Selasa, 14 Juli 2015

PERNIKAHAN KRISTEN


PENGERTIAN PERNIKAHAN
Pernikahan adalah hubungan yang paling bermamfaat dan paling sulit. pernikhan itu dimulai ketika Tuhan mengatakan. "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia. (Kej. 2:18). jika ditanyakan bagi muda-mudi dan pasangan yang mau menikah, kenapa harus menikah? banyak jawapan yang muncul untuk menjawabnya. namun jarang memberikan jawapan yang menjadi landasan kuat dalam menjalani pernikahan. banyak orang yang mau menikah tanpa menyadari konsekuensi bagi kehidupan mereka yang akan datang. akibatnya banyak pasangan yang terkejut dan kecewa setelah menikah. pada saat ini kita akan membahas apa itu pernikahan.
1. pernikahan adalah sebuah hadiah artinya anda atau pasangan anda dapat menjadi hadiah paling berharga yang pernah diterima. andalah yang menjadi hadiah istimewa bagi pasangan anda. sebuah hadiah biasanya dipilih sangat hati-hati dan penuh pertimbangan. hadiah itu diharapkan dapat membahagiakan dan memuaskan sipenerima, serta mengungkapkan perasaan terdalam dari sipemberi. jika pasangan anda adalah hadiah istimewa, bagi anda bagaimana anda memperlakukannya? jaga, cintai, hargai, dan rawatlah.
2. pernikahan adalah panggilan untuk saling melayani. pangilan untuk saling melayani dalam pernikahan bukanlah sesuatu yang dilakukan dengan terpaksa, melainkan merupakan tindakan nyata yang lahir dari kerelaan. setiap orang Kristen dipanggil untuk melanyani sebagai ungkapan hidup baru didalam Kristus dan ciri orang kristen sejati. pola salaing melayani akan membuat kebutuhan masing-masing terpenuhi. dalam pernikahan melanyani adalah tindakan kasih, suatu hadiah yang dapat membuat pasang hidup puas.
3. pernikahan menjakup keintiman (peresekutuan hidup dan cinta). pernikahan merupakan suatu persekutuan hidup yang menyatukan seorang wanita dan pria dalam kesatuan lahir dan batin yang mencakup seluruh kehidupanhubungan suami istri yang sehat adalah hubungan dua individu yang memiliki kepribadian tersendiri, yang berlainan tetapi ada kesatuan.. memang pernikahan adalah gaya hidup, yakni hidup yang penuh sukacita. pesta pernikahan boleh selesai namun pernikahan terus berlanjut sampai maut memisahkan keduanya. pernikahan adalah tanda mulainya hubungan yang intim. intim berarti saling berbagi, "saya" menjadi "kita". keintiman dalam pernikahan menjakup tiga hal yaitu keintiman emosional, keintiman estetika (pengalaman dalam berbagai keindahan), keintiman spiritual (kerohanian).
4. pernikahan adalah proses pemurnian. setiap hari tersedia banyak kesempatan untuk bertumbuh jika diizinkan. kita sering menghadapi krisis, baik yang berat maupun yang sepele. krisis dan ujian sesungguhnya dapat menjadi sarana pertumbuhan yang menyenangkan.
TUJUAN PERNIKAHAN
Anda yang akan menikah akan memasuki salah satu babak paling penting dalam kehidupan anda. maupun yang sudah menikah anda sudah memasuki satu babak paling penting dalam kehidupan ini. mengingat banyaknya pasangan muda-mudi yang menikah hanya alasan cinta dan tidak memikirkan tujuan pernikahan, hal ini tentunya mengakibatkan permasalahan yang baru. pernikahan dapat dilaksanakan dengan tujuan yang berbeda-beda. namun tujuan yang perlu diketahui dan dikejar suami-istri adalah
1. Pengembangan dan pemurnian cinta kasih suami-istri
Kasih yang telah bersemi antara pria dan wanita masih harus terus dikembangkan dan dimurnikan, sehingga sungguh saling membahagiakan. Cinta bukan semata-mata dorongan nafsu, rasa tertarik, rasa simpati atau asmara, melainkan suatu keputusan pribadi untuk bersatu dan rela meyerahkan diri demi kebahagiaan pasangannya. dimana pasangan suami istri akan memperoleh banyak pelajaran tentang cinta, perjalanan hidup., dll.
2. Kelahiran dan pendidikan anak
perkawinan adalah satu-satunya lembaga yang sah untuk kepenuhan keiginan mempunyai anak. sebagaimana mana mandat yang diberikan Tuhan kepada manusia pertama yaitu beranak cuculah dan bertambah banyak (kej. 1:28a). suami istri yang normal mempunyai kerinduan akan keturunan. namun perlu diigat bahwa anak itu anugrah Tuhan, yang tidak boleh dimutlakkan. maka bila Tuhan tidak memberikan anak, perkawinan tidak kehilangan arti.
3. Pemenuhan kebutuhan seksual
pria dan wanita yang dewasa dan normal merasakan kebutuhan seks. kebutuhan ini hanya layak dan boleh dipenuhi antara suami istri.bukan pacar atau selingkuhan maupun simpanan. itu menandakan bahwa persetubuhan diadakan bukan hanya sekedar menuruti hawa nafsu, melainkan dengan kesadaran dan tanggung jawab penuh, sehingga kebutuhan itu terpenuhi dalam suasana cinta kasih, dan disertai kerelaan.
4. untuk saling melengkapi.
pernikahan bukanlah hanya sekedar untuk meneruskan keturunan. Adam dan hawa dipersatuakan untuk saling menemani dan berhubungan. hubungan itu merupakan hubungan timbal balik, yang paling cocok untuk diri kita. dalam hubungan itu kebutuhan dalam diri untuk saling mengasihi dan dikasihi, memperhatikan dan diperhatikan, memberi dan diberi dapat terpenuhi. dalam hubungan pernikahan, laki-laki dan perempuan dapat saling mamberi dirinya baik jasmani maupun rohani.
Hakekat Perkawinan Kristiani: Kesatuan dan Kesetiaan
Perkawinan merupakan kesepakatan antara seorang pria dan wanita untuk membentuk kebersamaan seluruh hidup. Kesepakatan ini bersifat tetap dan berlaku untuk setiap bentuk perkawinan, khususnya perkawinan kristiani. Sifat hakiki perkawinan kristiani adalah monogam (satu) dan indissolubilitas (tak terceraikan).
Perkawinan selalu bersifat monogami.
Artinya, perkawinan merupakan kesepakatan dan ikatan perjanjian antara seorang pria dan seorang wanita. Dasar kesatuan perkawinan adalah pencipataan Allah sendiri. Dalam kisah penciptaan digambarkan bahwa Allah menciptakan seorang pria dan seorang wanita menurut gambar-Nya (Kej 1:26-30). Mereka akan bersatu menjadi satu daging (Kej 2:24). Satu daging dipahami sebagai kebersatuan yang total dan integral, menyeluruh menyangkut kehidupan seutuhnya. Dengan demikian, sifat monogam itu mendapat pendasaran yang amat kokoh pada kehendak Allah sendiri. Allah menghendaki perkawinan satu dengan satu, dan sifat monogami itu berlaku untuk setiap bentuk perkawinan. Demikian juga dalam Perjanjian Baru, kesatuan suami-istri tetap mendapatkan perhatian lebih. Dasar dan sumber kesatuan itu adalah kesatuan Kristus dengan Gereja-Nya yang tak pernah tergoyahkan (Ef 5:22-33). Suami-istri kristiani yang mengimani Yesus Kristus berpola dan bersumber pada kebersatuan antara Yesus dengan Gereja-Nya.
Tak terceraikan
Allah mengingikan suatu pernikahan bersifat langgeng. Yesus tidak pernah mengijikan, apalagi menganjurkan perceraiaan dalam keadaan apapun. Dengan tegas Yesus mengatakan, “ oleh karena itu, apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia” (Mrk. 10:9) dengan demikian hubungan suami-istri yang dipersatukan dalam ikatan perkawinan berlaku untuk seumur hidup. Sifat ini menunjuk pada ketakterceraikannya perkawinan. Sifat tak terceraikan didasar-kan pada ajaran Yesus sendiri yang mengacu kepada Kej 1:27 dan Kej 2:24, “Allah menciptakan pria dan wanita...dan menghendaki hubungan mereka menjadi lembaga suci yang utuh dan tak terceraikan” (bdk. Mat 19:6; Mrk 1:2-12).

Ciri-Ciri Pernikahan Sehat
Pernikahan yang sehat itu adalah pernikahan yang tidak sempurna. dapat di kelompokkan dalam 7 kategori yaitu:
1. Pernikahan yang sehat bukan berarti tidak pernah bertengkar, namun bisa menyelesaikan pertengkaran sehingga tidak berlarut-larut. Nah salah satu keterampilan yang mesti dimiliki oleh setiap pasangan adalah keterampilan menyelesaikan pertengkaran. Pernikahan yang terus-menerus diganggu oleh pertengkaran akan menjadi pernikahan yang sakit, yang tidak sehat, ibarat pertengkaran itu seperti virus yang akan meracuni dan membuat daya tahan tubuh pernikahan kita itu lemah.
2. Pernikahan yang sehat bukan berarti tidak pernah kecewa, tidak pernah marah, tidak pernah sedih, atau tidak pernah menyesal. Setiap orang yang menikah saya kira akan mengalami kekecewaan, rasa marah dsb namun yang penting adalah setelah merasakan semua itu kita masih bisa menerimanya kembali.
3. Pernikahan yang sehat bukannya selalu mesra, penuh kasih. Setelah menikah beberapa waktu, kemesraan dan penyataan kasih sayang tidak lagi sesemarak pada masa berpacaran. Tapi meskipun perasaan-perasaan mesra itu tidak lagi bermunculan dengan semarak tapi lebih sering ada perasaan sayang. Jadi perasaan itu harus ada, pernikahan yang sehat ditandai oleh adanya perasaan sayang bahwa pasangan kita adalah seseorang yang berharga dalam hidup kita.
4. Pernikahan yang sehat bukan berarti selalu seia sekata, namun meskipun tidak selalu seia sekata, kita masih menghormati pandangan pasangan kita dan lebih banyak keberhasilan menemukan titik temu. Jadi meskipun kita berbeda pandang jangan sampai menghina dia. Mengakui memang berbeda tapi nggak harus disertai dengan caci maki terhadap perbedaan tersebut.
5. Pernikahan yang sehat juga tidak selalu anak-anaknya tidak bertengkar, kadang-kadang bertengkar tetapi yang penting adalah kita dapat mendamaikan pertengkaran mereka sebagai orangtua dan mereka pun anak-anak itu relatif bisa dengan cepat mendamaikan pertengkaran mereka.
6. Pernikahan yang sehat ditandai oleh hormat anak terhadap orangtua. Artinya orangtua itu memang dianggap sebagai figur yang konsisten, figur yang mereka bisa hormati. Mereka kadang-kadang marah dan kadang-kadang meletup emosinya terhadap kita, tapi tidak kurang ajar karena masih menghormati kita. Pernikahan yang tidak sehat biasanya kehilangan hormat anak-anak, tidak lagi menggubris orangtua, meskipun takut dalam hati tapi tidak lagi menghormati mereka.
7. Keluarga yang sehat juga ditandai dengan kerukunan antara anak-anak.
Kalau ciri-ciri di atas tidak terpenuhi dalam suatu pernikahan yang sehat yang muncul adalah perasaan kecewa, marah, perasaan bahwa kita ini seolah-olah berseberangan dengan pasangan kita. Kita tidak lagi bersatu dengan dia terpecahlah kita, nah dalam keadaan seperti ini kita perlu berdamai, berekonsilisasi.
Matius 18:21-22, "Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya : "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." Pernikahan harus dilandasi atas hukum rekonsiliasi ini, jika ada pihak yang meminta ampun atau bertobat dan ada yang memberi ampun alias ada yang berbelaskasihan.

Komitmen dalam pernikahan kristiani.
Elizabeth Achtemeier menyatakan pernikahan kristiani seharusnya mempunyai komitmen dalam enam hal yaitu:
1. komitmen secara total
pasangan itu menyerahkan diri secara menyeluruh dalam hubungan pernikahan. pasangan sudah berjanji untuk terikat dalam suatu hubungan pernikahan seumur hidupnya. dalam komitmen ini mencakup seluruh aspek kehidupan. dedikasi secara total berarti saya tetab bersamamu apapun yang terjadi,akan tetab mempertahankan pernikahan.
2. komitmen untuk menerima.
suami isteri mau menerima pasangannya secara utuh, apa adanya termasuk semua kebaikan dan keburukannya. pasangan jangan menuntut pasangannya untuk persis seperti dia atau yang dia mau. pasangan sebaiknya berusaha mempelajari dan menikmati keunikan pasangannya.
3. komitmen secara Ekslusif
memberikan dirinya untuk pasangannya saja, tidak ada pihak yang ketiga yang terlibat dalam hubungan pasangan. kehadiran anak juga tidak boleh memisahkan kesatuan pasangan.
4. komitmen yang terus menerus
manusia selalu berkembang. hidup dalam pernikahan juga berubah-ubah situasinya. komitmen pasangan harus terus menerus dan semakin kuat.
5. komitmen yang bertumbuh
pasangan harus terus bertumbuh semakin lama, makin dalam dan dewasa, setelah melewati liku-liku perjalanan hidup barsama-sama. semakin lama menikah seharusnya hubungan bersama semakin dekat dan manis. untuk menghindari kejenuhan, pasangan perlu secra teratur menyediakan waktu khusus untuk memperbaharui kasih.
6. komitmen yang berpengharapan
walaupun pasangan tidak tahu apa yang terjadi pada masa depan, mereka tetap bersandar kepada kebaikan Tuhan Yesus yang merencanakan masa depan. dalam pernikahan kristiani, seyogianya tidak pernah ada putus harapan.
