Selasa, 13 November 2012

unsur-unsur identitas diri remaja Kristen


Unsur-unsur Identitas Diri Remaja Kristen
Seorang dikatakan remaja Kristen yang sudah percaya kepada Kristus akan terlihat dari pemahaman diri sendiri, penerimaan dirinya sendiri, menilai diri berdasarkan penilaian Tuhan dan cita-cita diri.
Pemahaman Remaja tentang Diri Sendiri
Pemahaman diri sendiri lebih penting dari pada berusaha untuk memahami orang lain. Kebutuhan akan memahami diri sendiri bagi remaja sangat erat hubungannya dengan kemantapan rasa harga diri. Mengerti diri sendiri merupakan suatu keadaan, dimana seseorang mengatahui sikap-sikapnya, sifat-sifat, Kemampuan dan sebagainya. Menurut Samuel Smiles memahami diri sendiri merupakan salah satu cara untuk menjadi diri sendiri yang seutuhnya.[1]
John W. Santrock, dalam buku Adolescence (Perkambangan Remaja) menuliskan
Pemahaman diri sendiri artinya gambaran kognitif remaja mengenai dirinya, dasar dan isi dari konsep diri remaja. Pemahaman diri seorang remaja anak remaja didasari oleh berbagai kategori peran dan keanggotaan yang menjelaskan siapakah diri remaja tersebut. Walupun tidak membentuk identitas pribadi seutuhnya, pemahaman diri dasar identitas diri yang rasional.[2]

Pengenalan diri bagi remaja Kristen Alkitabiah dan psikologi humanis sama-sama setuju dalam satu hal, yaitu bahwa manusia harus mengenal dirinya sendiri, tapi untuk suatu alasan yang berbeda. Psikologi humanis mengajarkan bahwa mengenal diri sendiri supaya merasa senang dengan diri kita sendiri. Kekristenan Alkitabiah mengajarkan mengenal diri sendiri supaya tidak lagi melihat pada diri sendiri tapi menemukan hidupnya dan identitas dalam Yesus Kristus.[3]
Pemahaman diri membuat anak remaja bersikap realistis dalam melihat masa depan, dan dalam mengungkapkan diri secara benar dan dalam menghadapi tantangan hidup secara seimbang. Remaja yang dewasa ditandai oleh perkembangan pengertiannya bahwa perkembangan pribadi (meliputi segi jasmani, intelektual, emosional, sosial dan spiritual) merupakan proses sepanjang hidup yang menuntut kejujuran dan kerendahan hati, bimbingan dan nasihat dari orang lain.[4]
Seorang remaja mendapatkan pemahaman tentang dirinya jika remaja tersebut berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan pemeriksaan diri yang seungguh-sungguh teliti. Remaja tersebut akan menganggap sukses dalam dirinya sebagai orang yang pantas mendapat perhatian yang serius dan perhatian yang simpatik.[5]
Pengenalan diri sangat erat kaitannya dengan kemantapan rasa harga diri. Mengerti diri sendiri merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengetahui sikap-sikapnya, sifat-sifatnya, kemampuan-kemampuan dan sebagainya. Orang yang memahami diri sendiri adalah orang yang menguasai kelebihan dan kelemahannya, dapat menampatkan diri dengan banar dan tepat, tidak ragu dengan perbuatanya.[6]
Pengenalan diri sendiri merupakan sebuah langkah awal yang baik untuk mengenal dunia luar. Remaja sering mengenal dunia luar tanpa mengenal dirinya sendiri. Remaja sering menemui orang lain dan menganggap orang lain hebat, sehingga sesuatu yang igin di kerjakan oleh remaja membuat kurang percaya diri, karena takut segala sesuatu yang dilakukan salah dan tidak mendatangkan keberhasilan bagi diri sendiri maupun untuk orang lain.[7]
Bagi remaja Kristen pengenalan diri tidaklah hanya berdasarkan pandangan diri sendiri namun berdasarkan pandangan Tuhan. Pengenalan diri berdasarkan Firman Allah memperkuat ketabahan manusia terhadap setiap kepahitan hidup, karena penghargaan sebagai makluk yang dikasihi dan dikhususkan oleh Allah tidaklah tergantung kepada situasi dan kondisi lingkungan.[8]
Pemahaman terhadap diri sendiri bertujuan untuk menentukan diri sendiri agar tidak salah dalam menilai diri sendiri. Menilai diri sendiri merupakan pembenahan diri. Remaja dapat menilai sifat yang buruk dan yang baik. Penilaian terhadap diri sendiri suatu langkah untuk mempersiapkan langkah lebih baik, dan menuju yang lebih baik.[9]
Penilain diri sendiri bagi remaja sangatlah penting karena sebuah modal terbesar bagi kemajuan dirinya. Seorang remaja Kristen seharusnya mampu menilai dirinya berharga dan mulia dihadapan Tuhan dan manusia (Yes.43:4). Remaja Kristen dikatakan berharga kerana kerena remaja Kristen diciptakan segambar dan serupa dengan Allah dan diberi mandat langsung dari Allah untuk alam semesta (Kej. 1:26)
Sebagai orang Kristen tidak perlu terus menerus membandingkan dirinya dengan orang lain, karena hal itu dapat membuat semakin jauh ( merasa kurang mampu) atau menghasilkan kesombongan pribadi (merasa diri lebih baik). Sebaiknya sebagai remaja yang sudah percaya Kristus memberikan penilaian terhadap dirinya dengan hari-hari sebelumnya, kemudian mengerjakan yang terbaik dengan pertolongan Tuhan agar lebih terampil dan lebih efektif. Namun remaja Kristen membutuhkan orang lain untuk menilai dirinya sehingga dapat memberikan penilaian yang realistis.[10]
Sewaktu remaja mempunyai penilaian terhadap diri sendiri dengan baik maka remaja dapat mengatasi berbagai ketegangan dan tantangan dan tetab mempunyai pendangan positif. Tetapi sebaliknya, bila pandangan terhadap diri sendiri menjadi begitu rendah, segala sesuatu bahkan yang positif akan tampak suram.[11] Contoh, dalam Perjanjian Lama mempunyai penilaian yang rendah terhadap diri sendiri adalah Saul ketika diuarapi menjadi raja Israel merasa minder dan merasa tidak memenuhi syarat. (1 Sam. 9:21)
Pandangan terhadap diri sendiri tidak hanya mempengaruhi kesahatan batin dan kemampuan mencapai keberhasilan, juga mepengaruhi kemamupuan untuk berhubungan dengan dunia luar. Penilaian terhadap diri sendiri akan mempengaruhi pada kemampuan untuk menggapi perintah Tuhan untuk mengasihi. Bila remaja tidak menyukai diri sendiri, kemungkinan besar remaja tersebut akan sibuk memikirkan dirinya sendiri. Bila mengasihi diri sendiri dengan batas yang wajar, menjadi sumber didalam diri sendiri menyalurkan kasih terhadap orang lain. Kalau pandangan terhadap diri sendiri positif dan sehat, akan memudahkan remaja keluar dari dunianya sendiri. Dengan demikian maka remaja tersebut akan dapat mengasihi orang lain dengan benar.[12]
Remaja yang memiliki panilaian negatif sering bersikap pesimis, tidak memiliki keyakinan, memiliki kepekaan yang berlebih-lebihan terhadap pendapat orang lain, selalu memeriksa diri disetiap penampilannya atau apapun yang dilakukan, selalu bertanya terhadap orang lain yang di pikirkan tentang dirinya, mudah tersinggung, tidak dapat menerima kasih, selalu mencari harta kekayaaan agar merasa bahagia, berbicara negatif tantang dirinya sendiri atau orang lain.[13]
Remaja yang memiliki penilaian positif, menjadikan pikiran yang tinggi tentang diri sendiri sebagaimana Allah melihat diri. Jika sesoarang memberikan penilaian yang positif terhadap dirinya maka ramaja tersebut akan mengahargai diri sendiri dan memandang dirinya sangat berharga.[14] Seorang Kristen yang matang rohani tidak hanya mencari kebanggaan diri sendiri atau berkeiginan untuk menipulasi kehidupannya. Kematangan Rohani membutuhkan kerendahan hati dan kesadaran bahwa kehidupan orang Kristen terletak pada Tuhan Yesus.
Penerimaan terhadap Diri Sendiri
Salah satu wujud identitas diri sesorang adalah kesanggupan individu dalam menerima dirinya sendiri. Penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara tenang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bebas dari rasa bersalah, rasa malu, dan rendah diri karena keterbatasan diri serta kebebasan dari kecemasan akan adanya penilaian dari orang lain terhadap keadaan dirinya.[15]
Bagi remaja Kristen penerimaan diri sendiri berarti yakin bahwa apa yang dianugrahkan Tuhan kepada dirinya sendiri adalah baik. Menerima keberadaan diri sendiri bagi remaja, perempuan atau laki-laki penting bagi terwujudnya perilaku yang baik, sehat dan dewasa.[16]
Pada masa remaja mengalami berbagai macam perubahan. Perbedaan antara harapan remaja maupun harapan lingkungan dengan keadaan fisik remaja, menimbulkan masalah bagi remaja, sehingga sulit baginya untuk menerima keadaan fisiknya. Di samping kesulitan menerima keadan fisiknya sehubungan dengan pertambahnya tinggi badan, penampilan juga menjadi sumber kesulitan.[17] Bagi seorang remaja Kristen harus bisa menerima kondisi fisik dan menggunakan Tubuh secara efektif, artinya seorang remaja bisa menerima diri sendiri, bentuk tubuh, bentuk wajah, dan lain-lain, juga bisa merawat tubuhnya dan menjaganya.
Seorang anak remaja Kristen penting mengetahui apa yang Tuhan katakan mengenai dirinya. Sementara remaja membaca Alkitab, remaja mampu melihat apa yang Tuhan kehendaki dari remaja Kristen. Pikiran Allah tentang diri remaja itulah yang benar bukan pendapat orang lain mengenai dirinya. Remaja Kristen penting mengetahui bahwa Tuhan tidak pernah melakukan kesalahan terhadap diri sendiri. Entah diri sendiri merasa terlalu jangkung, terlalu pendek, terlalu besar, terlalu kurus, atau wajah diri sendiri kurang tampan atau jelita. Allah membuat diri remaja (diri sendiri) sebagaimana keadaan diri sendiri karena bagi Tuhan itulah yang sempurna.[18]
Penerimaan diri remaja yang berkembang dalam penerimaan diri akan mengetahui kemampuan-kemampuan dan keterbatasan-keterbatasan dirinya. Memang setiap manusia mempunyai sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh orang lain, akan tetapi setiap pribadi mempunyai ciri-ciri khas yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Jadi penerimaan diri remaja Kristen merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara tenang dengan segala kelebihan dan kekurangannya, memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap siapa dan apa dirinya, dapat menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain, serta menerima keadaan emosionalanya (depresi, marah, takut, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain.
Menilai Diri Berdasarkan Penilaian Tuhan
Ketika seorang remaja percaya Yesus Kristus maka remaja tersebut harus mampu melihat penilaian Tuhan terhadap dirinya  karena Tuhanlah yang menciptakan manusia, menempatkan manusia dibumi, dan mengetahui lebih banyak tentang manusia dibanding dengan siapapun. Sehingga remaja tersebut tidaklah hanya memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri berdasarkan pandangan dunia. Seorang remaja yang melihat dirinya berdasarkan penilaian Tuhan akan menyadari bahwa dirinya sebagai pribadi ciptaan baru, pribadi yang berharga, pribadi yang mulia, dan pribadi yang dikuduskan.

Pribadi Ciptaan Baru
Remaja Kristen yang percaya Yesus Kristus yang terpenting dan terutama adalah Kristus, bila sudah menyerahkan diri dan kehidupan kepada Kristus, Tuhan akan mengampuni dari segala dosa-dosa maka akan menjadi ciptaan baru. Ketika seseorang menjadi Kristen, ia adalah ciptaan baru (2 Kor. 5:17), tetapi masih jauh dari kesempurnaan tanpa dosa, pengudusan progresif merupakan proses untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus selangkah demi selangkah.
Alkitab memberikan penjelasan siapa manusia setelah menerima Kristus sebagai Juruselamat. Sebagai ciptaan baru maka remaja tersebut memiliki identitas yang baru di dalam Kristus. Remaja tersebut menjadi anak Allah (Yoh. 1:12), saksi pribadi untuk Kristus dan diutus untuk menceritakan tentang Dia (Kis. 1:8), bebas dari segala penghukuman (Rom. 8:1), ahli waris bersama dengan Kristus yang mewarisi kemuliaan-Nya (Rom. 8:17), tidak dapat dipisahkan dari kasih Allah (Rom. 8:35), bait Allah (1 Kor. 3:16), telah disalibkan bersama dengan Kristus maka Kristus hidup di dalam hidupnya (Gal. 2:20), menjadi orang kudus (Ef. 1:1), warga kerajaan surga dan memiliki tempat di surga (Ef. 2:6), buatan Allah (Ef. 2:10), memperoleh jalan masuk kepada Tuhan melalui Roh Kudus-Nya (Ef. 2:18), benar dan kudus (Ef. 4:24), dapat mengerjakan segala sesuatu di dalam Kristus yang memberi kekuatan kepadanya (Fil. 4:13), sempurna di dalam Kristus (Kol. 2:10), dipilih, dikuduskan dan dikasihi oleh Allah (Kol. 3:12), memiliki roh kekuatan, kasih dan penguasaan diri (2 Tim. 1:7), anggota dari bangsa yang terpilih, imamat rajani dan umat kepunyaan Allah (1 Pet. 2:9,10), dilahirkan kembali dalam Kristus dan si jahat tidak akan dapat menjamah lagi (1 Yoh. 5:18).

Pribadi yang Berharga
Seluruh Alkitab secara konsisten mengatakan bahwa manusia berharga. Karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26-27) dan Allah memelihara dan mengasihi umat-Nya sebagai "biji mata" Nya (Ul. 32:10). Walaupun manusia jatuh dalam dosa namun Tuhan tetab menghargainya. Alkitab berkata bahwa karena ketidaktaatan, manusia jatuh dalam dosa dan harus dihukum oleh Allah. Allah membenci dosa yang dilakukan manusia, tetapi Allah tidak membenci manusia. Ia tetap menunjukkan kasih-Nya, bahkan ketika manusia masih berdosa (Rom.5:8). Allah mengasihinya sehingga Ia mau mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk menebus manusia agar manusia beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16).
Orang Kristen dapat memiliki harga diri yang positif bukan karena apa yang telah ia perbuat dan bukan karena keberadaannya sebagai manusia, namun semata-mata Karena anugerah Allah dan karunia keselamatan yang diberikan-Nya (Gal. 6:14; Rom. 15:17).

Pribadi yang Mulia
Manusia merupakan salah satu dari ciptaan Allah di dunia, namun manusia merupakan ciptaan yang paling mulia dibandingkan dengan ciptaan yang lain. Manusia merupakan ciptaan yang paling mulia dibandingkan dengan ciptan yang lain, karena Manusia diciptakan sagambar dan serupa dengan Allah,  manusia diberikan mandat langsung dari Allah untuk berkuasa atas alam semesta (Kej. 1:26) dan ada beberapa hal yang tidak dimiliki ciptaan yang lain yaitu ingatan (Kej 41:9; 1 Kor 15:2), kehendak (1 Kor 9:17; 2 Pet 1:21), nyawa atau jiwa (Luk 12:20; Kis 14:22; 1 Pet 4:19), pengertian (Ef 1:18; 4:18), suara hati atau hati nurani (Rom 2:15; 1 Tim 4:2), pikiran. (1 Taw 29:3; Kol 3:2), dan hati (roh) (Ams 18:14; 1 Kor 2:11).

Pribadi yang Istimewa
Manusia dikatakan istimewa karena manusia adalah individu yang unik.[19] Setiap orang memiliki keunikan masing-masing yang tidak dimiliki oleh orang lain. Tidak akan ada seorangpun yang sama persis seperti pribadi yang dimiliki saat ini sampai kapanpun. Keunikan mencakup ciri-ciri jasmani, watak pribadi, bakat-bakat serta keadaan tertentu yang dalam kehidupannya.[20]
Allah mengasihi manusia kerana manusia istimewa. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Kasih Allah kepada manusia tidak akan berhenti sampai kapanpun “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu” (Yer.31:3).




Pribadi yang Dikuduskan
Salah satu sifat Allah yang ada di dalam manusia adalah kekudusan-Nya. Kekudusan Allah dapat dimiliki oleh manusia yaitu dengan percaya kepada Kristus sebagai Juru selamat secara pribadi, maka posisi manusia dikuduskan di hadapan Tuhan. Salah satu ciptaan Allah yang memiliki kekuduasan adalah manusia yang diciptakan gambar dan serupa dengan Allah. Setiap orang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru selamat Pribadi maka posisinya di hadapan Tuhan telah dibenarkan di hadapan Tuhan, sehingga identitas yang baru dalam Kristus maka Allah ingin agar manusia terus menjaga kekudusan dan selalu membagun hubungan persekutuan dengan Allah.[21]
Allah menilai manusia sebagai orang-orang kudus karena kematian Yesus Kristus dikayu salib, sehingga setiap orang percaya yang datang kepada Kristus dijadikan sebagi orang Kudus.[22] Tuhan telah menguduskan orang percaya maka Tuhan mengiginkannya hidup kudus “tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1 Pet. 1:15-16)”.

Cita-cita Diri
Remaja mempunyai idealisme atau cita-cita yang sangat kuat. Meskipun cita-cita itu sering tidak realistik, tetapi merupakan potensi yang luar biasa dan modal untuk bisa menjadi orang yang kreatif. Jika dibina dalam pendidikan yang matang, bisa menjadi orang yang yang inovatif dan kreatif.
Dengan pemahaman diri yang benar maka remaja dapat menyusun rencana-rencana masa depannya yang berupa sebuah cita-cita. Remaja tersebut akan dapat mengarahkan dirinya, merealisasikan dirinya, dan menyatakan diri atau mengaktualisasikan diri.[23]
Identitas diri remaja Kristen terwujud pada cita-citanya dan peluang untuk berprestasi. Sebagian besar dari apa yang diiginkan atau tidak diiginkan tergantung pada penilaian terhadap diri sendiri. Orang yang menilai dirinya cukup berbakat, tidak akan membuat target yang tinggi dan tidak akan kecewa bila gagal mencapai hasil yang baik. Orang yang menilai diri sendiri secara sehat, sering meperlihatkan hasrat kuat untuk bekerja keras dan menganggap dirinya memalukan bila tidak berusaha dengan sebaik-baiknya.[24]
Ada hubungan yang erat antara penilaian diri sendiri dengan banyaknya tenaga yang digunakan untuk melakukan pekarjaan. Dalam menentukan cita-cita remaja yang mempunyai identitas diri yang sehat pasti akan menyadari kemampuan dan kelemahan dirinya, sehingga tidak cepat menyarah.
Dengan memiliki identitas diri dalan Kristus maka ramaja tersebut akan menyadari cita-citanya bersama Kristus. Kesadaran tersebut akan mambantu remaja untuk memiliki cita-cita ke depan sesuai dengan apa yang kesuksesan yang dimiliki. Remaja Kristen perlu mempunyai cita-cita yang realistis agar memiliki rasa kepercayan serta kebanggaan terhadap dirinya sendiri. Setiap anak mempunyai cita-cita yang dapat menolongnya menonjol secara positip. Cita-cita yang dimiliki mempunyai peranan yang amat penting dalam kehidupan kerena merupakan langkah awal dari pengakuan terhadap diri sendiri secara positif.



Ditulis oleh Supriadi Siburian, S.Th


[1]Ach Syaifullah, Tips Bisa Percaya Diri, (Yogyakarta: Garailmu, 2010), 63.

[2]Santrock, Adolescence, 333.

[4]Santrock, Adolescence, 335.

[5]Carl Gustav Jung, Diri yang Belum Ditemukan, Pen., Agus Cremers dan Martin Warus (Maumera: Ledalero, 2003), 121.

[6]Mappiare, Psikologi Remaja, 149.

[7]Wining Rohani, Tibs Hidup Enjoy di Masa Remaja, (Yogyakarta: Glorya Graffa, 2005), 78.
[8]Heath, Psikologi Yang Sebanarnya, 26.

[9]Syaifullah, Tips Bisa Percaya Diri, 67.

[10]Collins, Konseling Kristen Yang Efektif, 116.

[11]M. Blaine Smith, Anda Unik Dimata Tuhan: Pandangan Alkitab tentang Menerima Diri Sendiri), pen., Ny. Yunny Tandei (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2006), 2.

[12]Ibid., 7.
[13] Dowell dan Bill Jones, Tanya Jawab Kawula Muda , 42.

[14]Ibid., 42.

[16]Daniel E. Fountain, Manusia Seutuhnya dalam Kesehatan Alkitab dan Gereja, Pend., Doreen Widjana (Bandung: Lembaga Literrature Baptis, 2003), 185.
[17] Gunarsa dan Ny. Yulia, Psikologi Perkebangan  Anak dan Remaja, 207.

[18] Dowell dan Jones, Tanya Jawab Kawula Muda, 37.
[19]Dowell dan Jones, Tanya Jawab Kawula Muda, 58.

[20]Smith, Anda Unik Di mata Tuhan,  21.
[21]Federans Randa II, Anda Berharga dimata Tuhan (Yogyakarta: Randa’s Family Press, 2009), 37.

[22]Ibid., 113.
[23]Mappiare, Psikologi Remaja, 149.

[24]Smith, Anda Unik Di mata Tuhan, 7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar