Minggu, 20 Maret 2016

Cara merenungkan Firman Tuhan (Saat Teduh)

Cara merenungkan Firman Tuhan (Saat Teduh)
1.      Mulailah Saat Teduh dengan berdoa kepada Tuhan agar melalui Firman-Nya Anda diajari, diperintahkan, dihiburkan, ditegur, dididik, diperbaiki, diperlengkapi, dibimbing, dsb.
2.      Bacalah dan renungkanlah sebuah nas yang singkat dalam Firman Tuhan. Lebih baik untuk membaca lima ayat dengan menghasilkan sesuatu yang berarti dari nas tersebut daripada membaca satu pasal kemudian tidak mengingat sesuatu pun. Sering terjadi bahwa orang percaya membaca terlalu banyak, lalu berkecil hati, dan akhirnya mereka berhenti sama sekali mengadakan Waktu Teduh.
3.      Sesudah nas tersebut dibaca dengan tempo lambat, tanyakanlah ke­pada diri Anda dengan Enam Pertanyaan Dasar atas Setiap Ayat.
1.      Siapa?
Saat mengajukan pertanyaan “siapa”, kita sedang berusaha menentukan siapa yang berbicara dan kepada siapa hal itu disampaikan. Contoh terlihat di dalam kej.22:2, ketika Allah memerintahkan Abraham untuk mengorbankan putranya, anak tunggalnya kepada-Nya. Dalam hal ini, Allah berbicara langsung kepada Abraham, bukan kepada orang lain. Oleh sebab itu, kita, sebagai pendengar Firman, tidak berkewajiban untuk melakukan perintah tersebut.

2.      Apa?
      Pertanyaan “apa ?” berhubungan dengan realita dari hal yang sedang dikatakan. Yesus Kristus dikatakan sebagai “Anak Domba” dalam Wahyu 5. Itu tidak berarti bahwa Dia adalah seekor mahluk berbulu, berkaki empat, tetapi merujuk kepada pengorbanan-Nya bagi dosa (Yohanes 1:29), itulah “kenyataan” nya.
3.      Kapan?
      Pertanyaan “kapan” mengarahkan kita kepada batasan waktu di mana suatu ayat tertentu dikatakan. Sebagai contoh, perkawinan Abraham dengan adik tirinya bisa diinterpretasikan sebagai hal yang tidak bermoral sampai pembaca mengerti bahwa perkawinan ini terjadi sebelum Hukum Taurat, yang melarang tindakan seperti itu, diberikan. Karena dosa pribadi bukan menjadi masalah karena tidak adanya hukum (Roma 4:15), kita menyimpulkan bahwa dalam kasus Abraham, perkawinannya itu bukanlah dosa. Jawaban yang jelas terhadap pertanyaan “kapan” ini penting untuk melengkapi pemahaman.
4.      Di mana?
      Pertanyaan “di mana” berhubungan letak geografis dan kebudayaan suatu ayat ditulis pada saat itu. Seringkali di dalam Alkitab kita menemukan kalimat “sampai ke Yerusalem”. Di dalam banyak kebudayaan, kalimat “sampai ke Yerusalem” berarti mengadakan perjalanan ke arah utara. Namun, maksud secara Alkitabiah berhubungan dengan tingkat dan bukan arah. Ketika Yesus baru tiba dari Galilea dan sedang “menujuk ke Yerusalem”, Dia sebenarnya sedang menuju ke selatan, namun berjalan dengan tingkat yang lebih tinggi.
5.      Mengapa?
      Pertanyaan “mengapa?” seringkali merupakan pertanyaan yang paling sulit dijawab. Jawabannya paling sering ditemukan saat sedang mempelajari ayat-ayat lainnya. Apabila seseorang membaca ayat di dalam Yesaya 7:14, yang berbunyi, “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel”, suatu pertanyaan yang nyata adalah “mengapa seorang perempuan muda?” Kita mungkin menjawab pertanyaan tersebut dengan, “itu  meamng sudah kehendak Allah.” Jawaban itu meskipun benar, namun tidak lengkap.
      Ketika kita mencari jawaban, kita akan menemukan ayat di dalam Roma 5 yang menyampaikan pengaruh dosa Adam terhadap umat manusia. Kita menemukan bahwa melalui manusia tersebut, Adam, setiap anggota dari umat manusia mendapatkan Dosa Alami. Jawaban atas pertanyaan “mengapa” dalam hal ini penting sebagai persyaratan Kristus untuk menebus dosa.
6.      Bagaimana?
      Pertanyaan “bagaimana” juga seringkali sulit untuk dijawab. Kita mungkin bertanya, “Bagaimana Yesus berjalan di atas air ?” Jawabannya sederhana karena Dia berjalan dalam Roh Kudus (Lukas 4:18).  Kita juga mungkin bertanya, “Bagaimana Tuhan mengendalikan sejarah ketika umat manusia memiliki kebebasan untuk memilih?” Pertanyaan tersebut tidaklah mudah dijawab, dan kita akan menyelidikanya nanti dalam pelajaran kita.
Pertanyaan yang lain bersifat pribadi yaitu:

  Adakah suatu kebenaran mengenai Tuhan Yesus atau Bapa-Nya dalam nas tersebut? Atau ayat-ayat dalam Perjanjian Lama juga menunjuk ke­pada Juruselamat.
  Adakah perintah-perintah yang harus saya taati?
  Adakah dosa-dosa yang harus saya akui dan hindari?
  Adakah sebuah janji yang dapat saya tuntut?
  Adakah sesuatu yang belum saya pahami? Adakah suatu masalah yang harus saya cari jawabannya?
  Adakah sesuatu yang dapat saya pakai dalam puji-pujian dan penyembahan?
  Adakah sesuatu yang dapat saya doakan?
  Adakah suatu ayat yang seharusnya saya hafalkan?
  Adakah suatu berkat rohani yang harus saya syukuri?
  Ayat-ayat mana yang sulit?
Pasti Anda terbantu kalau Anda mencatat pikiran, pertanyaan dan hasil-hasil dari pertanyaan di atas itu ke dalam sebuah buku catatan.
4.      Akhirilah setiap waktu teduh Anda dengan berdoa, yaitu bersyukur
kepada Tuhan atas apa yang sudah Anda pelajari dan yang diberikan
oleh Tuhan. Dan, mintalah kekuatan dan perlengkapan untuk
menaati-Nya.

Usahakanlah untuk membagikan perenungan Anda kepada orang lain selama hari tersebut. Hal ini dapat menancapkan pelajaran-pelajaran ter­sebut lebih mendalam di dalam pikiran Anda serta mengizinkan orang lain untuk membagikan berkat kepada Anda (Mai. 3:16).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar