Prinsip Persiapan Pribadi untuk Pelajaran Alkitab
- Percaya kepada Yesus Kristus
Murid pertama-tama harus
menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya, karena “manusia duniawi” (orang
yang tidak menerima Kristus) tidak dapat menerima atau memahami hal-hal
mengenai Tuhan (1 Kor. 2:14). Karena itu, keselamatan adalah
oleh iman dalam Kristus sendiri (Ef. 2:8-9). Roh Allah membuat murid yang
mempelajari Firman Tuhan dapat melihat hal-hal yang rohani.
- Percaya Bahwa Alkitab Diilhami oleh Allah
Firman Allah yang menyatakan
sendiri bahwa Alkitab diilhami oleh Allah (2 Tim. 3:16-17). Pelajaran Alkitab
harus dimulai dengan mengakui fakta tersebut. “Lompatan” iman tidak perlu;
hanya menerima bulat-bulat fakta bahwa Alkitab adalah benar dan cermat.
- Berdoa
Berdoa diperlukan untuk
dapat memahami Alkitab. Firman Allah memerintahkan bahwa apabila seseorang
kurang berhikmat, dan memintanya kepada Tuhan, maka Tuhan akan memberikannya
dengan cuma-cuma (Yakobus 1:5). Doa yang
tulus untuk meminta pengenalan yang benar akan diberikan, karena hal-hal ini
jelas merupakan kehendak Allah (1 Yoh. 5:14 bandingkan dengan Mat. 7:7-8).
- Belajar Secara Sungguh-Sungguh dan Bersabar
Karena banyak ayat-ayat dari
Firman Allah yang belum dimengerti, maka kesungguh-sungguhan dan kesabaran diperlukan
saat belajar (2 Tim. 2:15). Saat kita, sebagai mahluk hidup yang terbatas,
berusaha untuk memahami pikiran Allah yang tidak terbatas, kita harus menyadari
bahwa bahkan seorang juru bahasa yang cakap pun membutuhkan waktu lama.
- Akui Dosa-Dosa Anda
Secara Terus Menerus
Mengakui dosa anda secara terus menerus juga penting, mengijinkan Allah
membersihkan kehidupan, sehingga persekutuan yang lebih akrab dengan-Nya dapat
dicapai (1 Yoh. 1:6-10). Dengan menyadari perlunya mengakui dosa-dosa, membuat terus
menerus peka terhadap pikiran, bicara, atau tindakan yang tidak sejalan dengan
kehendak Allah.
- Bersedia Hidup Sejalan Dengan Kehendak Allah
Tuhan Yesus Kristus berfirman, “Barangsiapa mau
melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu ajaran-Ku” (Yoh.7:17). Apabila
tujuannya untuk mengembangkan hubungan dengan Allah Yang Hidup, maka setiap
pengetahuan yang didapat hendaknya mendukung dan memperjelas hubungan tersebut.
Pengetahuan tanpa kasih mengakibatkan kesombongan (1 Kor. 8:1). Apabila tujuan
sekedar merupakan suatu penyelidikan intelektual dan bukannya hubungan dengan
Allah Yang Hidup, maka pengetahuan yang dapatkan itu akan berkurang dan
menyimpang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar