Selasa, 14 Juli 2015

KONSELING REMAJA

KONSELING REMAJA
PENGARUH PEER GROUP TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI REMAJA
BAB I PENDAHULUAN
  1. A.           Latar Belakang

Tolak ukur suatu bangsa dapat terlihat dari para remajanya, para generasi muda .Begitu juga kehancuran maupun kesuksesan suatu bangsa dapat kita lihat dari generasi mudanya.
Sepanjang masa kehidupan manusia , yaitu sejak masa kanak-kanak hingga masa dewasa seseorang selalu punya harapan atau cita-cita. Salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi atau motivasi berprestasi
Masalahnya, apakah remaja kita sekarang cukup punya motivasi untuk dapat mengukir prestasi, bukan mengukir prestise yang biasa kita lihat di kafe-kafe, mall-mall . Motivasi dalam diri remaja sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan dan keluarga.Beban pelajaran yang begitu berat, gaya hidup dan kemudahan kemudahan yang mereka dapatkan, orang tua yang kurang memberikan perhatian dan dorongan terhadap prestasi remaja, kurang menghargai prestasi yang diraih oleh remaja sehinga mereka merasa prestasi yang diraihnya hanyalah sia-sia.
Di sisi lain tanpa disadari , orang tua terlalu memanjakan remaja dengan uang sehingga mereka berpikir tidak perlu berusaha keras untuk mencapai prstasi untuk menghasilkan uang nantinya, karena mereka bisa mengandalkan pada orang tua, yang akhirnya menyebabkan motivasi berprestasi mereka rendah.
Masa muda adalah masa emas, segala hal dapat mereka lakukan. Malah sering diartikan masanya kebebasan kesenangan demi kesenangan yang sudah, mereka dapatkan dan nikmati akan hilang begitu saja jika kita tidak dapat mempersiapkan diri mereka untuk masa yang akan datang.
Ketika seseorang remaja penuh akan motivasi, serta mempunyai berjuta inspirasi dan segudang kreasi, dan kemudian akan menggapai prestasi. Sesungguhnya tidak ada orang yang bodoh, yang ada hanya orang malas. Tapi, sesungguhnya tidak ada orang yang malas di dunia ini, namun yang ada hanyalah orang yang tidak termotivasi.
  1. B.            Rumusan masalah
    1. Mengetahui motivasi pada remaja ?
    2. Pengaruh reputasi dan prestasi pada remaja ?
    3. Bagaimana membangun motivasi remaja ?
    4. Pengaruh teman sebaya terhadap motivasi ?
    5. C.           Tujuan Penelitian
      1. Memahami tugas-tugas perkembangan pada tahap usia remaja.
      2. Memahami kebutuhan-kebutuhan remaja, terutama dalam hal hidup dalam kelompok teman sebaya peer group.
      3. Mampu memberikan pengarahan dan pengawasan bagi remaja untuk penyesuian diri dalam kelompok teman sebaya.
      4. D.           Manfaat Penelitian
        1. Sebagai penambah reperensi Psikologi Perkembangan
        2. Sebagai khasanah keilmuan
        3. Sebagai pengalaman dan penambah wawasan keilmuan bagi penulis
        4. E.            Langkah-langkah Penelitian
          1. Metode Penelitian, penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi.
          2. Menentukan sumber dan jenis data
          3. Tekhnik mengumpulkan data
       Observasi, observasi dilakukan dengan mendatangi tempat tongkrongan Setia Putra Futsal Club di Sukaregang dan mengikuti kegiatan yang dilakukan.
  1. Wawancara, Wawancara dilakukan terhadap para anggota club remaja dan pelatih SPFC
  2. Study pustaka, dicari literatur yang berkaitan dengan perkembangan motivasi dan reputasi remaja dan tentang anggota SPFC itu sendiri.
  3. Analisis dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sempurna bagaimana korelasi antara perkembangan motivasi dan reputasi  remaja pada anggota SPFC remaja.