HUBUNGAN DENGAN KELUARGA ASAL ( ORANG TUA DAN MERTUA)
1. Meninggalkan keluarga dan bersatu dengan pasangan.
Hubungan lama anda dengan orang tua dan hubungan baru anda dengan mertua pasti berdampak pada pernikahan. Sehinga setelah menikah seharusnya meninggalkan keluarga asal dan bersatu dengan pasangan anda. Sebagaiman firman Tuhan: Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu dagin. (Kej. 2:24). Prinsip ini diulang dalam Efesus 5:31, pola yang diberikan Tuhan bagi pernikahn termasuk meninggalkan orang tua dan melekat erat dengan pasangannya. Pernikahan membuat perubahn kesetiaan. Sebelum menikah, kesetiaan seseorang adalah kepad orang tuanya namun setelah menikah kesetaiaan beralih kepad pasangannya. Banyak orang yang sudah menikah meninggalkan rumah secar fisik, tetapi tetab dirumah atau bergantung kepada orang tua secara psikologis. Kedekatan pada orang tua seharusnya diganti dengan kedekatan pada pasangan. Hal ini bukan berarti mengabaikan atau tidak menghormati orang tua tetapi lebih memutuskan ikatan ketergantungan dengan orang tua dan menerima tanggung jawab atas pasanganya. Orang yang sudah mneikah perlu mandiri, bertanggung jawap terhadap keluarga barunya, dan tidak membebani keluarganya.
2. Menghormati orang tua dan mertua.
Ada pasangan yang setelah menikah secara sadar atau tidak sadar hanya dekat dengan salah satu pihak orang tua saja, yaitu pihak istri ataupun suami. Seharusnya baik orang tua anda maupun mertua patut mendapatkan perhatian yang sama dari anda berdua. Suami istri harus menerima keluarga pasanganya sebagaimana keluarga sendiri.
Walaupun pasangan masing-masing harus meninggalkan orang tua dan bersatu dengan teman hidupnya ketika menikah, masih perlu mengormati orang tua dan mertua masing-masing. Tuhan mengajarkan setiap anak harus menghaormati orang tua. Di sepuluh perintah Tuhan, hal ini merupakan perintah pertama berdasarkan hubungan antar sesama manusia disertai dengan janji. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu (Keluaran 20:12). Perintah Tuhan ini tidak hanya berlaku bagi anak-anak yang masih kecil, tetapi berlaku juga pada anak yang sudah dewasa dan menikah. Firman Tuhan tidak pernah mengatakan anak yang sudah menikah tidak menghormati orang tua dan melupakan mereka.
3. Kehadiran atau keterlibatan orang tua (mertua) dalam pernikahan.
Banyak orang beranggapan bahwa kehadiran orang tua dan mertua sangat dibutuhkan dan berperan penting dalam mendewasakan relasi antara suami-istri saat mengarungi bahtera rumah tangga. Kadang pengaruh mereka sangat dominan dalam aktifitas maupun dalam perencanaan jangka panjang dalam kehidupan rumah tangga. Ada beberapa penyebab orang tua ataupun mertua mempengaruhi kehidupan rumah tangga yaitu Anggapan bahwa orang tua masih berhak mengurus anaknya, Anggapan bahwa orang tua telah berjasa mendewasakan anaknya, Anggapan bahwa orang tua lebih berpengalaman dalam mengatur dan mengurus rumah tangga dan Takut kehilangan peranan sebagai orang tua.
Untuk menghindari atau mengurangi pengaruh orang tua maupun mertua dalam pernikahan, salah satu jalan terbaik yang ditempuh adalah memisahkan diri dan tidak tinggal serumah dengan orang tua maupun dengan mertua. Hal ini bertujuan untuk menghindari benturan dalam pernikahan, terutama menciptakan kemandirian, keyamanan, serta keharmonisan suami istri dan kebahagiaan keluarga. Anda yang sudah berani memutuskan untuk menikah dan membentuk keluarga sendiri harus pula berani hidup mandiri lepas dari penagruh dan ketergantungan kepada orang tua anda.
Bagi anda yang memilih untuk tetab tingal dengan orang tua karena tidak memungkinkan untuk hidup terpisah dari orang tua atau mertua anda harus dapat menaklukkan hati mertua atau orang tua anda. Anda harus mampu menarik hati dan perhatian mereka untuk selalu mendukung pernikahan anda. Tingal bersama keluarga besar memang banyak kemudahan, tetapi bila tidak dipersiapkan sebaik mungkin dapat memicu konflik.

  Disiapkan oleh Supriadi Siburian, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar