang menyampaikan pengaruh dosa Adam terhadap umat manusia. Kita menemukan bahwa melalui manusia tersebut, Adam, setiap anggota dari umat manusia mendapatkan Dosa Alami. Jawaban atas pertanyaan “mengapa” dalam hal ini penting sebagai persyaratan Kristus untuk menebus dosa.
6.      Bagaimana?
      Pertanyaan “bagaimana” juga seringkali sulit untuk dijawab. Kita mungkin bertanya, “Bagaimana Yesus berjalan di atas air ?” Jawabannya sederhana karena Dia berjalan dalam Roh Kudus (Lukas 4:18).  Kita juga mungkin bertanya, “Bagaimana Tuhan mengendalikan sejarah ketika umat manusia memiliki kebebasan untuk memilih?” Pertanyaan tersebut tidaklah mudah dijawab, dan kita akan menyelidikanya nanti dalam pelajaran kita.
Pertanyaan yang lain bersifat pribadi yaitu:

  Adakah suatu kebenaran mengenai Tuhan Yesus atau Bapa-Nya dalam nas tersebut? Atau ayat-ayat dalam Perjanjian Lama juga menunjuk ke­pada Juruselamat.
  Adakah perintah-perintah yang harus saya taati?
  Adakah dosa-dosa yang harus saya akui dan hindari?
  Adakah sebuah janji yang dapat saya tuntut?
  Adakah sesuatu yang belum saya pahami? Adakah suatu masalah yang harus saya cari jawabannya?
  Adakah sesuatu yang dapat saya pakai dalam puji-pujian dan penyembahan?
  Adakah sesuatu yang dapat saya doakan?
  Adakah suatu ayat yang seharusnya saya hafalkan?
  Adakah suatu berkat rohani yang harus saya syukuri?
  Ayat-ayat mana yang sulit?
Pasti Anda terbantu kalau Anda mencatat pikiran, pertanyaan dan hasil-hasil dari pertanyaan di atas itu ke dalam sebuah buku catatan.
4.      Akhirilah setiap waktu teduh Anda dengan berdoa, yaitu bersyukur
kepada Tuhan atas apa yang sudah Anda pelajari dan yang diberikan
oleh Tuhan. Dan, mintalah kekuatan dan perlengkapan untuk
menaati-Nya.
Usahakanlah untuk membagikan perenungan Anda kepada orang lain selama hari tersebut. Hal ini dapat menancapkan pelajaran-pelajaran ter­sebut lebih mendalam di dalam pikiran Anda serta mengizinkan orang lain untuk membagikan berkat kepada Anda (Mai. 3:16).

LIMA CARA UNTUK MENGETAHUI ALKITAB
Kelingking   => Rom 10:17      => DENGAR
Jari manis   => Wah 1:3      => BACA
Jari tengah   => Kis 17:11      => BELAJAR
Jari telunjuk=> Maz 119:11   => HAFAL
Ibu jari      =>  Maz 1:2,3      => MERENUNGKAN

Prinsip mempelajari dan menafsirkan Firman Tuhan.
Ada 13 prinsip yang harus kita ikuti saat kita mempelajari dan menafsirkan Firman Tuhan.
1.                  Alkitab adalah Otoritas yang Mutlak
Tidak mungkin mempelajari dan menafsirkan Alkitab dengan benar tanpa adanya keyakinan bahwa keseluruhannya adalah Firman Tuhan yang sejati dan tanpa kesalahan. Kita tidak memiliki hak untuk menolak bagian-bagian tertentu dari Alkitab karena bagian-bagian tersebut bertentangan dengan tradisi, budaya, pendapat, atau gaya hidup kita.
2.                  Roh Kudus adalah Pengajar Alkitab Terbaik.
Tuhan Yesus berkata bahwa la mengutus Roh Kudus untuk mem-bimbing jemaat kepada seluruh kebenaran (Yoh. 14:26; 16:13). Tanpa penerangan dari Roh Kudus tidaklah mungkin untuk memahami Alkitab (IKor. 2:14). Hal ini tidaklah berarti bahwa di dalam nama "Roh Kudus", kita memiliki hak untuk menghilangkan apa yang tertulis dalam  Firman  tersebut   atau  menambahkan   sesuatu  ke   dalamnya.
Hanya apa yang tertulis dalam Alkitab sajalah yang dapat diteguhkan sebagai pengajaran. Perasaan dan emosi kita hanya memiliki nilai yang kecil dalam pembentukan suatu iman yang Alkitabiah.
3.                  Alkitab adalah Penafsir yang Terbaik bagi Dirinyi Sendiri
Pada saat kita tidak dapat memahami penafsiran suatu bagian Alkitab atau kita ingin memperluas pemahaman kita, kita seharusnya mencari penjelasan tersebut dalam referensi-referensi Alkitabiah yang lain.
4.                  Alkitab TidakSaling Bertentangan dalam Dirinya Sendiri
Oleh karena itu harus selalu ada keselarasan dalam penafsiran kita terhadap nas-nas yang berbeda. Jikalau penafsiran kita terhadap suatu nas bertentangan dengan penafsiran terhadap nas yang lain, maka kita telah mengalami kesalahan dalam penafsiran.
5.                  Nas yang tidak Jelas Harus Ditafsirkan melalui Nas yang Jelas
Nas yang penafsirannya tidak begitu jelas seharusnya ditafsirkan melalui nas-nas yang terang, sehingga nas tersebut dapat dipahami secara jelas dan benar.
6.                  Tata Bahasa Menentukan Penafsiran
Teks atau ayat yang sedang kita pelajari hanya memiliki sebuah penafsiran yang benar dan penafsiran yang benar adalah yang berdasarkan tata bahasa (yaitu apa yang tertulis). Meski pun ayat atau teks tersebut memiliki berbagai macam penerapan, tapi hanya me­miliki satu penafsiran yang benar yaitu yang sesuai dengan apa yang tertulis. Ilmu penafsiran adalah suatu hal yang serius. Penafsiran kita terhadap Alkitab akan menentukan kepercayaan kita dan kepercayaan ini akan menentukan bagaimana kita berpikir dan bertindak.
7.                  Konteks Penting Sekali!
Alkitab adalah seperti sebuah "puzzle" atau teka-teki. Tidak mungkin menafsirkannya dan memahaminya sepotong demi sepotong tanpa suatu pemahaman yang umum dari semua yang lainnya.
Masing-masing kata harus ditafsirkan dalam konteks kalimatnya. Setiap kalimat harus ditafsirkan dalam konteks paragrafnya. Masing-masing paragraf harus ditafsirkan dalam konteks kitabnya. Masing-masing kitab harus ditafsirkan dalam konteks keseluruhan Alkitab.
8.                  Kata-kata Masing-masing Adalah Penting
Tuhan memilih dan memakai kata-kata tertentu untuk menyampaikan kebenaran-Nya dan kehendak-Nya kepada kita. Penting sekali untuk memutuskan makna dari masing-masing kata tersebut.
9.                  Menafsirkan Alkitab secara harafia (sebagaimana tertulis).
Alkitab tidak ditulis bagi para teolog atau orang-orang mistik, melainkan untuk orang-orang kebanyakan. Meski pun terdapat metafora-metafora, perumpamaan, dan lambang yang dipakai oleh Tuhan, kita selalu harus mencari penafsiran yang paling langsung.
10.  Perjanjian Lama Seharusnya Ditafsirkan Dalam Terang Perjanjian Baru.
Perjanjian Baru selalu menentukan penerapan dan pemahaman Perjanjian Lama. Sebuah contoh yang baik adalah tentang pengajaran Roh Kudus. Dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus dapat diambil dari orang percaya (Maz. 51:13). Akan tetapi, pada masa ini la tetap tinggal untuk selama-lamanya di dalam orang percaya yang sejati (Yoh. 14:16-17).
11.              Penafsiran Harus Tidak Melebihi Penyataan Alkitab
Apa yang tidak dijelaskan oleh Alkitab, seharusnya hal itu kita terima sebagai suatu misteri. Jikalau kita menafsirkan melampaui dari "apa yang yang tertulis" maka kita berada dalam bahaya akan pembentukan ajaran atau doktrin yang sesat.
12.              Tujuan Penafsiran Alkitab adalah Pemahamannya
Ketika kita menafsirkan sebuah nas Kitab Suci, kita harus menge-luarkan maknanya, yang sesungguhnya diberikan oleh Tuhan. Se-sungguhnya kita harus menolak dan menghindari suatu pemahaman nas yang disesuaikan dengan pengertian dan keinginan kita sendiri.
Kita harus menolak dan menghindari suatu penafsiran Alkitab menurut dugaan-dugaan kita sendiri, atau berdasarkan gagasan-gagasan yang dibentuk dari prasangka-prasangka saja. Prasangka-prasangka kita itu tidak ubahnya seperti kacamata berwarna yang mengacaukan pan-dangan kita terhadap Firman Tuhan. Kita harus berusaha untuk menanggalkan "kacamata" kita tersebut dan melihat nas itu sebagaimana adanya. Inilah sebuah pekerjaan yang besar.
13.              Penafsiran Pribadi Kita bisa Dibandingkan Tafsiran yang lain
Selama 2000 tahun terakhir, orang percaya yang sejati telah mempelajari Kitab Suci secara sungguh-sungguh dan dengan tulus hati. Kita harus membandingkan hasil pelajaran dan penafsiran kita dengan hasil-hasil pelajaran dan penafsiran mereka. Kalau penafsiran kita ternyata jauh berbeda dengan penafsiran orang-orang kudus dari 20 abad yang dahulu, maka kemungkinan besar kita salah.
Setelah 200 tahun seharusnya tidak ada "penemuan-penemuan baru" yang muncul dalam penafsiran, pengajaran, dan pemahaman orang percaya yang sejati. Kitab Yudas menunjuk kepada iman Kristen sebagai suatu iman yang "telah disampaikan kepada orang-orang kudus sekali untuk selamanya" (Yud. 1:3, diterjemahkan sesuai dengan teks asli).

Ringkasan Sejarah
Indahnya Firman Tuhan sebagian oleh karena konsistensinya, meskipun ditulis oleh begitu banyak penulis yang berbeda selama lebih dari satu periode waktu. Sejarah meneliti peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu.Urutan peristiwa yang diuraikan di bawah ini menunjukkan suatu pergerakan yang sangat menakjubkan mulai dari penciptaan dan kemudian berakhirnya sejarah umat manusia. Dengan melihat peristiwa-peristiwa besar ini, kita dapat menyusuri dengan lebih jelas mulai dari pendahuluan dan kesimpulan dari sejarah yang menakjubkan ini. Kita juga bisa mendapatkan wawasan yang jelas terhadap suatu pertanyaan yang selama berabad-abad dipertanyakan oleh para filsuf. “Mengapa kita berada di sini ?”
Ikhtisar berikut dirancang sebagaimana adanya sebuah ikhtisar. Kita akan menghabiskan sisa hidup kita mengisi rinciannya. Sekarang, mari kita belajar peristiwa-peristiwa sejarah besar yang telah Allah hadirkan di hadapan kita. Kemudian di dalam pelajaran ini, kita akan melihat sebuah ikhtisar yang bagus sekali mengenai rencana Allah yang sangat konsisten.
Penggambaran Peristiwa-Peristiwa
  1. Penciptaan
Bagian awal Alkitab, Kitab Kejadian memberitakan tentang penciptaan awal langit dan bumi (Kejadian 1:1; 2 Petrus 3:6). Di bagian akhir Kitab Wahyu, ciptaan awal tersebut dihancurkan, untuk membuat penciptaan “Langit dan Bumi Yang Baru” (Wahyu 21-22).
1.      Pemberontakan Iblis
Beberapa waktu sebelum penciptaan manusia, iblis memberontak melawan Allah (Yesaya 14:12-14); Yehezkiel 28). Niat pemberontakan yang pertama ini dijalin dengan rumitnya di sepanjang Kitab Injil; dan semua konflik yang bercabang ini, tidaklah mudah dimengerti. Yang kita ketahui adalah perang telah berkecamuk antara Allah dengan iblis sejak sebelum penciptaan manusia (Wahyu 12), dan bahwa pemberontakan terakhir akan terjadi setelah 1000 tahun masa pemerintahan  Yesus Kristus di bumi, yaitu tepat sebelum penciptaan langit dan bumi yang baru (Wahyu 20:7-10).
2.      Bumi dan Matahari
Allah mempersiapkan bumi untuk didiami manusia (Kejadian 1:2-2:3: untuk catatan kaki, kata “tidak berbentuk” [Bahasa Ibraninya TOHU] dan “kosong” [Bahasa Ibrainya BOHU] masing-masing berarti, “tidak dapat didiami”, dan “tidak berpenghuni”. Masalahnya adalah adanya penyelundup, iblis, yang terus menerus berusaha menentang Allah. Ketika Tuhan memasukkan iblis ke dalam penjara untuk jangka waktu selama Kerajaan Milenium yang akan datang (1000 tahun masa pemerintahan Yesus Kristus, lihat Wahyu 20:1-3), bumi ini akan kembali menjadi bumi yang sempurna bagi manusia (Yesaya 60-66).
3.      Ada Yang Pertama dan Adam Yang Terakhir
Manusia pertama, Adam, dirancang menjadi yang pertama dari seluruh ciptaan (Kejadian 1:28; 2:4-25). Dia ditempatkan di Taman Eden untuk mengusahakan dan memeliharanya. “Adam Yang Terakhir”, Tuhan Yesus Kristus (1 Korintus 15:45) akan menegakkan sebuah Pemerintahan, dalam arti harafiah secara fisik selam 1000 tahun (Wahyu 20:4). Dia yang “terakhir” dalam artian tidak ada orang lain lagi yang akan datang sebagai mahluk yang sempurna.
4.      Pertarungan Manusia dengan Iblis
Ketika Adam “jatuh” di Taman Eden, dia menjadi tunduk kepada iblis, “penguasa dunia ini” (Kejadian 3; Yohanes 12:31; 16:11). Kemudian Allah membuat iblis tunduk kepada Kristus sebelum Kerajaan Milenium mulai (Wahyu 20:1-3).
5.      Seluruh Manusia Akan Dihakimi
Allah mengizinkan manusia tunduk kepada iblis, namun pada akhirnya Allah yang akan berurusan dengan manusia. Di dalam Kitab Kejadian 4-10 kita membaca latar belakang penyebab Air Bah yang terjadi karena ketidaksenangan Allah terhadap ketidakpatuhan manusia (Kejadian 6:1-13). Allah kembali akan menghakimi umat manusia saat Yesus Kristus kembali pada Kedatangan-Nya Kedua, setelah masa tujuh-tahun masa  Kesengsaraan kedua. Pada waktu itu Dia akan memisahkan umat manusia antara “domba” (Orang-orang Percaya) dan “kambing” (orang tidak percaya) (Matius 25:31-46).
6.      Babel
            Setelah Air Bah, bumi kembali dihuni manusia, namun tidak berapa lama manusia kembali mulai menentang Allah. Di Babel, mereka membangun Menara Babel (Kejadian 11), yang menunjukkan usaha mereka untuk menyelamatkan diri sendiri. Mereka berpikir bahwa apabila mereka dapat membangun menara yang cukup tinggi, mereka dapat menyelamatkan diri dari murka Allah (seperti saat zaman Air Bah) dengan naik ke langit. Dasar mereka membangun menara adalah agama yang disebut “humanisme”, yang mengira bahwa manusia dapat menyelamatkan diri sendiri melalui agama atau ekonomi. Kepercayaan-kepercayaan seperti ini merupakan dasar dari semua sistim agama dunia. Hanya Kekristenan yang menyadari bahwa manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, oleh karena itu manusia membutuhkan seorang Juru Selamat. Beberapa sikap humanistik ditunjukkan di dalam Alkitab oleh mereka yang menentang Allah Yang Hidup. Sikap hidup seperti ini ditemukan di Babel di masa lalu (Yesaya 47) dan Tirus (Yehezkiel 26-27), dan tetap ada di tengah-tengah kita. Sikap yang serupa ditemukan pada agama-agama dunia, yang percaya bahwa manusia naik ke tempat yang tinggi dengan demikian dapat menyelamatkan diri sendiri. Selama Masa Kesukaran, Allah akan menghancurkan Babel (Wahyu 17-18).
7.      Israel
            Setelah manusia disebarkan dari Babel dan bahasa-bahasa mereka dikacaukan, Tuhan memanggil Abraham menjadi pendiri suatu bangsa yang baru, Israel (Kejadian 12). Melalui kelahiran putranya yang penuh keajaiban, Ishak, dan kelahiran cucunya, Yakub, janji yang diberikan kepada Abraham mengenai Mesias dilanjutkan (Kejadian 22:1-18; 28:14). Umat Israel akhirnya pindah dari tanah kelahiran mereka dan disebarkan ke seluruh dunia karena tindakan mereka menyembah berhala, namun janji Allah tetap berlaku. Bangsa Israel akan dipersatukan kembali secara rohani setelah Masa Kesukaran dan memberkati dengan Kerajaan Seribu Tahun (Matius 24:29-31).
8.      Kedatangan Yesus Kristus Yang Kedua
Kedatangan pertama Yesus Kristus terjadi pada waktu yang sempurna dalam rencana Allah (1 Timotius 2:6). Kitab Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes berhubungan dangan cerita sangat indah tentang kelahiran, pelayanan, kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus. Yesus Kristus jelas adalah “Hamba Yang Menderita”, yang dinubuatkan demikian indahnya dalam Yesaya 53. Kedatangan Kedua Yesus Kristus akan terjadi setelah Masa Kesukaran, ketika Kristus benar-benar menapakkan kaki-Nya kembali di bmi dan mengalahkan musuh-musuh-Nya (Zakharia 14:1-8; Wahyu 19:11-19), dengan demikian mengumumkan Kerajaan Seribu Tahun. Saat itu Dia akan hadir sebagai “Raja Penakluk”
9.      Pelayanan-Pelayanan Yang Menentang
Kitab Injil menggambarkan pelayanan Tuhan Yesus Kristus (Matius, Markus, Lukas, Yohanes). Pelayanan Kristus adalah salah satu pelayanan kepada orang-orang lain (Matius 20:28). Jelas berbeda dengan pelayanan Antikristus (juga dikenal sebagai “manusia durhaka”) yang akan menuntut “penyembahan”atas dirinya sendiri, berusaha untuk menarik perhatikan kepada semua orang untuk menyembah dirinya (2Tesalonika2:1-12; Wahyu 6-16).
10.  Gereja
Setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus Kristus ke sebelah kanan Allah Bapa, Gereja “dipanggil” untuk menyebarkan kabar baik akan pengampunan dosa melalui pengorbanan Yesus Kristus (Kisah Para Rasul). Gereja memikul tanggungjawab untuk membuat “semua bangsa menjadi murid” Yesus Kristus (Matius 28:18-20), sampai gereja tersebut “diundang” ke perkawinan menjadi mempelai Tuhan (1 Tesalonika 4:13-18; 1 Korintus 15:50-58; Wahyu 19:7-10).

Ringkasan Kronologis
Murid-murid yang belajar Alkitab harus mengetahui rangkaian, tahun dan hubungan dari beberapa peristiwa-peristiwa sejarah penting. Maka, di bagian ini diberikan tiga urutan waktu. Sepuluh daftar pertama yang utama ditemukan dalam Alkitab dan tahun-tahunnya, meringkas pentingnya masing-masing tahun tersebut.
Tahun “S.M.” yang diberikan di belakang masing-masing peristiwa tersebut, merujuk pada tahun “sebelum Masehi”. Masing-masing peristiwa dengan tahun “M.” merujuk pada tahun “setelah Masehi”.
Tahun-tahun yang ditampilkan berdasarkan pada penafsiran dari Firman Allah. Banyak orang yang sudah belajar Firman Tuhan mempunyai kesimpulan dengan tahun-tahun yang berbeda untuk berbagai alasan guna menyebutkan waktu itu. Janganlah dikacaukan dengan hal ini. Mempelajari rangkaian peristiwa adalah hal yang paling penting dari bagian ini.
 Ayat-ayat dalam Kisah Para Rasul menyebutkan bahwa Abraham meninggalkan Haran setelah Terah mati. Terah mati di Haran pada usia 205 tahun (Kejadian 11:32), dan Abraham meninggalkan Haran pada usia 75 tahun setelah Terah mati (Kisah Para Rasul 7:4). Ini berarti Terah berusia 130 tahun ketika Abraham lahir. Masa 70 tahun yang disebutkan di dalam Kejadian 11:26 pasti mengacu baik pada kelahiran Nahor atau Haran, kemungkinan Haran (Kejadian 11:28). Diharapkan, hal ini menjadi prinsip-prinsip yang menguatkan sehingga setiap murid harus terus membandingkannya secara Alkitabiah dan biarlah Alkitab sendiri yang menyatakannya.

Sepuluh Peristiwa Penting dan Tahun-Tahunnya
1.         Jatuhnya Adam (3958 S.M.)
Penafsiran secara harafiah secara silsilah (rangkaian kelahiran) yang disampaikan melalui Firman Tuhan membuat kita menyimpulkan bahwa tahun jatuhnya Adalam adalah sekitar 3958 S.M. Kronologis secara Alkitabiah disampaikan sedemikian rumpa sehingga kita harus maju ke depan dari titik awal zaman Adam, dan juga mundur 4 tahun ke belakang dari zaman Salomo (1 Raja-Raja 6:1). Alkitab memberikn kita informasi mengenai tahun-tahun antara peristiwa-peristiwa utama. Ketika kita menghubungkan peristiwa-peristiwa di dalam Alkitab dengan tahun-tahun yang diketahui dalam sejarah sekular, maka kita dapat menggabungkan tahun secara sekular dan secara Alkitab.
2.         Air Bah Nuh (2302 S.M.)
Ketika kita mengikuti silsilah dalam Kejadian 5, kita temukan adanya jangka waktu 1,656 tahun telah lewat sejak jatuhnya Adam sampai kepada Air Bah Nuh. Sehingga kita dapat menyimpulkan tahun 2302 S.M.
3.         Janji kepada Abraham (1875 S.M.)
Silsilah yang diberikan kepada kita di dalam Kejadian 11:10-26 membuktikan bahwa Abraham lahir 352 tahun setelah Air Bah, atau 2,008 tahun setelah Adam. Hal ini menunjukkan bahwa dia lahir pada tahun 1950 S.M. Kita belajar dari Kejadian 12:4 bahwa Abraham berusia 75 tahun ketika dia menerima janji dari Allah yang menjadi Perjanjian Abraham. Ini berarti bahwa janji terebut diberikan pada tahun 1875 S.M.


4.      Keluarnya Bangsa Israel (1445 S.M.)
Keluaran 12–50 memberikan informasi kepada kita mengenai keturunan-keturunan langsung Abraham. Anak-anak Yakub (cucu Abraham) pindah ke Mesir di mana akhirnya mereka diperbudak oleh orang Mesir (Keluaran 1). Allah membebaskan mereka dari perbudakan Mesir melalui Musa. Rasul Paulus menceritakan kepada kita bahwa jangka waktu 430 tahun telah lewat dari janji kepada Abraham sampai kepada penyampian Hukum Taurat (Galatia 3:17). Hal ini menyimpulkan bahwa tahun-tahun terjadinya Keluaran adalah 1445 S.M., atau 2.438 tahun setelah Adam.
5.      Tahun Keempat Zaman Salomo (965 S.M.)
Salomo adalah raja Israel ketiga, setelah ayahnya, Daud, dan Raja Saul. Di dalam 1 Raja-Raja 6:1, kita mendapatkan bahwa 480 tahun telah lewat sejak Keluaran sampai kepada tahun keempat zaman Salomo, ketika dia mulai membangun Bait Allah. Dengan ini kita dapat memperhitungkan bahwa tahunnya adalah tahun 965 S.M., atau 2.918 tahun setelah Adam.
Kita dapat menyimpulkan tahun keempat zaman Salomo dari catatan-catatan sejarah lainnya. Dengan ini kita dapat memastikan tahun di mana kita dapat melihat ke belakang dan menentukan tahun-tahun sebelumnya yang disebutkan dalam Keluaran, Janji kepada Abraham, Air Bah Nuh dan Adam. Manusia dipaksa membuat beberapa penyesuaian terhadap tahun-tahun zaman S.M. menurut sejarah secara sekular oleh penemuan-penemuan arkeologi yang diadakan 100 tahun terakhir ini. Hal ini merupakan bagian dari alasan perbedaan-perbedaan yang ditemukan dalam sistim-sistim penentuan waktu yang bervariasi.
6.      Jatuhnya Kerajaan Utara (721 S.M.)
Setelah kematian Salomo, Israel terbagi menjadi dua kerajaan terpisah, yang kemudian dikenal dengan “Kerajaan Utara” atau Israel, dan “Kerajaan Selatan” atau Yehuda. Kerajaan Utara jatuh ke tangan Kerajaan Asyur pada tahun 721 S.M. dan tidak lagi menjadi sebuah kerajaan.
7.      Jatuhnya Kerajaan Selatan (586 S.M.)
Kerajaan Selatan jatuh ke tangan Kerajaan Babel pada tahun 586 S.M., dan dibuang ke pengasingan selama 70 tahun sebelum bangsa Israel diperbolehkan kembali ke kampung halaman mereka pada tahun 516 S.M.


8.         Kelahiran Yesus Kristus (1 S.M.)
Sistim penanggalan “S.M.” dan “M.” tidak dibuat sampai abad keenam setelah hadirnya Tuhan kita. Tahun tersebut dirancang untuk memberikan referensi kepada semua tahun-tahun bersejarah mengenai kelahiran-Nya. Ketika Gereja menentukan sistim ini, hal itu didasarkan pada pemahaman yang tidak benar pada jaman Raja Herodes (yang disebutkan di dalam Alkitab sedang berkuasa ketika Yesus lahir, Lukas 1:5). Lama setelah itu ditemukan bahwa suatu kesalahan 1 atau 2 tahun terjadi, namun sistimnya sudah terbentuk baik, maka dari pada mencoba mengubah semua tahun yang sudah ditentukan sebelumnya dengan tahun-tahun baru, diputuskanlah untuk menyebutkan bahwa Yesus lahir pada tahun 1 atau 2 S.M.
Ada perbedaan antara Penanggalan Julian yang dimulai dari 1 Januari dan Kalendar Yahudi yang dimulai dari bulan September. Itulah alasan anda melihat tanggal-tanggal ditulis dengan “1-2 S.M” atau “966-965 S.M.”
9.      Kematian, Penguburan dan Kebangkitan Yesus Kristus (32–33 S.M.)
Sebagian besar ahli Alkitab menentukan tanggal kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus Kristus adalah 32–33 S.M.
10.     Kitab Terakhir Injil (96 S.M.)
Tanggal ini dihubungkan dengan pengasingan rasul Yohanes di Pulau Patmos (Wahyu 1:9), selama pemerintahan Kerajaan Roma, di mana Alkitab diselesaikan (Wahyu 22:18-19).
Kronologis Kitab-Kitab Perjanjian Lama
1.      Adam sampai ke Air Bah (3898–2242 S.M.) Kejadian 1-5
2.      Air Bah hingga Perjanjian kepada Abraham (2242–1875 S.M.) Kejadian 6–12
3.      Janji kepada Abraham sampai Keluaran (1875–1445 S.M.) Kejadian 12–50. Kitab Ayub.
4.      Keluaran hingga tahun ke-4 pemerintahan Raja Salomo (1445–965 S.M.)
a.    Keluaran                d. Ulangan                  g. Rut              j. 1 Raja-Raja 1-5
b.   Imamat                  e. Yosua                      h. 1 Samuel     k. Mazmur
c.    Bilangan    f. Hakim-Hakim          i. 2 Samuel      l. 1 Tawarikh  
5.      Tahun ke-4 Pemerintahan Raja Salomo sampai Jatuhnya Yehuda (965–586 S.M.)
a.    1 Raja-Raja 6–22  e. Pengkhotbah           i.   Yunus         m.  Yesaya
b.   2 Raja-Raja                       f. Kidung Agung        j.   Amos          n.   Nahum
c.       2 Tawarikh                       g.  Obaja                      k.  Hosea         o.   Zefanya
d.      Amsal                              h.  Yoel                       l.   Mikha         p.   Habakuk   
6.      Masa dalam Pembuangan ke Babel (586–516 S.M.)
a.       Yeremia                                         c. Yehezkiel
b.      Ratapan                                         d. Daniel
7.      Setelah Pembuangan ke Babel sampai Akhirnya Perjanjian Lama (516–400 S.M.)
a.                   Ezra                             b.  Zakaria                                           c.Maleakhi
Kronologis Kitab-Kitab Perjanjian Baru
Rangkaian di mana para penulis diberi ilhma untuk menulis beragam kitab-kitab Perjanjian Baru (disebut sebagai tidak tertulis) umumnya digambarkan sebagai berikut :
1.      Sejarah Kehidupan Kristus dan Gereja Mula-Mula (55–85 S.M.)
a.       Matius                               c.  Markus                   e.  Kisah Para Rasul
b.      Lukas                                d.  Yohanes
2.      Rasul-Rasul Gereja (46–85 S.M.)
a.       Yakobus                h.  Filemon                  o.  Ibrani
b.      Galatia                   i.   Efesus                    p.  1 Petrus
c.       1 Tesalonika          j.   Kolose                    q.  2 Petrus
d.      2 Tesalonika          k.  Filipi                       r.   Yudas
e.       1 Korintus             l.   1 Timotius              s.1 Yohanes
f.       2 Korintus             m. Titus                       t.   2 Yohanes
g.      Roma                     n.  2 Timotius              u.  3 Yohanes
3.      Nubuatan (96 S.M.) Wahyu