BAB II
  1. A.           LANDASAN TEORI
PENGARUH MOTIVASI DAN REPUTASI REMAJA PADA PEER GROUP
  1. 1.             PENGERTIAN MOTIVASI DAN REPUTASI
Perkataan motivasi  adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris “MOTIVATION”. Perkataan asalnya ialah “MOTIVE” yang juga telah dipinjam olehBahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada motif, yakni bermaksud tujuan. Di dalamsurat khabar, kerap pemberita menulis ayat “motif pembunuhan”. Perkataan motif disini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatupembunuhan itu dilakukan.
Oleh kerana perkataan motivasi adalah bermaksud sebab, tujuan atau pendorong, maka tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerakutama baginya berusaha keras mencapai atau mendapat apa juga yangdiinginkannya sama ada secara negatif atau positif.
Tujuan atau motif adalah sama fungsinya dengan, wawasan, aspirasi, hasrat atau cita-cita. Jadi, wawasan, cita-cita, impian, keinginan atau keperluan seseorang itu malah bagi sesebuah negara merupakan pendorong utama yang menggerakkan usaha bersungguh-sungguh untuk mencapai apa yang dihajatkan.
Definisi reputasi menurut Gaotsi dan Wilson (2001), “evaluasi semua stakeholder tehadap organisasi sepanjang waktuyang didasarkan atas pengalaman stakeholder tersebut dengan organisasi.” Ada 5 faktor yang mempengaruhi organisasi, yaitu kebeeradaan (being), tindakan (doing), berkomunikasi (communicating), mendengarkan (listening) dan melihat (seeing). Organisasi perlu melakukan tindakan yang terencana dengan baik untuk membangun kesan di mata stakeholder-nya, maka kepercayaan terhadap organisasi bisa terjaga.
  1. 2.             PENGERTIAN REMAJA
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
  1. 3.             HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW : MANUSIA MEMPUNYAI KEBUTUHAN.
Banyak teori yang bisa digunakan untuk menjelaskan tingkah laku manusia. Salah satu diantaranya yang paling populer ialah TEORI HIRARKI KEBUTUHAN yang dikembangkan Maslow.
Para pakar agaknya sepakat bahwa Teori Kebutuhan Maslow dalam kenyataan paling sering digunakan bila berbicara tentang kebutuhan, perilaku, dan motivasi manusia. Menurut Maslow, manusia mempunyai banyak kebutuhan menurut tingkatan-tingkatan, dan mereka senantiasa berusaha untuk memenuhi kenbutuhan tersebut.
Penggolongan sekaligus urutan hirarki kebutuhan menurut Maslow tersebut adalah sebagai berikut :
   1. Kebutuhan Fisiologis. Termasuk di dalamnya segala kebutuhan yang sangat diperlukan untuk dapat bertahan hidup seperti makan, minum, tidur, dsb. Kebutuhan fisiologis ini tidak bisa diabaikan untuk jangka waktu lama, jadi harus segera dipenuhi.
   2. Kebutuhan akan Rasa Aman. Yaitu kebutuhan akan perlindungan terhadap bahaya, ancaman, dan penderitaan. Baik keamanan dalam arti fisik maupun keamanan mental (seperti jaminan hari tua).
   3. Kebutuhan Sosial. Yaitu kebutuhan untuk bersosialisasi atau berafiliasi dengan orang lain. Misalnya kebutuhan untuk diterima dalam sebuah lingkungan, kebutuhan rasa cinta, persahabatan, kontak sosial, dll.
   4. Kebutuhan akan Rasa Keakuan. (Penghargaan atas Kemampuan Diri). Kebutuhan ini bisa berkaitan dengan rasa percaya diri, kompetensi, kemampuan pengetahuan, bisa pula berupa reputasi (status, prestige, dikenal orang, penghargaan atau rasa hormat dari orang lain).
   5. Kebutuhan Aktualisasi Diri. Yaitu untuk merealisir potensi diri dan untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan, serta untuk menjadi dirinya sendiri.
Sehubungan dengan bentuk hirarki Maslow ini, biasanya perilaku seseorang pada suatu waktu ditentukan oleh kebutuhan yang paling kuat saat itu (dominan)
Manusia adalah mahluk sosial. Sudah dengan sendirinya akan mempunyai kebutuhan sosial. Yang dimaksud dengan kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan orang lain atau ditimbulkan oleh orang lain/hal-hal di luar dirinya.
Kebutuhan untuk hidup berkelompok dalam peer group membuat remaja harus bisa menyesuaikan diri sehingga memungkinkan remaja dapat bergaul dengan teman sebayanya.
Dalam hubungan ini, remaja sering dihadapkan pada persoalan penerimaan atau penolakan teman sebaya terhadap kehadirannya dalam pergaulan. Bagi pihak remaja, hal penolakan ”peer” merupakan hal yang sangat mengecewakannya. Untuk menghindari kekecewaan-kekecewaan itu remaja perlu memiliki sikap, perasaan, keterampilan-keterampilan perilaku yang dapat menunjang penerimaan kelompok teman sebayanya.
Kebutuhan remaja secara umum sama saja dengan kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh kelompok orang dalam masa/tahap manapun dia berada. Remaja juga memiliki kebutuhan primer. Yang fisiologis, misalnya : kebutuhan untuk beraktifitas, kebutuhan untuk mengetahui sesuatu. Remaja juga memiliki kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan akan pujian, kebutuhan akan kedudukan, kebutuhan untuk menghasilkan sesuatu, dll.
Disamping itu, perlu pula mengenal kebutuhan-kebutuhan khas remaja. Para ahli sepakat tentang adanya kebutuhan yang khas bagi remaja. Kebutuhan itu terkait dengan aspek psikologis-sosiologis yang mendorong remaja untuk bertingkah laku yang juga khas.
Apabila dikaitkan lagi dengan kebutuhan pribadi, Garrison pernah mencatat 7 (tujuh) kebutuhan khas remaja sebagai berikut :
   1. kebutuhan akan kasih sayang.
   2. kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok, merupakan hal yang sangat penting; ”melepaskan diri” dari keterikatan keluarga dan berusaha memantapkan hubungan dengan lawan jenis.
   3. kebutuhan untuk berdiri sendiri yang dimulai sejak usia lebih muda (remaja awal), menjadi sangat penting selama masa remaja. Remaja dituntut untuk membuat berbagai pilihan dan mengambil keputusan.
   4. kebutuhan untuk berprestasi, menjadi sangat penting dan mengarah pada kematangan.
   5. kebutuhan akan pengakuan dari orang lain, bergantung hubungan dan penerimaan teman sebaya.
   6. kebutuhan untuk dihargai.
   7. kebutuhan memperoleh falsafah hidup. Misalnya untuk mendapatkan suatu ketetapan dan kepastian, remaja memerlukan beberapa petunjuk yang akan menjadi dasar dan ukuran dalam membuat keputusan-keputusan. Falsafah hiduplah yang berperan untuk itu.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut masih tergantung pada berbagai tingkat intensitas berbagai faktor antara lain : faktor individual, sosial, kulutral, dan relijius.
Bagi remaja Indonesia, cenderung dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok kebutuhan yaitu:
   1. kebutuhan yang menuntut pemenuhannya dari kelompok teman sebaya atau peer group .
   2. kebutuhan yang menuntut pemenuhan dari orang tua remaja itu sendiri.
Kelompok kebutuhan yang menuntut pemenuhan dari peer group dapat dibedakan atas 2 (dua), sesuai konsep Palmer yang diadaptasikan sebagai berikut :
   1. kebutuhan untuk diterima oleh peer group.
   2. kebutuhan menghindari penolakan peer group.
Dalam prosesnya, kedua kebutuhan itu simultan sehingga terdapat/bekerja pula adanya kebutuhan kasih sayang, keikutsertaan untuk berdiri sendiri, untuk berprestasi, kebutuhan pengakuan dan untuk dihargai.
Kelompok kebutuhan yang menuntut pemenuhannya dari orang tua remaja Indonesia lebih menonjol kebutuhan-kebutuhan :
   1. pengakuan sebagai orang yang mampu untuk menjadi dewasa.
   2. perhatian, dan
   3. kasih sayang.
Pemenuhan kebutuhan pribadi, psikologis-sosiologis, dan kebutuhan biologis adalah sama pentingnya. Hal ini bila diakui asumsi bahwa manusia merupakan kesatuan fisik –psikis yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi secara memadai, maka akan mendatangkan keseimbangan dan keutuhan integrasi pribadi. Individu akan merasa gembira, harmonis, dan menjadi produktif. Sebaliknya bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka tidak ada kepuasan dalam hidup seseorang sehingga akan frustasi serta terhalang dan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan sikap positif terhadap lingkungan masyarakat dan dirinya yang selanjutnya akan merasa tidak berarti dalam hidupnya.
  1. 4.             TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA.
Tugas-tugas perkembangan, menurut R.J. Havighurst, diartikan sebagai suatu tugas yang timbul pada suatu tahap atau masa tertentu dalam kehidupan seseorang. Dari segi individu, yang diharapkan dimilikinya terkait dengan perkembangan pikir, sikap, dan perasaan, kemauan, dan perlakuan nyata. Dari segi lingkungan, ada semacam ”tuntutan” dari faktor sosial, relijius, nilai, dan norma hidup di dalamnya. Tuntutan itu dikenakan bagi individu sebagai bagian dari lingkungan itu juga.
Arti tugas-tugas perkembangan konkritnya sebagai berikut :
   1. petunjuk-petunjuk yang memungkingkan seseorang mengerti dan memahami apa yang diharapkan atau dituntut oleh masyarakat dan lingkungan terhadap seseorang dalam usia-usia tertentu.
   2. petunjuk bagi seseorang tentang apa dan bagaimana yang diharapkan daripadanya pada masa yang akan datang jika dia kelak tidak mencapainya (tahap-tahap tertentu).
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja :
   1. menerima keadaan fisiknya dan menerima perannya sebagai pria dan wanita;
   2. menjalin hubungan baru dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lain jenis kelamin.
   3. memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orang-orang dewasa lain.
   4. memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomi;
   5. memilih dan mempersiapkan diri kearah suatu pekerjaan atau jabatan;
   6. mengembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep intelektual yang diperlukan .
   7. menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat.
   8. mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
5. MEMBANGUN MOTIVASI PADA REMAJA 
Banyak psikolog dunia tentang remaja nyaris semuanya sama. Remaja merupakan masa transisi yang rentan terhadap banyak pengaruh negative dan positive. Menurut mereka hal ini disebabkan oleh psikologis remaja yang masih labil.
Kondisi psikologis labil tak sekedar memberi dampak yang sepele. Akibat kondisi remaja yang belum stabil, banyak remaja terjerat dalam kubangan masalah yang sesungguhnya bersumber dari dirinya sendiri. Misalnya krisis motivasi. Banyak remaja bermasalah dengan motivasi. Semangatnya untuk meraih segala cita-citanya cenderung padam dan lebih suka terlena dengan suasana.
Krisis motivasi yang berkepanjangan sangat mengganggu masa depan. Masa remaja dimana seorang anak mengalami masa transisi yang rentan, namun juga merupakan masa gemilang penentu masadepan. Sangat disayangkan bila seorang remaja mengalami krisis motivasi. Ada banyak penyebab remaja mengalami ini diantaranya, 1.  Seorang remaja merasa kurang perhatian dari orangtua mereka, sehingga sang anak beranggapan tak ada yang peduli dan berakibat pada menurunnya motivasi. 2. Seorang remaja terlalu asyik mencoba hal-hal baru bersama temannya, sayangnya belum tentu hal baru itu berdampak baik, justru banyak yang menyebabkan remaja justru lupa diri dan tak termotivasi. 3. Masa remaja sering pula disebut masa puber, dimana remaja merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya, banyak diantara mereka yang justru terperosok dalam fase ini. Jatuh cinta yang berlebihan seringkali membuat motivasi seorang remaja menurun. Beberapa sebab di atas hanya contoh kecil dari penyebab krisis motivasi pada remaja. Akan tetapi dapat digaris bawahi bahwa penyebab dari krisis motivasi itu berasal dari individu remaja.
Ada banyak cara untuk menanggulangi atau mencegah terjadinya krisis motivasi. Cara tersebut tidaklah rumit, namun tidak juga mudah. Evaluasi diri dirasa menjadi salah satu jalan ampuh membangun motivasi. Bagi remaja hendaknya melihat apa saja yang telah ia lakukan untuk mewujudkan cita-citanya. Dengan demikian remaja akan ingat dan kembali terpacu untuk meraih harapannya. Disamping evaluasi, pikiran positif dari diri remaja itu sangat berpengaruh terhadap motivasi dirinya. Pikiran positif membuat remaja lebih arif dalam menyikapi banyak persoalan dalam hidupnya. Seperti yang telah disinggung dalam paragraf sebelumnya, remaja seringkali merasa kurang perhatian. Hal itu dapat ditanggulangi dengan pikiran positif. Hendaknya remaja merasa dia bisa mandiri, apalagi remaja sering merasa dirinya sudah dewasa. Bila mereka memang merasa demikian harusnya mereka bisa hidup tanpa bergantung pada orang lain.
Jika motivasi diri dalam remaja sudah terbangun, maka kedepannya peluang remaja itu berhasil akan lebih besar. Karena diri yang senantiasa selalu semangat dapat membuat usahanya dalam meraih cita-cita semakin kuat. Dan seperti inilah remaja yang tidak merugi. Remaja yang dapat memotivasi diri demi masadepannya, meski apapun yang terjadi padanya.
Motivasi memang aspek yang begitu penting. Jangan diabaikan, sebab dibalik keberhasilan itu tentu ada motivasi yang kuat. Motivasi dari diri sendiri adalah motivasi terbaik. Maka para remaja jangan pernah ada alasan untuk tidak memotivasi diri, karena dengan motivasi cita-citamu akan lebih dekat dengan genggamanmu.
1. kenali & benahi diri (self management)
2. citra diri & kecenderungan dalam komunikasi dg teman, ortu, guru, etc
3. achievement motivational session
4. cermati kendala-2 mental block & tips praktis untuk berubah
4. refleksi
Berani berprestasi
1. inventarisasi, kenali inti masalah, evaluasi proporsional
2. kenali sources prestasi (pengalaman dari sendiri, teman, idola, orang tua)
3. focusing tematis & step-by-step meraih prestasi
konteks tematis: peer group, superior body, etc
pemilahan masalah
4. experiential learning: “mengalami” berprestasi (outdoor activity)
5. refleksi & pembangunan niat

6. PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI DIRI REMAJA
Di antara para remaja, terdapat jalinan ikatan perasaan yang sangat kuat. Pada peer group itu untuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip–prinsip hidup bersama dan bekerja sama. Akan terbentuk norma, nilai-nilai, dan simbol-simbol tersendiri yang lain dibandingkan yang ada di rumah mereka masing-masing, dan berbeda pula dengan kelompok lain. Mereka memiliki kewajiban-kewajiban terhadap kelompok, memiliki kode-kode tingkah laku yang ditetapkan sendiri, dihargai, dan dipatuhi. Maka hal yang ada kaitan dengan tingkah laku, minat, sikap, dan pikiran remaja banyak dipengaruhi teman-teman peer group, disamping ada pengaruh kuat dari orang tua. Bila pola nilai dan norma kelompok dimana remaja bergaul adalah hal positif, akan memberikan hal yang positif bagi remaja sehingga orang tua tidak akan direpotkan.
–   pertentangan nilai dan norma kelompok dengan nilai dan norma keluarga (orang tua), timbul penyesuaian diri pada remaja. Remaja berusaha tidak melanggar ’peraturan keluarga’ sementara juga takut dikucilkan oleh peer group. Sering terjadi untuk keluar dari konflik adalah mengorbankan kepatuhan pada orang tua.
–    pertentangan antara seorang remaja dengan teman peer group, umumnya tidak terlalu kuat.
Perubahan tingkah laku, merupakan satu di antara aspek penting dalam penyesuaian diri dalam peer group, misalnya :
–         Tingkah laku tidak suka ribut, jadi lebih tenang;
–         Aktifitas beragam, jadi terfokus;
–         Kelompok besar, jadi kelompok kecil-kecil;
–         Pemilihan teman bergaul;
–         Pergaulan akrab;
–         Kencan.
Penerimaan peer group remaja merupakan salah satu kelompok kebutuhan remaja disamping kelompok yang berhubungan dengan orang tua mereka. Beberapa aspek pada individu remaja dapat menimbulkan penerimaan atau penolakan peer group.
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja diterima :
   1. penampilan dan perbuatan (rapi, aktif);
   2. kemampuan pikir (inisiatif, memikirkan kelompok);
   3. sikap, sifat, perasaan (sopan, bisa menahan marah);
   4. pribadi (jujur, dapat dipercaya);
   5. tidak pelit, suka bekerjasama
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja ditolak :
   1. penampilan dan perbuatan (sering menentang, malu, menyendiri);
   2. kemampuan pikir (bodoh sekali);
   3. sikap, sifat (melanggar norma dan nilai kelompok, menguasai anak lain, suka curiga, maunya sendiri);
   4. rumah terlalu jauh dari teman-teman lain.
Salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi atau motivasi berprestasi
Masalahnya, apakah remaja kita sekarang cukup punya motivasi untuk dapat mengukir prestasi, bukan mengukir prestise yang biasa kita lihat di kafe-kafe, mall-mall
Motivasi dalam diri remaja sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan dan keluarga.Beban pelajaran yang begitu berat, gaya hidup dan kemudahan kemudahan yang mereka dapatkan,
Orang tua yang kurang memberikan perhatian dan dorongan terhadap prestasi remaja, kurang menghargai prestasi yang diraih oleh remaja sehinga mereka merasa prestasi yang diraihnya hanyalah sia-sia.
Di sisi lain tanpa disadari , orang tua terlalu memanjakan remaja dengan uang sehingga mereka berpikir tidak perlu berusaha keras untuk mencapai prstasi untuk menghasilkan uang nantinya, karena mereka bisa mengandalkan pada orang tua, yang akhirnya menyebabkan motivasi berprestasi mereka rendah.
BAB III
Hasil Penelitian
  1. A.    Deskripsi objek
          Wilayah sukaregang tempat penghasil kerajinan kulit di Garut yang dijadikan sebagai para wisatawan asing ataupun dalam negri untuk mencari kerajinan kulit yang berkualitas tinggi yang mempunai harga yang murah. Terlepas dari itu semua rata-rata pegawai pabrik pengrajin kulit mentah yang ada di sukaregang kebanyakan adalah remaja yang sedang mengalami masa perkembangan yang meningkat. Banyak juga yang baru keluar sekolah tetapi tidak melanjutkan ke jejnjang yang lebih tinggi hanya sebagian saja yang mempunyai motivasi yang melanjutkansekolah ke jenjang yang lebih tinggi meskipun diantara mereka mampu dan cukup unutuk mempunyai biayanya.
          Bagaimana pengaruh motivasi terhadap prestasi di kalangan klompok teman sebaya atau peer group. Dalam penelitian yang dilakukan melaui wawancara dengan pendiri SPFC , pelatih, dan anggota club SPFC , maksud dan tujuan untuk mendirikan kelompok futsal ini adalah untuk mendorong remaja dalam kegiatan olahraga yang dapat meningkatakan prestasi  yang diantaranya adalah :
  1. a.       MENINGKATKAN KEKUATAN FISIK
     Remaja mengalami perkembangan fisik yang luar biasa. Perkembangan kerangka tubuh mencapai puncak ketika manusia berumur sekitar 18 tahun. Masa remaja juga merupakan masa pertumuhan fisik yang pesat, misalnya perkembangan kapasitas paru-paru yang menuju puncaknya. Jantung juga tumbuh sangat pesat pada masa remaja itu.
     Karena itu, remaja mempunyai kekuatan fisik yang berlimpah-limpah. Hal ini merupakan potensi yang luar biasa. Dengan potensi itu, ditambah pelatihan-pelatihan psiko-motorik yang bagus, remaja dimungkinkan mencapai prestasi-prestasi dalam bidang-bidang kegiatan yang menuntut aktifitas psikomotorik seperti olahraga.
  1. b.      KEMAJUAN INTELEKTUALITAS
Remaja sudah mempunyai kemampuan berpikir abstrak dan komprehensif. Remaja bisa melakukan analisa mendalam sehingga ketika meghadapi masalah atau kasus mereka bisa mencari alasan-alasan, sebab-sebab, arti-arti, makna-makna, tujuan-tujuan, fungsi-fungsi, dan menarik kesimpulan-kesimpulan logis. Hal itu menunjukkan potensi besar remaja dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
  1. c.       SEMANGAT DAN GAIRAH
Remaja mempunyai semangat dan kegairahan yang luar biasa. Ini merupakan potensi yang sangat besar sebab menjadi daya dorong bagi mereka untuk bekerja keras dan berjuang untuk meraih prestasi-prestasi.
  1. d.      CITA-CITA KUAT, MESKI UTOPIS
Remaja mempunyai idealisme atau cita-cita yang sangat kuat. Meskipun cita-cita itu sering tidak realistik (Hurlock, 1997), tetaplah merupakan potensi yang luar biasa. Hal itu merupakan modal untuk bisa menjadi orang yang kreatif. Jika dibina dalam pendidikan yang matang, bisa menjadi orang yang yang inovatif dan kreatif.
  1. e.       PERGAULAN YANG LUAS
Pergaulan social remaja yang semakin luas juga merupakan sebuah potensi. Jika kelompok-kelompok remaja yang begitu bersemangat dan kreatif dibina dan didampingi serta diarahkan secara baik, akan menjadi kelompok-kelompok kerja yang kuat. Mereka bisa menjadi tim-tim yang solid dan berenergi.
  1. f.             MINAT-MINAT POSITIF
Remaja adalah masa di mana seseorang mempunyai minat-minat kreatif yang bisa tergolong positif maupun negatif (Hurlock, 1997). Sebagian dari minat-minat itu bisa menjadi sebuah potensi atau kekuatan yang bila diarahkan akan membawa remaja meraihkeberhasilan-keberhasilan. Beberapa minat positif itu adalah sebagai berikut
  • Minat pada permainan bisa menjadi positif jika diarahkan menjadi sebuah proses belajar dan proses pengembangan pergaulan yang baik. Sebagai contoh adalah proses belajar melalui kegiatan out bond yang berbasis permainan. Atau pengembangan prestasi olahraga melalui permainan yang menuntut ketrampilan psikomotorik.
  • Minat pada olahraga. Hal itu jelas positif yang jika diarahkan bukan hanya membantu perkembangan fisik remaja namun membawa remaha meraih prestasi-prestasi profesional.
  • Minat pada kegiatan bepergian (traveling). Bisa menjadi kegiatan positif bilamana dikaitkan dengan kegiatan belajar. Misalnya bepergian untuk kepentingan karya wisata, studi tour, penelitian lapangan, dsb.
  • Minat pada kegiatan hobi populer. Bisa positif jika diarahkan kepada hobi-bobi yang positif, misalnya hobi koleksi perangko, hobi olahraga, dsb.
  • Minat pada musik. Bisa positif bila diarahkan pada musik dan seni bersifat positif dan membangun kebudayaan.
  • Minat pada kegiatan membaca. Bisa sangat positif jika dikaitkan dengan proses belajar dan memperkaya diri dengan banyak ilmu dan informasi.
  • Minat pada kegiatan menonton film. Bisa positif jika dikaitkan dengan proses belajar sebab melalui pengamatan proses belajar dapat terjadi secara lebih intensif daripada hanya sekedar mendengar ceramah guru.
  • Minat pada kegiatan percakapan. Bisa positif jika dikaitkan dengan proses belajar. Misalnya kegiatan diskusi ilmiah.
  • Minat pada kegiatan menolong orang lain (kegiatan sosial). Akan menjadi maksimal jika dibina dan diorganisir, misalnya kegiatan palang merah remaja.
  • Minat pada peristiwa-peristiwa dunia. Bisa sangat positif jika dikaitkan dan diarahkan pada kegiatan belajar.
  • Minat pada kritik dan pembaruan (perubahan, inovasi, kreativitas). Bisa sangat positif bila dibina dan diarahkan untuk proses-proses yang bersifat konstruktif.
  • Minat-minat pribadi pada prestasi. Ini merupakan modal dasar bagi kesuksesan (achievement oriented).
  • Minat pribadi pada kemandirian. Ini merupakan modal dasar kesuksesan.
  • Minat pendidikan. Ini merupakan modal dasar maksimalisasi pengembangan SDM.
  • Minat pekerjaan. Akan positif jika diarahkan dalam kaitannya dengan pengembangan SDM dan perencanaan visi hidup masa depan.
  • Minat agama. Sangat positif dan menjadi peluang bagi pembinaan kerohanian sejak dini.
Remaja mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus diembannya. Sementara pada usia transisi ini, sangat tidak mudah bagi remaja untuk menempatkan posisi dirinya yang suatu saat masih cenderung kekanak-kanakan, dan pada kesempatan lain ingin diterima sebagai orang dewasa.
Dengan tidak disadari remaja sebetulnya sangat membutuhkan bantuan, dorongan, dan dukunga, sehingga sangatlah berharga bilamana orang tua/keluarga, guru/sekolah, masyarakat/lingkungan mempersiapkan dan memfasilitasi remaja agar bisa diterima dan sukses dalam peer group-nya, serta berhasil dalam mengukir prestasi pada tahap usia remaja.
BAB VI
PENUTUP
  1. A.       Kesimpulan
Motivasi, Reputasi dan Prestasi
Motivasi  adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris “MOTIVATION”. Perkataan asalnya ialah “MOTIVE” yang juga telah dipinjam olehBahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada motif, yakni bermaksud tujuan. Di dalamsurat khabar, kerap pemberita menulis ayat “motif pembunuhan”. Perkataan motif disini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatupembunuhan itu dilakukan. bahwa motivasi adalah merupakan sejumlah proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi.
Reputasi evaluasi semua stakeholder tehadap organisasi sepanjang waktuyang didasarkan atas pengalaman stakeholder tersebut dengan organisasi
Mengembangkan motivasi dengan cara :
1. kenali & benahi diri (self management)
2. citra diri & kecenderungan dalam komunikasi dg teman, ortu, guru, etc
3. achievement motivational session
4. cermati kendala-2 mental block & tips praktis untuk berubah
5. refleksi
Berani berprestasi
1. inventarisasi, kenali inti masalah, evaluasi proporsional
2. kenali sources prestasi (pengalaman dari sendiri, teman, idola, orang tua)
3. focusing tematis & step-by-step meraih prestasi
4. experiential learning: “mengalami” berprestasi (outdoor activity)
5. refleksi & pembangunan niat
Remaja mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus diembannya. Sementara pada usia transisi ini, sangat tidak mudah bagi remaja untuk menempatkan posisi dirinya yang suatu saat masih cenderung kekanak-kanakan, dan pada kesempatan lain ingin diterima sebagai orang dewasa.
Dengan tidak disadari remaja sebetulnya sangat membutuhkan bantuan, dorongan, dan dukunga, sehingga sangatlah berharga bilamana orang tua/keluarga, guru/sekolah, masyarakat/lingkungan mempersiapkan dan memfasilitasi remaja agar bisa diterima dan sukses dalam peer group-nya, serta berhasil dalam mengukir prestasi pada tahap usia remaja.

DAFTAR PUSTAKA
  • Sofyan S.Wilis, “ Problema Remaja dan Pemecahannya”, Angkasa, Bandung, 1991
  • Fahmi, Musthofa . Penyesuaian Diri. Jakarta: Bulan Bintang. 1982
  • Kartono, Kartini. Kamus Psikologi. Bandung:  PT.Eresco.1982
  • Watak,   dan  Kepribadian  Anda,   terjemahan  M.  Hashem.     Jakarta: Lentera.2002
  • Asrori. M, Ali. M, Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara, 2004
  • Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Relajar. 2001
diambil dari: https://cucuwahyuniuin.wordpress.com/konseling-remaja/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar